Umi chodrijah
Balai Penelitian Perikanan Laut Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PARAMETER POPULASI DAN TINGKAT PEMANFAATAN KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forsskal, 1775) DI PERAIRAN SEBATIK, KALIMANTAN UTARA Tirtadanu Tirtadanu; Umi chodrijah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 24, No 3 (2018): (September) 2018
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.793 KB) | DOI: 10.15578/jppi.24.3.2018.187-196

Abstract

Salah satu informasi yang diperlukan untuk merumuskan pengelolaan kepiting bakau (Scylla serrata Forsskal, 1775) yang berkelanjutan adalah parameter populasi dan tingkat pemanfaatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji parameter populasi dan tingkat pemanfaatan kepiting bakau di perairan Sebatik. Penelitian dilakukan pada Maret-Desember 2017. Sampel kepiting bakau di peroleh dari hasil tangkapan nelayan dengan alat tangkap bubu di perairan Sebatik. Pertumbuhan dianalisis berdasarkan persamaan Von Bertalanffy dengan mengamati pergeseran struktur ukuran kepiting tiap bulan dan tingkat pemanfaatan diperoleh dari metode kurva konversi panjang dengan hasil tangkapan. Hasil penelitian menunjukkan kepiting bakau yang tertangkap bubu di perairan Sebatik berukuran lebar karapas (carapace width) antara 84-144 mmCW dengan rata-rata ukuran yang tertangkap adalah 107,05±12,3 mmCW pada kepiting jantan dan 110,2±8,86 mmCW pada kepiting betina. Pertumbuhan berat kepiting bakau jantan lebih cepat dibandingkan ukurannya (b=3,6) sebaliknya pertumbuhan berat kepiting bakau betina lebih lambat dibandingkan ukurannya (b=2,5). Nisbah kelamin kepiting bakau menunjukkan kondisi tidak seimbang (5,5 : 1) dengan proporsi jantan lebih dominan dibandingkan betina. Lebar karapas asimptotik (CW) kepiting bakau jantan adalah 151,2 mmCW dan betina adalah 140,5 mmCW. Laju pertumbuhan (K) kepiting bakau adalah 0,75 tahun-1 pada kepiting jantan dan 0,79 tahun-1 pada kepiting betina. Status pemanfaatan kepiting bakau telah berada dalam tahapan mendekati lebih tangkap (E=0,5-0,55) sehingga disarankan tidak melakukan penambahan upaya penangkapan kepiting bakau di perairan Sebatik. One of the information needed for formulating the sustainable management of mud crab is the availability of information on the population parameters and its exploitation rate. The current research aimed to study the population parameters and the exploitation rate of mud crab in Sebatik Waters. Field research was conducted in March – December 2017. Samples of mud crab were obtained from the catch of fisherman by trap in Sebatik Waters. The Von Bertalanffy growth parameters were constructed through monthly modals progression analysis of the size of carapace width frequencies distributions and the exploitation rate was estimated through the method of length converted catch curve. The results showed that the carapace width of mud crabs caught by trap in Sebatik Waters ranged between 84 to 144 mmCW with the mean size of 107.05±12.3 mmCW for male and 110.2±8.86 mmCW for female. The growth of weights of male crab (b=3.6) is faster than its size, while the growth of weight of female crab was slower than its size (b=2,5). The sex ratio of mud crab was unbalanced (5.5 : 1) that the proportion of male was more dominant than female. Asymptotic carapace width (CW) of mud crab was 151.2 mmCW for male and 140.5 mmCW for female. The growth rate (K) of mud crab was 0.75 year-1 for male and 0.79 year-1 for female. The exploitation status of mud crab was starting to overfishing (E=0,5-0,55) so it suggest to not increase the fishing effort of mud crab fishery  in Sebatik Waters.
KARAKTERISTIK BIOLOGI DAN TINGKAT PEMANFAATAN UDANG WINDU DI PERAIRAN SEBATIK, KALIMANTAN UTARA Tirtadanu Tirtadanu; Umi Chodrijah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 25, No 4 (2019): (Desember) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.25.3.2019.191-202

Abstract

Keterbatasan data dan informasi hasil tangkapan udang windu (Penaeus monodon Fabricius, 1798) yang tidak terlaporkan di Sebatik menyebabkan sulitnya menduga potensi dan status stok udang windu. Upaya yang dapat dilakukan untuk menduga status stok dan strategi pengelolaan udang yang berkelanjutan di perairan Sebatik adalah melalui kajian karakteristik biologi, perikanan seperti parameter populasi dan rasio potensi pemijahan. Sampel udang diperoleh dari hasil tangkapan nelayan di beberapa daerah pendaratan sekitar Tanjung Aru dan pengumpulan data biometrik udang dilakukan selama bulan April Desember 2018. Parameter pertumbuhan diperoleh dari pergeseran modus panjang karapas bulanan berdasarkan model pertumbuhan Von Bertalanffy. Tingkat penangkapan diperoleh dari laju eksploitasi (E) dan estimasi rasio pemijahan berbasis data panjang (Length-based SPR). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata ukuran udang yang tertangkap jaring tiga lapis adalah 46,90±0,14 mmCL pada udang jantan dan 53,40±0,25 mmCL pada udang betina. Sebagian besar udang yang tertangkap belum melakukan pemijahan (Lc=52 mmCL<Lm=55 mmCL) dan udang windu memijah sepanjang tahun dengan puncakya diduga terjadi pada bulan Agustus dan November-Desember. Udang betina memiliki ukuran yang lebih besar (L∞ jantan=66,25 mmCL; L∞ betina=84,50 mmCL) dan laju pertumbuhan yang lebih cepat (K jantan=1,27 tahun-1; K betina=1,39 tahun-1) dibandingkan udang jantan. Laju mortalitas alami udang jantan sama dengan udang betina (M=1,7 tahun-1) sedangkan laju mortalitas penangkapan udang jantan lebih tinggi dibandingkan udang betina (F jantan=2,13 tahun-1; F betina=1,70 tahun-1). Status penangkapan udang windu di perairan Sebatik telah jenuh (fully exploited) (E=0,50-0,56) dan kondisi stoknya tidak berada pada kondisi growth overfishing berdasarkan estimasi rasio potensi pemijahan sebesar 34%. Pengusahaan udang windu di perairan Sebatik dapat terus dilanjutkan dengan menghindari penangkapan yang terpusat di daerah asuhan.The limited data and the unreported information about the yields of giant tiger prawn (Penaeus monodon Fabricius, 1798) in Sebatik caused difficulties in estimating potention and stock status of tiger prawn. The study that could be applied for estimating stock status and management strategy for sustainable shrimp fisheries in Sebatik Waters was the study about fisheries biological characteristics including population parameters and spawning potential ratio. Samples were obtained from the catch of trammel net by fishers in some landing areas in Tanjung Aru and the biometric data has been collected during April-December 2018. The growth parameters were obtained from the movement of the monthly mode of carapace length that were based on the Von Bertalanffy growth model. Exploitation status was obtained from exploitation rate of E and length based SPR. The results showed that the mean size of shrimps that was captured by trammel net was 46,90±0,14 mmCL for male and 53,40±0,25 mmCL for female. Most of shrimps were caught before they spawn (Lc=52 mmCL<Lm=55 mmCL) and tiger prawns spawn throughout the year that the peaks occurred in Agustus dan November-December. Female shrimp has larger size (L∞ jantan=66,25 mmCL; L∞ betina=84,50 mmCL) and faster growth rate ( K male=1,27 year-1; K female=1,39 year-1) than the male. The natural mortality of male shrimp was the same as the female (M=1,70 tahun-1) while the fishing mortality of male was higher than female (F male=2,13 tahun-1; F female=1,7 tahun-1). Exploitation status of tiger prawn in Sebatik Waters was fully exploited (E=0,50-0,56) and the shrimp stock has not been on growth overfishing yet according to spawning potential ratio of 34%. The shrimps fishing in Sebatik Waters could continue by avoiding the fishing on the nursery ground.