Duto Nugroho
Center for Fisheries Research and Development, Agency for Marine and Fisheries Research and Development

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

APLIKASI MODEL SURPLUS PRODUKSI NON-EKUILIBRIUM PADA PERIKANAN LAYANG ( Decapterus macrosoma) DI LAUT JAWA Suherman Banon Atmaja; Bambang Sadhotomo; Duto Nugroho
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9425.98 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.1.2017.57-66

Abstract

Ikan layang (Decapterus macrosoma) dikelompokkan sebagai ikan pelagis yang menyukai habitat oseanik. Kajian ini membahas pendugaan biomassa dengan pendekatan model surplus produksi (MSY) pada spesies layang berdasarkan himpunan data runtut CPUE dan produksi perikanan pukat cincin yang berasal dari Pekalongan dan Juwana selama kurun waktu 1976-2009. Analisis menggunakan pendekatan non-ekuilibrium dengan bantuan perangkat aplikasi ASPIC 7. Hasil penelitian menunjukan sejak tahun 1991 sampai dengan 2005, status biomassa cenderung terus menurun dan tingkat eksploitasi telah melampaui ambang batas untuk menentukan pengelolaan dengan besaran keseimbangan Fmsy dan Bmsy =1. Sejak 2006, penurunan secara drastis baik jumlah armada pukat cincin maupun aktivitas penangkapannya telah memberikan peluang terhadap pemulihan stok menuju tingkat biomassa optimal. Keterbatasan kemampuan pengendalian terhadap dinamika perikanan berakibat pada peningkatan upaya penangkapan, perubahan kapasitas maupun taktik penangkapan. Pergeseran teknologi tersebut cenderung lebih rasional untuk peningkatan produktivitas dan abai terhadap tingkat mortalitas penangkapan yang sedang berjalan (Ft). Untuk itu, upaya pengendalian yang lebih konservatif tentang risiko terhadap pembiaran pola eksploitasi yang sedang berjalan sangat diperlukan. Evaluasi terhadap jumlah armada aktif merupakan landasan untuk mendapatkan status pemanfaatan yang sedang berjalan dan penutupan izin masuknya armada baru merupakan tindakan pengelolaan patut dilakukan untuk memperbesar peluang pemulihan stok pada tingkat optimal.The scads (Decapterus macrosoma) were grouped into pelagic fish associated with oceanic habitat. This study deal with the estimation of biomass and MSY of shortfin scads base on CPUE and production of purse seiners fishery in Pekalongan and Juwana during 1976-2009. Analysis was carried out using non-equilibrium approach through programs package of ASPIC 7. The results showed that since 1991 to 2005, the trend of biomass continued to decline and exploitation rates exceed management benchmarks i.e. Fmsy and Bmsy = 1. Since 2006, drastic decline in number of purse seine and their activity indicates that the probability of recovery biomass to optimum level were increased. However, due to limited capacity on managing the dynamics of fishing activity under the scheme of productivity and ignoring the increasing fishing mortality (Ft), the biomass tends to decline. Therefore, revisiting the fisheries system on input control should be more rational to maintain fishing mortality at equal to Fmsy. A conservative approach on restrictive licencing for new entrance would be necessary to increase the probability of rebuilding the pelagic fish stock at optimal level.
DAMPAK PEMASANGAN HUNIAN IKAN BUATAN SEBAGAI UPAYA PEMULIHAN HABITAT SUMBERDAYA IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI BREBES, JAWA TENGAH R Thomas Mahulette; Anthony S Panggabean; Duto Nugroho; Nasrul Rizal Azhar Lubis
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 9, No 1 (2017): (Mei 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.926 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.9.1.2017.31-40

Abstract

Teknologi hunian ikan buatan (Fish shelter) telah banyak digunakan di berbagai perairan dan telah berkontribusi pada perbaikan kualitas habitat pada kawasan yang telah terdegradasi akibat faktor-faktor antropogenik. Perairan pantai Brebes merupakan kawasan dengan aktivitas perikanan padat tangkap yang telah beroperasi sejak lama. Tujuan utama penerapan teknologi tersebut untuk memperbaiki habitat ikan demersal yang terdegradasi oleh aktivitas perikanan tangkap yang telah berjalan. Pada tahun 2013–2014 telah dilakukan upaya penerapan teknologi hunian ikan buatan melalui penenggelaman sejumlah modul bangunan bawah air di kawasan tersebut. Desain dan konstruksi hunian ikan buatan mengikuti bentuk kubus terbuat dari beton berongga dan disusun bertingkat dalam air berbentuk piramida. Diharapkan bangunan yang dibentuk akan menjadi habitat buatan untuk memperbaiki ketersediaan dan kelimpahan ikan di sekitar kawasan tersebut. Hasil pengamatan secara kualitatif selama 1 tahun penenggelaman memberikan informasi bahwa terjadi peningkatan kelimpahan ikan demersal (kakap dan kerapu) yang dibuktikan dengan data hasil tangkapan nelayan yang beroperasi disekitar kawasan tersebut. Manfaat lain adalah mulai berkembangnya perikanan rekreasi dengan alat tangkap pancing. Tulisan ini disusun sebagai bagian dari awal keberhasilan penenggelaman bangunan bawah air sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki habitat di kawasan padat tangkap. Upaya mengubah pola pemanfaatan sumberdaya menjadi lebih bertanggung jawab telah disosialisasikan. Kesejahteraan masyarakat pesisir dalam jangka panjang sangat perlu didukung oleh pengelolaan dan kebijakan pemanfaatan ekosistem dalam jangka panjang.  The fish shelter has been widely used and contributed on restoring the healthiness level of demersal coastal habitat in degraded areas due to anthropogenic factors. Brebes coastal waters is an area with dense capture fisheries activities that have been operating since decades. The research aims to apply this technology for recovering the fish habitat that has been degraded by demersal fishing activities. In 2013 – 2014, the fish shelters have been deployed to address those issues. The design and construction of fish shelters following the a cubical shapes made by concrete and placed in an underwater pyramid-shaped. It is expected that the underwater construction will become artificial habitat to improve the availability and abundance of fishes in the surrounding area. The observations were carried out to monitor the fish shelters within 1 year. The result indicates that the large demersal fish (snapper and grouper) found in relatively high around the shelter. It also proved by landing data fishers that operated around the fish shelters. Moreover, the recreational fishing with line have been developed after the deployments. This paper deal with the initial success of the installment underwater building as part of the efforts for restoring the habitat in the area. The campaign on sustainable fishing technique also have been disseminate to the fishers community. This is important  since long-term well-being of coastal communities in the region should be supported by a better fisheries system including healthy ecosystem.