Reny Puspasari
Pusat Riset Perikanan Tangkap, Ancol-Jakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KELIMPAHAN UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) DI PERAIRAN PROBOLINGGO DAN BANYUWANGI Reny Puspasari; Astri Suryandari
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 13, No 1 (2007): (April 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (52.566 KB) | DOI: 10.15578/jppi.13.1.2007.13-19

Abstract

Dalam kegiatan budi daya udang vannemei selalu terjadi proses terlepasnya udang ke perairan. Sebagai spesies baru yang masuk ke perairan Indonesia udang vanammei perlu dikaji keberadaan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan kelimpahan keberadaan udang vannamei yang terlepas dari tambak ke perairan laut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa udang vannamei ditemukan di perairan Teluk Pangpang Banyuwangi. Udang vannamei tertangkap oleh alat tangkap sero, seser, dan jala pada jarak kurang lebih 500 m dari garis pantai pada kedalaman kurang dari 1 m dengan dasar perairan berlumpur. Kelimpahan udang vannamei pada bulan Oktober lebih tinggi dibandingkan bulan Juli. Ukuran udang yang tertangkap pada bulan Oktober lebih kecil dibandingkan dengan udang yang tertangkap pada bulan Juli. In the vannamei culture processes, there are always some vannamei escapes to the sea. As a non indigenous species in Indonesia waters, the vannamei escape should be assessed. The purpose of this research is to study the present and abundance of the vannamei escape from pond or hatchery to the sea. Research results show that vannamei are found in the Pangpang Bay Banyuwangi near by the coastal around 500 m from coastal line down to a depth of approximately 1 m in the muddy bottom substrate. Vannamei are caught by trap net (sero, jala, and seser). The abundant of vannamei caught was in higher October are higher than July but the vannemei size was bigger in July than that in October.
STATUS SUMBER DAYA DAN PERIKANAN TERIPANG DI INDONESIA: PEMANFAATAN DAN PERDAGANGAN Ngurah Nyoman Wiadnyana; Reny Puspasari; Ralph Thomas Mahulette
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 1, No 1 (2009): (Mei 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.961 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.1.1.2009.45-60

Abstract

Tulisan ini mencoba memberikan informasi tentang status sumber dayadan perikanan teripang serta pemanfatannya berdasarkan pada hasil-hasil penelitian di perairan Indonesia. Terletak di wilayah tropis, perairan Indonesia memiliki beranekaragam jenis sumber daya ikan termasuk teripang yang pemanfaatannya cukup intensif di berbagai daerah. Sumber daya teripang berperan penting sebagai salah satu komoditas ekspor perikanan ke manca negara. Dari sekitar 53 jenis teripang, yang ditemukan, terdapat sekitar 22 jenis yang dapat dikonsumsi, dan 8 jenis diantaranya memiliki nilai pasar tinggi. Ke-8 jenis tersebut adalah teripang pasir (Holothuria scraba), teripang susuan atau koro (H. nobilis dan H. fuscogiva), teripang batu (Actinopyga echinites), teripang bilabo (A. lecanora), teripang lotong (A. miliaris), teripang mata kucing (Bohadschia argus), dan teripang nanas (Theleonata ananas). Banyak nya permintaan pasar ekspor dengan harga yang sangat tinggi telah memacu masyarakat untuk memburu teripang secara besar-besaran sehingga terjadi peningkatan produksi teripang secara nasional. Fenomena ini terlihat dari terjadinya peningkatan produksi teripang kering pada 2 tahun terakhir (tahun 2005 sampai 2006) yang mencapai 100% dibandingkan tahun-tahunsebelumnya. Permasalahan yang timbul adalah populasi teripang tampak semakin menurun dengan kepadatan yang relatif rendah (<1 ind m-2). Sementara itu, belum ada peraturan yang khusus mengatur tentang pengelolaan perikanan teripang di Indonesia. Dari hasil kajian ini dapat direkomendasikan bahwa (i) perlu ada peraturan tentang eksplotasi teripang yang mencakup pengaturan musim pengambilan, jumlah dan ukuran teripang, serta pengawasan terhadap pengambilan teripang melalui penegakan hukum; (ii) melakukan kegiatan pemacuan stok teripang dengan pengembangan sentra perbenihan teripang; dan (iii) perlu dilakukan upaya konservasi terhadap sumber daya teripang terutama jenis-jenis yang mempunyai nilai ekonomis tinggi sejalan dengan penetapan kawasan konservasi laut.The current paper tries to provide information on the sea cucumbers resource and fishery status as well as its utilization based on research results in Indonesian waters. Located in tropical region, Indonesian waters contains widely variety of marine resources including sea cucumbers which are utilisized intensively in some regions. Sea cucumbers resource plays an important role as one of the principal fisheries commodities exported to foreign countries. From 53 species of sea cucumbers, there are about 22 consumable species and eight species among them having important price. Those eight species are sandfish (Holothuria scraba), black teathfish and white teathfish (H. nobilis and H. fuscogiva), brown fish (Actinopyga echinites), stone fish (A. lecanora), black fish (A. miliaris), leopard (tiger) fish (Bohadschia argus), and prickly redfish (Theleonata ananas). The highly market demand and price for sea cucumbers have stimulated the community to harvesting sea cucumbers in large number, resulting the increase of the production in national level. This phenomenon appeared from the significant increasing dry sea cucumbers productions in last two years (2005 until 2006), with value reaching about 100% compared to those recorded in years previous year. The problem raised is the depleting of sea cucumbers stock, falling down to low density level (<1 individual m2). Meanwhile, there is not any specific regulation to manage sea cucumbers fisheries in Indonesia. This study might recommend that (i) the need of regulation concerning on sea cucumbers exploitation with scope including season of harvest, number, and size as well as the controlling to the sea cucumbers harvest by low enforcement; (ii) to carry out stock enhancement activity with developing sea cucumbers hatchery; and (iii) the need of conservation measure for sea cucumbers, especially those with having high price, in accordance to the establishment of marine protected area.