This Author published in this journals
All Journal GIZI INDONESIA
nFN Sandjaja
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

POLA AKTIVITAS FISIK ANAK USIA 6,0–12,9 TAHUN DI INDONESIA Heryudarini Harahap; nFN Sandjaja; Karlina Nur Cahyo
GIZI INDONESIA Vol 36, No 2 (2013): September 2013
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v36i2.138

Abstract

Analisis ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang pola aktivitas fisik anak usia 6–12 tahun di Indonesia menurut jenis kelamin, tempat tinggal dan status sosial ekonomi dengan menggunakan data SEANUTS yang dikumpulkan pada tahun 2011. Aktivitas fisik dikumpulkan dengan menggunakan pedometer. Pedometer dipasang di pinggang anak selama dua hari berturut-turut. Nilai rata-rata dari jumlah langkah yang dihasilkan anak selama dua hari disebut sebagai aktivitas fisik yang dikategorikan menjadi 1) aktif ≥ 15.000 dan 2) tidak aktif 15.000 langkah untuk anak laki-laki dan 1) aktif ≥ 12.000 dan 2) tidak aktif 12.000 langkah untuk anak perempuan. Screen time adalah jumlah waktu anak berada di depan TV/komputer/play station per hari yang dikategorikan 2 jam atau ≥ 2 jam per hari. Lebih dari setengah (57,3%) anak Indonesia dikategorikan tidak aktif dan berada di depan TV/komputer/PS ≥ 2 jam per hari (55,2%). Proporsi anak yang tidak aktif lebih banyak pada anak laki-laki (62,8%) dibanding anak perempuan (52,3%), anak dari ibu dengan pendidikan tinggi (61,0%) dibanding anak dari ibu dengan pendidikan rendah (55,7%), dan anak dari ayah dengan pekerjaan tetap (61,1%) dibanding anak dari ayah dengan pekerjaan tidak tetap (56,1%). Proporsi screen time anak ≥ 2 jam per hari lebih besar pada anak yang tinggal di perkotaan (58,9%) dibanding pada anak yang tinggal di perdesaan (51,6%), dan anak dari sosial ekonomi tinggi (67,4%) lebih besar dari anak dari sosial ekonomi rendah (40,7%). ABSTRACTPHYSICAL ACTIVITY PATTERN OF 6.0 – 12.9 YEARS OLD INDONESIAN CHILDRENThe aimed of this study was to assess the physical activity patterns of 6 -12 years old Indonesian children according to sex, residence, and social economic status. The data of SEANUTS 2011 was analyzed. Physical activity (PA) was measured directly using pedometers for 2 consecutive days. Daily PA was defined as the average of number steps from two consecutive days, then PA was categorized into two groups those were active (average number of steps ≥ 15.000 for boys or and ≥ 12.000 for girls) and inactive (average number of steps 15,000 for boys or 12000 steps/day for girls). Screen time was the amount of time used by children interacted with the TV/computer/play station per day. Then it was categorized as 2 hours or ≥ 2 hours per day. More than half (57.3%) of Indonesian children was categorized as inactive and screen time ≥ 2 hours per day (55.2%). The proportion of inactive children was higher in boys (62,8%) than girls (52,3%), children from high educated mothers more active (61,0%) than children from low educated mothers (55,7%), and children who had father with fix job more active (61,1%) than children who had father with temporary job. The screen time proportion ≥ 2 hours per day was higher in urban children (58,9%) than rural children (51,6%), and children from high socio economic status (SES) (64,6%) than from low SES (40,7%).
TINGKAT KOGNISI ANAK INDONESIA BERUSIA 5,5-12,0 TAHUN: HASIL SEANUTS DI INDONESIA Nurmeida S Syarief; Basuki Budiman; nFN Sandjaja
GIZI INDONESIA Vol 36, No 2 (2013): September 2013
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v36i2.144

Abstract

Perkembangan kognisi atau karakteristik mental dicirikan dengan perkembangan persepsi, memori, imajinasi, daya pikir, kecerdasan. Artikel ini menyajikan hasil SEANUTS tentang tingkat kognisi anak berusia 5,5-12,0 tahun secara deskriptif. Partisipan sebanyak 1368 menggambarkan populasi nasional yang diambil secara acak jamak bertingkat (two stage randomized cluster sampling). Raven’s Coloured Progressive Matrices (CPM) digunakan untuk mengukur tingkat kognisi anak. Kelompok anak terdiri 5,5-7,9 tahun dan 8,0-12,0 tahun. Tingkat kognisi disajikan menurut postur tubuh. Postur dinilai dari skor Z pada indeks TB/U. Tingkat kognisi di bawah rerata pada anak kelompok berusia 5,5-7,9 tahun antara 16,0- 50,0 persen; dan kelompok berusia 8,0-12,0 tahun antara 25,7-69,6 persen. Secara keseluruhan, asosiasi antara kognisi dan postur tubuh tidak nyata pada anak berusia 5,5-7,9 tahun. Pada kelompok usia yang lebih tua tampak perbedaan yang signifikan baik di perkotaan maupun di perdesaan (p0,05). Namun demikian, hubungan itu diduga dipengaruhi oleh lingkungan tempat anak tumbuh termasuk stimulasi neuropsikologis dan status gizi baik mikro maupun makroABSTRACT COGNITIVE LEVEL OF CHILDREN 5.5-12.0 YEARS OLD: RESULT OF SEANUTS IN INDONESIA Cognitive or mental characteristic development includes development of perception, memory, imagination, intellectual skill and IQ. This article provides SEANUTS’ result especially on mental development of school children (5.5-12.0 years old). A nationally representative number of 1368 children involved in this study. Two-stage randomized cluster sampling was implied for deriving required participants. Raven’s Coloured Progressive Matrices (CPM) was administered to measure cognition. Posture was represented by HAZ score. Results showed that proportion of level cognition was below average in the 5.5-7.9 year age group and in the 8.0-12.0 year age group between 16.0- 50.0 percent and 25.7-69.6 percent respectively. The association between cognition and posture at younger group was unclear while at older group, it seemed significantly different (p0.05) both in rural and urban. However, the significant association at lower cognition level were influenced by environment where chlidren grow including neuropsychological stimulation and nutritional status both micro- and macronutrient level. Keywords: cognition, posture, CPM, Indonesian children
PENCAPAIAN PERTUMBUHAN ANAK INDONESIA UMUR 0,5–12,9 TAHUN Moesijanti Soekatri; nFN Sandjaja; Yekti Widodo
GIZI INDONESIA Vol 36, No 2 (2013): September 2013
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v36i2.139

Abstract

SEANUTS adalah studi gizi lengkap yang mencakup pengukuran antropometri, pemeriksaan biokimia darah dan urin, konsumsi makanan dan pola makan anak, informasi mengenai sosial ekonomi keluarga, kesehatan anak, aktivitas fisik, dan perkembangan anak. Dalam makalah ini akan dibahas pertumbuhan anak berdasarkan pengukuran antropometri dengan menggunakan standar WHO 2006 untuk anak balita dan 2007 untuk anak 5,0 sampai 12,9 tahun, yang dibagi dalam 5 kelompok umur yaitu 0,5-0,9; 1,0-2,9; 3-5,9; 6,0-5,9; and 9,0-12,9 tahun. Penelitian ini adalah cross-sectional pada 48 Kabupaten/Kota di Indonesia, dan pengambilan sample dilakukan dengan two-stage randomized cluster sampling dengan stratifikasi berdasarkan area geografi, untuk menetapkan lokasi, gender dan umur. (Metodologi lengkap ditulis dalam tulisan lain di jurnal ini) yang mencakup 7211 anak terdiri dari 50,6 persen anak laki-laki dan 49,4 persen perempuan. Indeks yang digunakan adalah PB/U atau TB/U; BB/U; BB/PB atau BB/TB; dan IMT/U. Hasil menunjukkan bahwa secara nasional prevalensi anak yang pendek dan sangat pendek adalah adalah 31,4 persen, yang mana prevalensi di kota (24,4%) lebih rendah dari pada di desa (38,3%). Untuk anak dengan berat badan kurang dan sangat kurang adalah 23,2 persen; yang mana di desa (27,9%) lebih tinggi dari pada di kota (18,5%); dan prevalensi anak kurus dan sangat kurus (7,8%), di kota (7,6%) tidak jauh berbeda dengan anak yang di desa (7,9%). Masalah gizi yang juga perlu mendapat perhatian adalah gemuk dan sangat gemuk karena kecenderungan jumlahnya semakin banyak dengan prevalensi 7,9 persen. Sebanyak 10,7 persen di kota dan 5,0 persen anak di desa menderita gemuk dan sangat gemuk. Karena masalah pendek terkait kekurangan makro dan mikro, disarankan agar program kesehatan untuk 1000 hari kehidupan anak dilanjutkan yaitu pemberian tabur gizi (Multi Micromineral Powder =MNP) untuk anak gizi kurang termasuk pendek.ABSTRACT GROWTH ACHIEVEMENT OF INDONESIAN CHILDREN AGED 0.5-12.9 YEARS OLD SEANUTS is a comprehensive study conducted in 48 districts in Indonesia. The study covers assessments on antrophometry, biochemical, physical activity, morbidity, dietary consumption and psychology development. Detailed methodology of the study is presented in previous paper in this journal. In this article, only antrophometry is discussed and children are devided in 5 groups according to the age, 0.5-0.9; 1.0-2.9; 3.0-5.9; 6.0-5.9; and 9.0-12.9 years old. In this cross sectional, two-stage randomized cluster sampling was applied using stratification based on geography area for deciding the location of residence, sex and age. A total of 7211 children were recruited, consisting of 50.6 percent boys and 49.4 percent girls. Indices used were HAZ; WAZ; WHZ; and BAZ. The results showed that 31.4 percent of children were stunted and severe stunted. The prevalence was lower in urban children (24.4%) compared to rural children (38.3%). The overall prevalence of underweight (moderate and severe) was 23.2 percent which was higher in rural areas (27.9%) than in urban areas (18.5%). The overall prevalence of wasting (moderate and severe) was 7.8 percent, which was higher in rural areas (8.0%) compared to urban areas (7.6 %). An emerging problem was overweight and obesity, 7.8% of the children were overweight/obese. The prevalence was higher in urban areas (10.6%) versus rural areas (5.0%). Because stunting has closely related to macro and micro nutrients, it is recommended that nutrition intervention programs should be addressed to the first 1000 days of children’ life like MNP (Micro Nutrient Powder) for those who had undernutrition including stunting
KEPADATAN TULANG, AKTIVITAS FISIK DAN KONSUMSI MAKANAN BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 6 – 12 TAHUN Heryudarini Harahap; nFN Sandjaja; Moesijanti Soekatri
GIZI INDONESIA Vol 38, No 1 (2015): Maret 2015
Publisher : PERSATUAN AHLI GIZI INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36457/gizindo.v38i1.162

Abstract

Studi ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kepadatan tulang, aktivitas fisik, dan konsumsi makanan dengan kejadian stunting. Analisis menggunakan data anak usia 6.0 – 12.9 tahun (n=192) dari South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) tahun 2011.Kepadatan tulang diukur dengan metoda dual energy X-ray absorptiometry (DXA), yang dikategorikan menjadi rendah (≤ -2 SD) dan normal ( 2 SD). Aktivitas fisik dikumpulkan dengan menggunakan pedometer. Aktivitas fisik yang dikategorikan menjadi rendah ( 11,636 untuk laki-laki dan 10,311 langkah untuk perempuan), sedang (11,636 – 15,891 langkah untuk laki-laki dan 10,311 – 14,070 langkah untuk perempuan) dan tinggi ( 15,891 langkah untuk laki-laki dan 14,070 langkah untuk perempuan). Konsumsi makanan dikumpulkan dengan cara 24 hours dietary recall. Konsumsi protein dikategorikan menjadi rendah ( 80% RDA) dan normal (≥ 80% RDA).  Logistic regression analysis digunakan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan independen. Hasil studi menunjukkan anak dengan kepadatan tulang rendah berisiko untuk menjadi stunting 5,3 kali (OR = 5,325 ; CI= 1,075 – 26,387) dibandingkan dengan anak kepadatan tulang normal.  Aktivitas fisik anak sedang (OR = 0,139 ; CI = 0,037 – 0,521) merupakan faktor protektif untuk kejadian stunting dibandingkan dengan aktivitas tinggi. Anak dengan konsumsi protein 80% dari angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan berisiko untuk menjadi stunting 6,4 kali (OR = 6,448 ; CI = 1,756 – 23,672) dibandingkan anak dengan konsumsi protein ≥80%. Selain akibat kekurangan konsumsi protein, perhatian juga perlu diberikan kepada aktivitas fisik dan kepadatan tulang anak untuk mencegah stunting dan akibat jangka panjangnya.ABSTRACT BONE MINERAL DENSITY, PHYSICAL ACTIVITY, AND DIETARY INTAKES ARE ASSOCIATED WITH STUNTING IN 6-12 YEARS OLD CHILDREN This study assessed the association of stunting in schoolage children (6-12 year old) with bone mineral density (BMD), physical activity (PA), and dietary intakes. Data on 6-12 year old children (n=192) from the South East Asian Nutrition Survey (SEANUTS) 2011. BMD was measured using DXA, which was categorized into low (≤-2 SD) and normal ( -2 SD). Physical activity (PA) was measured using pedometers. PA was categorized into low ( 11,636 steps for boys and 10,311 steps for girls), moderate (11,636 – 15,891 steps for boys and 10,311 – 14,070 steps for girls) and high ( 15,891 steps for boys and 14,070 steps for girls). Dietary data was collected by 24 hours dietary recall. Protein consumption is categorized into low ( 80% RDA) and normal (≥ 80% RDA). Logistic regression analysis was used to test the association. The results showed that children with low bone density(≤ -2 SD) had a 5.3 times higher risk to be stunted (OR =5.325; 95% CI=1.075 to 26.387) than children with normal bone density. Moderate physicial activity was a protective factor for stunting (OR =0.139; 95% CI=0.037 to 0.521) than children with high physical activity. Children who consumed 80% of RDA of protein had a higher risk of being stunted (OR =6.448; 95% CI=1.756 to 23.672) than children with protein intake ≥80%.Therefore, next to improving protein intake, attention also is given to physical activity and bone mineral density to prevent stunting and its long-term impact.Keywords: stunting, bone mineral density, physical activity