Suryanto Suryanto
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KARAKTERISTIK UPAYA DAN DAERAH PENANGKAPAN PUKAT CINCIN PELAGIS BESAR YANG BERPANGKALAN DI PPS BITUNG Sandi Wibowo; Suryanto Suryanto; Duto Nugroho
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 22, No 1 (2016): (Maret 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1317.396 KB) | DOI: 10.15578/jppi.22.1.2016.51-60

Abstract

Pelabuhan Perikanan Samudra Bitung berperan penting dalam mendukung operasi armada perikanan pukat cincin pelagis besar yang ditujukan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan tuna di WPPNRI 714, 715, 716 dan 717 yang mewakili perairan kepulauan, ZEEI dan laut lepas. Analisis deskriptif terhadap data logbook 2011-2013 perikanan pukat cincin pelagis besar ditujukan untuk mendapatkan karakteristik armada, sebaran daerah dan aktivitas penangkapan pukat cincin yang berpangkalan di PPS Bitung. Karakteristik upaya ditekankan pada rerata dimensi dan ukuran panjang kapal pukat cincin pelagis besar yang beroperasi memberikan informasi bahwa armada yang beroperasi pada 2013 berukuran rata-rata panjang 22,9 m (dengan kisaran 12,7 – 33,5) dengan ukuran bobot kapal 69,6 GT (18-200) serta kekuatan mesin sebesar 317,5 DK (80-1200). Operasional penangkapan menggambarkan kisaran jarak dan durasi antar tawur pada rumpon. Hasil analisis memberikan indikasi bahwa dari 106 unit kapal pukat cincin yang beroperasi 49% diantaranya aktif menangkapi 1 WPP, 41% di 2 WPP, dan 10% di 3 WPP, tidak ditemukan kapal yang beroperasi di empat WPP. Sebaran aktivitas penangkapan tertinggi pada 2013 ditemukan di WPP 715 sebesar 1828 tawur sedangkan terendah ditemukan di laut lepas sejumlah 9 tawur. Laju tangkap tertinggi pada 2013 (20,9 ton/tawur) terdapat di WPP 714 sedangkan hasil tangkapan per tawur terendah (6,11 ton/tawur) ditemukan di WPP 716. Musim penangkapan yang diwakili oleh frekuensi upaya tawur bulanan tidak menggambarkan adanya perbedaan yang nyata. Ocean fishing port of Bitung has an essential role provides fishing operation needs of tuna and skipjack purse seine fishery that operating their fleets in four Fisheries Management Areas (FMAs) 714, 715, 716 and 717 represent archipelagic, IZEE and high seas waters. Fisheries logbook and Vessel Monitoring System (VMS) data were collected during the port performance research program in 2014.  Exploratory data analyses were applied to data of 2011 to 2013. The objective of this study is to describe the purse seine fleet characteristics, distribution of fishing grounds including estimate of catch rates. Integrating VMS data and logbook were explored to estimate range of distance and duration between fishing activities. The average length over all (LOA) of active vessels in 2013 was 22.9 m (12.7 – 33.5 m) with tonnage of 69.6 GT (18-200 GT) and engine power of 317.5 HP (80-1200 HP). Descriptive analysis indicates that 49% of 106 vessels operate only in one FMA, 41% in two FMAs and the last 10% operate in three FMAs, no fleet operate in four FMAs. The highest fishing activities in 2013 found in FMA 715 with 1828 hauls while the lowest are found on the high seas with 9 hauls. The highest catch per unit effort in 2013 was found on FMA 714 (20.9 tons/setting) while the lowest was found in FMA 716 (6.11 tons/setting). Fishing season is represented by frequency of gear setting indicated that there is no significantly seasonal difsference. 
ANALISIS PERIKANAN HUHATE DI PERAIRAN LARANTUKA, FLORES Mohamad Adha Akbar; Suryanto Suryanto; Setiya Triharyuni
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1317.988 KB) | DOI: 10.15578/jppi.22.2.2016.115-122

Abstract

Informasi mengenai beberapa aspek perikanan huhate sangat diperlukan sebagai bahan untuk perencanaan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan di Larantuka, Flores Timur pada tahun 2014 dengan tujuan untuk menganalisis perikanan huhate sebagai salah satu tulang punggung perikanan TCT. Kegiatan penelitian diprioritaskan pada analisis unit alat tangkap, daerah penangkapan, komposisi hasil tangkapan dan estimasi Total Faktor Produktivitas (TFP) perikanan huhate. Basis data pengukuran adalah himpunan  data pendaratan dan observasi lapang. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik armada terdiri dari kapal yang terbuat dari fibreglass dengan kisaran bobot kapal 6 - 30 GT. Daerah penangkapan di sekitar perairan Laut Sawu dan Laut Flores. Hasil tangkapan utama didominansi oleh cakalang (Katsuwonus pelamis) sebanyak 82%, juwana tuna (Thunnus spp.) 17% dan tongkol (Auxis spp.) 1% serta hasil tangkapan ikutan lemadang (Coryphaena hippurus) dan marlin (Makaira spp.) < 1%. Hasil analisis tangkapan per unit upaya (CPUE) memberikan nilai rata-rata sebesar 1,1 ton/trip (0,4-1,7 ton/trip) dengan nilai tertinggi terjadi pada Februari, sedangkan terendah terjadi pada Januari. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tren bulanan CPUE dan nilai TFP.
KEBIJAKAN PENINGKATAN EFISIENSI ENERGI USAHA PENANGKAPAN TUNA CAKALANG TONGKOL (TCT) DI INDONESIA TIMUR Suryanto Suryanto; T.R. Adi; Navy Watupongoh; Duto Nugroho; Mohamad Adha Akbar
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 8, No 2 (2016): (November, 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (591.691 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.8.2.2016.65-76

Abstract

Untuk mendukung Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (GRK), maka diperlukan kebijakan “peningkatan efisiensi energi usaha penangkapan tuna cakalang tongkol di Indonesia Timur” yang didominasi oleh armada pole and line dan hand line. Tujuan dari kajian ini adalah untuk meningkatkan efisiensi energi dalam rangka menurunkan carbon footprint yang dihasilkan oleh usaha penangkapan tuna cakalang tongkol di Indonesia Timur serta analisis kebijakannya. Isu dan permasalahan dikaji berdasarkan hasil penelitian, yang dilakukan dengan metode wawancara dan pengukuran insitu konsumsi BBM serta melakukan Focus Group Discussion dengan stakeholders terkait. Penelitian mendapatkan rerata jejak karbon usaha penangkapan armada pole and line dan handline didaerah tersebut adalah 0,6813 dan 0,9425 ton CO2 eq /ton hasil tangkapan Kajian menghasilkan rekomendasi kebijakan yang terdiri dari: penyusunan baseline emisi GRK usaha perikanan Nasional, meningkatkan efisiensi energi melalui pembuatan energy efficiency index kapal ikan Nasional, pelatihan manajemen operasional kapal, penggunaan sistem penyimpanan es balok yang lebih baik, pembentukan kelompok nelayan umpan hidup dan pengembangan teknik penangkapan handline yang lebih efisien.In order to support National action plan for the reduction of green house gas (GHG) emissions, a policy on “the improvement of energy efficiency for tuna, skipjack and kawa-kawa fisheries of eastern Indonesia dominated by pole and line and hand line fleets, is required. The purpose of this study is to improve energy efficiency in order to reduce carbon footprint generated by the above fisheries as well as its policy analysis. Issues and problems are reviewed based on the research results conducted by interview, in-situ measurement of fuel consumption, and conducting focus group discussions with relevant stakeholders. The research shows, carbon footprint of pole and line and hand line fleets in eastern Indonesia are 0.6813 and 0.9425 tons CO2 eq / ton of catches respectively. The study resulted in a policy recommendations that consist of the development of GHG emission baseline for National fisheries, training of fishing vessel operational management, the use of better storage system of ice blocks, the development of live bait aquaculture groups and the development of more efficient hand line fishing techniques.