Regi Fiji Anggawangsa
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

SEBARAN SPASIO-TEMPORAL UKURAN DAN DENSITAS UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man, 1907) DI SUB AREADOLAK, LAUT ARAFURA (WPP-NRI 718) Ignatius Tri Hargiyatno; Regi Fiji Anggawangsa; Bambang Sumiono
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (296.538 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.4.2015.261-269

Abstract

Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2014 telah menerbitkan Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) Laut Aru, Laut Arafura dan Laut Timor Bagian Tmur (WPP-NRI-718). Untuk menyempurnakan RPP tersebut yang berkaitan dengan pengelolaan udang, diperlukan suatu kajian ilmiah tentang aspek biologi dan perikanan udang. Salah satu daerah penangkapan potensial udang jerbung di WPP 718 adalah area perairan Dolak dan sekitarnya. Sebaran spasial densitas dan ukuran udang jerbung (Penaeus merguiensis) di sub area Dolak dianalisis dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari log book harian kapal Pukat Udang yang berbasis di Merauke pada periode 2007-2011.  Analisis stok udang menggunakan metode luas sapuan (swept area method) berdasarkan nilai laju tangkap dan sebaran spasio-temporal disajikan dalam bentuk peta penyebaran geografis daerah penangkapannya. Hasil penelitian menunjukkan secara umum udang jerbung yang tertangkap di perairan Dolak rata-rata berukuran kecil yaitu dibawah nilai panjang pertama kali matang gonada (Lm = 38,7 mmCL) atau kategori ukuran antara 15-40 ekor/2 kg (dengan kepala) dan > 40 ekor/2kg (tanpa kepala). Udang berukuran kecil produksinya cenderung menurun pada Juni sampai dengan September, sebaliknya udang berukuran besar (kategori ukuran antara 6-15 ekor/2 kg dengan kepala) meningkat. Kelimpahan udang berukuran kecil lebih banyak terdapat di perairan dangkal (<20m) terutama pada September-April dengan kisaran densitas antara 50-320 kg/km2. Udang jerbung berukuran besar lebih banyak tertangkap di perairan tengah (>20m) terutama pada Mei–Agustus dengan kisaran densitas antara 50 – 150 kg/km2. Fisheries Management Plan (FMP) for FMA- 718 including Aru Sea, Arafuru Sea and eastern part of Timor Sea was published by Ministry of Marine Affairs and Fisheries. To enhance FMP, in relation to prawn resource management, it needs a study on biological and fisheries aspects of prawn. Dolak area is predicted as important fishing ground for prawn fisheries at FMA-718. The analysis of spatio-temporal distribution of density and size of banana prawn (Penaeus merguiensis) in sub area of Dolak was done based on data collected from daily log book of trawl vessels based at Merauke, during 2007-2011. Swept area method was used for calculating stock density based on catch rates, and spasio-temporal distribution, showed through geographical distribution of fishing ground. The results show that banana prawn caught in Dolak sub areas were usually small sizes as lower than length at first maturity size (Lm = 38.7mmCL) or size category of 15-40 individuals per 2 kg (head on) and more than 40 individuals per 2 kg (headless). The catch of small size tends to increased during June to September. On the contrary, the big sizes (size category of 6-15 individuals per 2 kg head-on) tend to increased.. The most abundance of small prawn is usually obtained in shallow water (<20 m water depth) caught mainly during September to April with density ranged of 50-320 kg/km2.Tthe bigger size of prawn tend to be caught in the middle  area  (>20 m) mainly on May to August with density ranged of  50 to 150 kg/km2.
STATUS PEMANFAATAN IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus Rüppel, 1835) DI SULAWESI SELATAN Dian Oktaviani; Regi Fiji Anggawangsa; M Adha Akbar; Dharmadi Dharmadi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.834 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.4.2015.237-244

Abstract

Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah pemasok ikan napoleon (Cheilinus undulates Rüppel, 1835; Labridae) hidup bagi pasar nasional maupun internasional. Akan tetapi informasi mengenai status pemanfaatan ikan napoleon dengan segala implementasi peraturannya dalam skala lokal masih sedikit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status pemanfaatan ikan napoleon dengan pendekatan penilaian Non Detrimental Finding (NDF) di Sulawesi Selatan. Penelitian didasarkan pada data dan informasi dari penampung serta instansi terkait sebagai bentuk pemanfaatan yang dihubungkan dengan keberlanjutan populasi spesies tersebut di alam. Metode yang digunakan berupa pengamatan langsung, wawancara, dan studi literatur yang berlokasi di Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bone, dan Kota Makassar. Pengumpulan data dari wawancara dan pengamatan lapangan dilakukan pada Maret dan November 2014, sedangkan studi literatur dilakukan selama periode penelitian antara Januari – Desember 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian NDF terhadap status pemanfaatan ikan napoleon di Sulawesi Selatan mengindikasikan adanya gangguan terhadap populasi ikan tersebut di alam (nilai: 3,81 ≈ 4). Opsi pengelolaan yang dapat dilakukan adalah melakukan moratorium selama lima tahun yang disertai implementasi peraturan yang lebih ketat dan meningkatkan penyuluhan tentang dampak negatif penangkapan ikan dengan menggunakan racun dan bom. South Sulawesi is one of the regional sources of humphead wrasse (Cheilinus undulates Rüppel, 1835; Labridae) for national and international trades of life reef fishes. However, few information was available regarding the implementation of the rules for local utilization of humphead wrasse. The current study was conducted to fill a gap, especially in relation to the sustainability of the population and trade of the species. The research was aimed to identify the level of local utilization of humphead wrasse based on Non Detrimental Finding (NDF) approach in South Sulawesi. The method applied in the research was a direct observation, an interview, and a desk study in Sinjai Regency, Bone Regency, and Makassar City. Data collection included field surveys and visits to some collectors and governmental institutions were undertaken in March and November 2014. Desk study was conducted as long as the research period done from January to December 2014. Following the inclusion of humphead wrasse in CITES Appendix II determination of Non Detrimental Finding (NDF) was considered essential. It shows that harvest and subsequent trades in humphead wrasse population in South Sulawesi indicated a detrimental trend (score: 3,81 ≈ 4). The solutions found out are moratorium minimum five years inline with tight implementation of the rules and an education of broader negative effect of using of poission and bom in capturing the fish.