Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

INTERAKSI ANTAR TRAWL DAN RAWAI DASAR PADA PERIKANAN KAKAP MERAH (Lutjanus malabaricus) DI LAUT TIMOR DAN ARAFURA Bambang Sadhotomo; Suprapto Suprapto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.262 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.2.2013.89-95

Abstract

Informasi mengenai biologi populasi ikan kakap yang diduga merupakan stok bersama dan dimanfaatkan oleh Indonesia dan Australia masih sangat minim. Begitu pula informasi mengenai pengaruh interaksi antara alat tangkap terhadap kelangsungan reproduksi ikan kakap. Informasi-informasi tersebut diharapkan dapat menunjang pengelolaan perikanan kakap merah yang dilakukan di Laut Timor dan Arafura terutama dalam hal pengaturan alokasi upaya penangkapan dan jumlah alat tangkap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai pengaruh interaksi dari alat tangkap pukat ikan dan pancing dasar yang memiliki ikan target yang sama yaitu kakap merah. Penelitian ini berbasis pada data komposisi panjang ikan demersal laut dalam yang tertangkap trawl ikan dan rawai pancing dasar vertikal yang beroperasi di Laut Arafura dan Laut Timor. Estimasi parameter biologi dan populasi dilakukan untuk memenuhi masukan bagi analisis yield per recruit. Hasil analisis menunjukkan adanya interaksi antar perikanan pukat ikan dan pancing rawai dasar yang mengeksploitasi ikan demersal di perairan tersebut. Dampak perkembangan perikanan pukat ikan terhadap penurunan produksi dan yield keseluruhan perikanan tangkap terlihat sangat signifikan. Information on the biology of snapper populations which had  possibility as a shared stock utilized by Indonesia and Australia fisheries is still lack. Moreover information on the effect of interactions between fishing gears to the sustainable of the snapper resource. This information is expected to support the management of red snapper in the Timor and Arafura Sea, especially in terms of setting the allocation of effort and number of fishing gear. The objective of this study is to obtain information regarding the interaction effect from two different fishing gears i.e. trawl fishing gear and vertical bottom long line which targeted  red snapper as the main target species. The research was based on length composition data of demersal deep-sea fish caught by fishnet and vertical bottom longline operations in the Arafura Sea and Timor Sea. Estimation of the biology and population parameter was conducted to meet the input for the analysis of yield per recruit. The analysis revealed the existence of interactions between fisheries and other fishnet which exploit demersal fish in these waters. The impact of the development of fishnet to the decline of production and the total fisheries yield was very significant.
TREN PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN KURAU (POLINEMIDAE) DI PERAIRAN BENGKALIS, SELAT MALAKA Wijopriono Wijopriono; Duto Nugroho; Bambang Sadhotomo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.223 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.4.2012.205-212

Abstract

Sumberdaya Ikan kurau (Polinemidae) di perairan bengkalis, Selat Malaka, telah dieksploitasi dengan menggunakan berbagai alat tangkap. Dalam periode 2005-2009,  produksi ikan ini menunjukkan penurunan yang tajam, sebesar 70%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumberdaya ikan kurau mengindikasikan tekanan penangkapan yang tinggi karena dieksploitasi pada berbagai ukuran dari siklus hidupnya oleh alat tangkap gombang (stownet), rawai dasar (bottom longline) dan jaring batu (bottom gillnet). Kerentanan spesies ikan kurau terhadap tekanan penangkapan khususnya terkait dengan konsekuensi dari sifat biologisnya yang protandous hermaphrodite, yaitu kemampuan mengubah organ kelamin seiring dengan perkembangan ukuran dan umur. Threadfin (Polinemidae) resources in Bengkalis waters, Malacca Strait, have been exploited by variety of fishing gears. In the period of 2005-2009, the production have sharply decreased at about 70%. Results of the research showed that there was indication the resources suffered from fishing pressure as they exploited at variety stages of their life cycles by tidal traps (gombang), bottom longline and bottom gillnet. Vurnerability of threadfin on fishing pressure is specifically related to their nature, a protandous hermaphrodite, which is the ability of change genital organ as the fish growing older.
APLIKASI MODEL SURPLUS PRODUKSI NON-EKUILIBRIUM PADA PERIKANAN LAYANG ( Decapterus macrosoma) DI LAUT JAWA Suherman Banon Atmaja; Bambang Sadhotomo; Duto Nugroho
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 23, No 1 (2017): (Maret, 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9425.98 KB) | DOI: 10.15578/jppi.23.1.2017.57-66

Abstract

Ikan layang (Decapterus macrosoma) dikelompokkan sebagai ikan pelagis yang menyukai habitat oseanik. Kajian ini membahas pendugaan biomassa dengan pendekatan model surplus produksi (MSY) pada spesies layang berdasarkan himpunan data runtut CPUE dan produksi perikanan pukat cincin yang berasal dari Pekalongan dan Juwana selama kurun waktu 1976-2009. Analisis menggunakan pendekatan non-ekuilibrium dengan bantuan perangkat aplikasi ASPIC 7. Hasil penelitian menunjukan sejak tahun 1991 sampai dengan 2005, status biomassa cenderung terus menurun dan tingkat eksploitasi telah melampaui ambang batas untuk menentukan pengelolaan dengan besaran keseimbangan Fmsy dan Bmsy =1. Sejak 2006, penurunan secara drastis baik jumlah armada pukat cincin maupun aktivitas penangkapannya telah memberikan peluang terhadap pemulihan stok menuju tingkat biomassa optimal. Keterbatasan kemampuan pengendalian terhadap dinamika perikanan berakibat pada peningkatan upaya penangkapan, perubahan kapasitas maupun taktik penangkapan. Pergeseran teknologi tersebut cenderung lebih rasional untuk peningkatan produktivitas dan abai terhadap tingkat mortalitas penangkapan yang sedang berjalan (Ft). Untuk itu, upaya pengendalian yang lebih konservatif tentang risiko terhadap pembiaran pola eksploitasi yang sedang berjalan sangat diperlukan. Evaluasi terhadap jumlah armada aktif merupakan landasan untuk mendapatkan status pemanfaatan yang sedang berjalan dan penutupan izin masuknya armada baru merupakan tindakan pengelolaan patut dilakukan untuk memperbesar peluang pemulihan stok pada tingkat optimal.The scads (Decapterus macrosoma) were grouped into pelagic fish associated with oceanic habitat. This study deal with the estimation of biomass and MSY of shortfin scads base on CPUE and production of purse seiners fishery in Pekalongan and Juwana during 1976-2009. Analysis was carried out using non-equilibrium approach through programs package of ASPIC 7. The results showed that since 1991 to 2005, the trend of biomass continued to decline and exploitation rates exceed management benchmarks i.e. Fmsy and Bmsy = 1. Since 2006, drastic decline in number of purse seine and their activity indicates that the probability of recovery biomass to optimum level were increased. However, due to limited capacity on managing the dynamics of fishing activity under the scheme of productivity and ignoring the increasing fishing mortality (Ft), the biomass tends to decline. Therefore, revisiting the fisheries system on input control should be more rational to maintain fishing mortality at equal to Fmsy. A conservative approach on restrictive licencing for new entrance would be necessary to increase the probability of rebuilding the pelagic fish stock at optimal level.
DINAMIKA SPASIAL PERIKANAN PUKAT CINCIN DI LAUT JAWA DAN SAMUDERA HINDIA Suherman Banon Atmaja; Muhamad Natsir; Bambang Sadhotomo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 2 (2012): (Juni) 2012
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.454 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.2.2012.69-76

Abstract

Nelayan mempunyai kemampuan yang fleksibel dan adaptif dalam usaha perikanan. Mereka terus menerus dihadapkan pada suatu situasi perubahan lingkungan eksternalnya, seperti cuaca, perubahan harga ikan dan akses terhadap sumber daya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberlanjutan perikanan purse seine terjadi melalui ekspansi daerah penangkapan. Kini daerah operasi pukat cincin tidak hanya terbatas di wilayah teritorial dan perairan Nusantara tetapi sudah sampai ke perairan Samudera. Rata-rata CPUE (tawur) terendah dijumpai di perairan Laut Jawa bagian timur, yakni 1,4 ton per tawur dan hasil tangkapan didominasi oleh ikan pelagis kecil, sedangkan CPUE (tawur) yang tertinggi diperoleh di Selatan Pulau Jawa bagian timur, dimana hasil tangkapan didominasi oleh ikan pelagis besar. Walaupun CPUE (jumlah hari di daerah penangkapan) menunjukkan aktivitas penangkapan di Samudera Hindia namun kerapkali operasi penangkapan dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang buruk. Sementara itu, kapal yang masih beroperasi di Laut Jawa dan sekitarnya dalam menghadapi ketidakpastian dan rendahnya peluang keberhasilan, melakukan perpanjangan masa melaut dari rata-rata sebulan menjadi dua hingga empat bulan.Fishermen have flexible and adaptive ability in the fisheries business. They are constinuosly faced with a situation change of external environment, such as weather, fish prices and access to the fish resources. The research indicated that the sustainability of purse seine fisheries due to the expansion of fishing ground. The purse seine operation was not only limited in the territory and territorial waters of the archipelago, but also to the Ocean. The lowest average of catch per haul found in the waters of the eastern part of Java Sea around 1,4 ton/haul which was dominated by small pelagic fish. While the highest CPUE was obtained in the South eastern part of Java Island and the catch was dominated by large pelagic fish. Although CPUE (number of day in the fishing ground) indicates the activity of fishing in the Indian Ocean, their operation was often influenced by bad weather conditions. Meanwhile, the vessels still operate in the Java Sea and its adjacent waters in the face of uncertainty and low probability of success, they do extension of the day at sea from an average of one month to two until four months.
EVALUASI STOK KEPITING BAKAU Scylla serrata (Forskal, 1775) DI PERAIRAN PATI DAN SEKITARNYA SERTA OPSI PENGELOLAANNYA Tri Ernawati; Duranta Diandria Kembaren; Bambang Sadhotomo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.945 KB) | DOI: 10.15578/jppi.22.2.2016.95-104

Abstract

Eksploitasi kepiting bakau secara berlebihan berdampak pada penurunan populasi kepiting bakau sehingga keberlanjutan stok akan terancam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status stok kepiting bakau di perairan Pati serta kemungkinan pengelolaannya. Penelitian dilakukan pada April-Desember 2015. Data-data parameter pertumbuhan, rata-rata matang gonad, rata-rata pertama kali tertangkap dan lain-lain sebagai bahan input untuk analisa SPR dan Y/R telah diperoleh pada hasil penelitian sebelumnya. Analisa data dilakukan dengan SPR (Spawning Potential Ratio), Y/R (Yield per Recruit) dan B/R (Biomass per Recruit). Hasil analisa diperoleh SPR sebesar 7%, Y/R sebesar 55,03 gram per recruit (g/r) dan tersisa biomasa per recruit (B/R) sebesar 7,9% dari biomassa virgin. Pada F0.1 dengan nilai F sebesar 1,56 diperoleh Y/R sebesar 49 (g/r) dan tersisa B/R sebesar 15% dari biomassa virgin. Hasil-hasil tersebut menunjukkan bahwa status stok kepiting bakau di perairan sekitar Pati telah mengalami lebih tangkap. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya yang tepat dan rasional dalam pengelolaan, diantaranya dengan penutupan area penangkapan di nursery ground agar kepiting-kepiting muda memiliki peluang untuk tumbuh dewasa, pengurangan upaya penangkapan sebesar 30 – 43% dari upaya yang ada dan penentuan ukuran minimal yang tertangkap pada lebar karapas sebesar 12 cm.
KETERKAITAN FAKTOR OSEANOGRAFI DENGAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS Bambang Sadhotomo; Subhat Nurhakim
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 6, No 3-4 (2000): (Vol.6 No.3-4 2000)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5088.089 KB) | DOI: 10.15578/jppi.6.3-4.2000.1-9

Abstract

Berlandaskan anggapan bahwa sumber daya ikan pelagis kecil menempati wilayah perairan yang luas, mencakup perairan Laut Flores, sehingga peningkatan produksi ikan masih layak dilaksanakan. Berbasis pada data survai akustik dan oseanografi yang dikumpulkan pada bulan November 1999, penelitian ini bertujuan merangkum berbagai informasi mengenai dinamika spasial agregasi ikan dan hubungannya dengan karakteristik perairan yang diperlukan dalam pengembangan penangkapan.
ANALISIS HASIL PER PENAMBAHAN BARU PERIKANAN LOBSTER PASIR Panulirus homarus (Linnaeus, 1758) DI PERAIRAN ACEH BARAT Duranta Diandria Kembaren; Tri Ernawati; Bambang Sadhotomo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 22, No 2 (2016): (Juni 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (493.306 KB) | DOI: 10.15578/jppi.22.2.2016.61-70

Abstract

Lobster merupakan komoditas ekonomis penting yang tingkat pemanfaatannya sangat intensif sehingga harus dikelola secara berkelanjutan. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis hasil per penambahan baru, biomassa per penambahan baru serta menghitung ukuran dan upaya penangkapan lobster yang dapat memberikan hasil per penambahan baru yang optimal. Tulisan ini didasarkan pada hasil penelitian lobster pasir di perairan Aceh Barat yang dilakukan pada tahun 2013. Nilai-nilai biologi populasi dari hasil penelitian tersebut digunakan sebagai data dasar dalam tulisan ini. Analisa model per penambahan baru dilakukan berdasarkan metode Boverton & Holt yang dimodifikasi sesuai saran Pauly sehubungan dengan pertumbuhan lobster yang bersifat allometrik. Hasil analisa menunjukkan bahwa hasil per penambahan baru lobster pasir meningkat seiring meningkatnya upaya sampai mencapai titik maksimum yaitu 90,5 g dan kemudian menurun secara gradual. Pada saat upaya penangkapan tinggi (> 1 tahun-1) dan ukuran tertangkap kecil (Lc < 70 mm), maka hasil per penambahan baru lobster pasir lebih cepat turun dibandingkan dengan pada saat upaya penangkapan rendah dan ukuran tertangkap besar (Lc > 70 mm). Biomassa per rekrut menurun secara signifikan seiring dengan bertambahnya jumlah upaya penangkapan dan kecilnya ukuran lobster yang tertangkap. Biomassa lobster pada saat ini berada pada kondisi 33,2% dari biomassa awal. Jumlah upaya pada saat ini lebih rendah dibandingkan jumlah upaya berdasarkan titik acauan F0.1 (Fcur = 0,77; F0.1 = 0,85). Rata-rata ukuran tertangkap yang memberikan hasil per rekrut tertinggi diperoleh pada ukuran panjang karapas 72 mm. Oleh karena itu, disarankan agar ukuran minimum panjang karapas lobster pasir yang boleh ditangkap di perairan Aceh Barat ini sebesar 72 mm. Untuk tujuan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan disarankan untuk melakukan pemantauan ukuran panjang lobster yang tertangkap secara terus menerus agar biomassa lobster tidak menurun dari kondisi saat ini. 
SINTESA KAJIAN STOK IKAN PELAGIS KECIL DI LAUT JAWA Bambang Sadhotomo; Suherman Banon Atmadja
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 4 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.502 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.4.2012.221-232

Abstract

Sintesa status dan tren perikanan pukat cincin pelagis kecil di perairan Jawa Laut dan sekitarnya yang dilakukan berdasarkan kumpulan sejumlah hasil penelitian yang tersedia. Beberapa kajian dinamika populasi pada ikan pelagis kecil menunjukkan bahwa spesies ikan mempunyai laju pertumbuhan cepat dan mortalitas alami tinggi.  Dari analisis kohor diperoleh estimasi total biomassa yang cenderung lebih rendah dari hasil tangkapan yang dihasilkan oleh aktivitas perikanan pukat cincin, dan memberikan indikasi tidak adanya hubungan langsung antara struktur biomassa dan kelimpahan hasil tangkapan pada perikanan pelagis kecil. Perkiraan besarnya biomassa yang lebih rendah dari hasil tangkapan menunjukkan hasil yang tidak realistis, terutama pada kelompok ukuran ikan yang telah memasuki perikanan (recruitment).  Sementara, perhitungan surplus produksi dapat dilakukan setelah produksi mencapai kestabilan jangka panjang, dimana tren penurunan CPUE dibarengi oleh penurunan produksi secara bertahap dan terjadinya lebih tangkap atau telah melebihi tingkat MSY serta telah berlangsung selama beberapa tahun. Pendekatan interaksi upaya penangkapan dengan biomassa menunjukkan selama periode pemulihan stok ikan, banyak nelayan telah keluar dari perikanan tersebut. A synthesis on small pelagic purse seine fisheries in the Java Sea and its adjacent waters based on several previous research results has been conducted.  Study on population dynamics of small pelagic fish species indicated that the small pelagic species has a rapid growth and high natural mortality rates.  Cohort analysis indicated that  estimation on total biomass tend to indicate a lower value than the landing data of small pelagic fishery, with no indication on clear  relationship between the structure of biomass and abundance in catches.  The abundance estimation based on surplus production applied when production has reached a long-term stability, and downward trend in CPUE followed by a gradual decline in production and MSY level have taken place since years. The interaction of fishing effort and fish biomass approach showed that during periods of fish biomass recovery, numbers of fishers have left out from the fisheries.
KOMPETISI DAN INTERAKSI PERIKANAN: STUDI KASUS PADA PERIKANAN LAYANG (Decapterus spp.) DI LAUT JAWA Suherman Banon Atmaja; Bambang Sadhotomo
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 18, No 3 (2012): (September 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.782 KB) | DOI: 10.15578/jppi.18.3.2012.197-204

Abstract

Ko-eksistensi dua jenis perikanan komersial yang hidup berdampingan, perikanan pukat cincin semi industri (perikanan berskala besar) dan perikanan berskala kecil, bersaing dalam pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil. Stok ikan yang dapat dieksploitasi adalah kuantitas yang berubah, tergantung pada intensitas penangkapan. Interaksi biomassa dengan upaya penangkapan menunjukkan bahwa kenaikan mortalitas penangkapan (atau upaya penangkapan) akan diikuti dengan penurunan biomassa.  Kompetisi diperlihatkan oleh interaksi teknologi, dimana peningkatan aktivitas perikanan pukat cincin semi industri akan meningkatkan mortalitas penangkapan dan hasil tangkapannya, sebaliknya hasil tangkapan pukat cincin mini dan skala kecil terus menurun.  Hal ini dapat diartikan bahwa perikanan skala kecil (pukat cincin mini dan tradisional) harus lebih memperhatikan peningkatan aktivitas perikanan pukat cincin semi industri. Co-existence of two types of commercial fisheries, semi-industrial and small-scale purse seiners, to compete in the utilization of small pelagic fish resources.  Stock of fish exploited can change in quantity, depend on fishing intensity.   Interaction between biomass and  fishing effort showed that together with increasing fishing mortality (or fishing effort) will be followed by decreasing of the biomass.  The competition was showed by technological interaction, where increasing activity of semi industrial purse seine will increase fishing mortality and increase it’s yields.  On the contrary, yield of mini purse seine and small scale always declines.  It’s mean that  small scale fisheries  (mini purse seine and tradisional) have to more notice the increasing activities of purse seine semi industry. This can be interpreted that small scale fishery (mini purse seine and traditional) have to be more pay attention on the  increasing of  semi industrial purse seine. 
DINAMIKA POPULASI IKAN SWANGGI (Priacanthus tayenus) DI PERAIRAN TANGERANG – BANTEN Prihatiningsih Prihatiningsih; Bambang Sadhotomo; Muhamad Taufik
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 5, No 2 (2013): (Agustus 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (427.411 KB) | DOI: 10.15578/bawal.5.2.2013.81-87

Abstract

Ikan swanggi merupakan ikan ekonomis dan ekologis penting dan statusnya di perairan belum terevaluasi dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan, umur dan mortalitas ikan swanggi yang dapat memberikan kontribusi terhadap pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan dan lestari. Data frekuensi panjang dan berat ikan pada Januari – Desember 2012 diperoleh dari perairan Tangerang dan sekitarnya berasal dari hasil tangkapan jaring cantrang. Sebaran frekuensi panjang ikan dipisahkan kedalam sebaran normal menggunakan metode Bhattacharya. Hubungan panjang-berat ikan swanggi jenis jantan dan betina bersifat allometrik negatif dan memiliki faktor kondisi yang baik (k=1,26). Rata-rata ukuran pertama kali tertangkap ikan swanggi (Lc=20,84 cm) lebih besar dibandingkan dengan ukuran pertama kali matang gonad (Lm=16,03 cm). Ikan swanggi dapat tumbuh hingga mencapai panjang infinitive (L∞) = 32,34 cm dengan laju pertumbuhan (K) sebesar 0,91 tahun-1 dan nilai dugaan umur teoritis pada saat panjang ikan sama dengan nol (t0) adalah 0,14 tahun-1. Panjang maksimal ikan swanggi  diduga berumur 3,5 tahun dan rata-rata panjang ikan pertama kali matang gonad (Lm) diduga berumur 0,75 tahun. Mortalitas alami (M) ikan swanggi adalah 1,67, mortalitas karena penangkapan (F) 0,83, mortalitas total (Z) 2,50 dan tingkat eksploitasi (E) sebesar 0,33 yang berarti pemanfaatannya masih dapat ditingkatkan sekitar 34% dari keadaan saat ini. The purple spotted bigeye an economically and ecologically important fish and status  in the waters have not been evaluated well. This research was aimed to understand the growth, age and mortality of the purple spotted bigeye. It was hoped that the results of this research can be contributed in sustainable fisheries management. The  length frequency data and weight of fish in January - December 2012 was obtained from Tangerang and surrounding waters derived from trawl’s catch,. The size distribution of the fish was divided into normal distribution by using Battacharya Method. Length weight relationship of the male and female fish were negative allometric and has a good condition factor (K=1,26). The average length at first capture of the purple spotted bigeye (Lc = 20,84) was higher than the average length at first maturity (Lm=16,03). The purple spotted bigeye can grow into infinitive length of (L∞) = 32,34 cm with growth rate (K) of 0,91 year-1 and (t0) value of 0,14 year-1. The maximum length of the fish was predicted reach at age of 3,5 years with the average length of first maturity predicted reach at age 0,75 years. Natural mortality value (M) of the purple spotted bigeye was 1,67; fishing mortality (F) value was 0,83; total mortality value (Z) was 2,5 and exploitation rate (E) was at 0,33 which mean utilization can be improved about 34% from the current state.