Dian Oktaviani
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

STATUS PEMANFAATAN IKAN NAPOLEON (Cheilinus undulatus Rüppel, 1835) DI SULAWESI SELATAN Dian Oktaviani; Regi Fiji Anggawangsa; M Adha Akbar; Dharmadi Dharmadi
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 21, No 4 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (188.834 KB) | DOI: 10.15578/jppi.21.4.2015.237-244

Abstract

Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah pemasok ikan napoleon (Cheilinus undulates Rüppel, 1835; Labridae) hidup bagi pasar nasional maupun internasional. Akan tetapi informasi mengenai status pemanfaatan ikan napoleon dengan segala implementasi peraturannya dalam skala lokal masih sedikit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status pemanfaatan ikan napoleon dengan pendekatan penilaian Non Detrimental Finding (NDF) di Sulawesi Selatan. Penelitian didasarkan pada data dan informasi dari penampung serta instansi terkait sebagai bentuk pemanfaatan yang dihubungkan dengan keberlanjutan populasi spesies tersebut di alam. Metode yang digunakan berupa pengamatan langsung, wawancara, dan studi literatur yang berlokasi di Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bone, dan Kota Makassar. Pengumpulan data dari wawancara dan pengamatan lapangan dilakukan pada Maret dan November 2014, sedangkan studi literatur dilakukan selama periode penelitian antara Januari – Desember 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian NDF terhadap status pemanfaatan ikan napoleon di Sulawesi Selatan mengindikasikan adanya gangguan terhadap populasi ikan tersebut di alam (nilai: 3,81 ≈ 4). Opsi pengelolaan yang dapat dilakukan adalah melakukan moratorium selama lima tahun yang disertai implementasi peraturan yang lebih ketat dan meningkatkan penyuluhan tentang dampak negatif penangkapan ikan dengan menggunakan racun dan bom. South Sulawesi is one of the regional sources of humphead wrasse (Cheilinus undulates Rüppel, 1835; Labridae) for national and international trades of life reef fishes. However, few information was available regarding the implementation of the rules for local utilization of humphead wrasse. The current study was conducted to fill a gap, especially in relation to the sustainability of the population and trade of the species. The research was aimed to identify the level of local utilization of humphead wrasse based on Non Detrimental Finding (NDF) approach in South Sulawesi. The method applied in the research was a direct observation, an interview, and a desk study in Sinjai Regency, Bone Regency, and Makassar City. Data collection included field surveys and visits to some collectors and governmental institutions were undertaken in March and November 2014. Desk study was conducted as long as the research period done from January to December 2014. Following the inclusion of humphead wrasse in CITES Appendix II determination of Non Detrimental Finding (NDF) was considered essential. It shows that harvest and subsequent trades in humphead wrasse population in South Sulawesi indicated a detrimental trend (score: 3,81 ≈ 4). The solutions found out are moratorium minimum five years inline with tight implementation of the rules and an education of broader negative effect of using of poission and bom in capturing the fish.
STATUS PEMANFAATAN DAN UPAYA PELESTARIAN IKAN ENDEMIK AIR TAWAR DI PULAU SUMATERA Eko Prianto; Reni Puspasari; Dian Oktaviani; Aisyah Aisyah
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 8, No 2 (2016): (November, 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2347.593 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.8.2.2016.101-110

Abstract

Ikan endemik Pulau Sumatera tersebar di beberapa wilayah dengan tipe habitat yang berbeda-beda. Saat ini beberapa jenis ikan endemik terancam punah akibat degradasi lingkungan, hilang atau berubahnya habitat dan eksploitasi yang berlebihan. Tujuan penulisan untuk mengetahui status sumberdaya ikan endemik Pulau Sumatera dan upaya pelestariannya. Metodologi pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan studi literatur yang dianalisis secara deskriptif. Hasil sintesis menunjukkan, jumlah jenis ikan endemik di Pulau Sumatera mengalami peningkatan disebabkan adanya penemuan jenis ikan baru selama 20 tahun terakhir. Komposisi jenis ikan endemik Sumatera sebanyak 66 jenis yang terdiri dari 13 famili dan didominasi oleh famili Cyprinidae sebanyak 21 jenis dan famili Osphronemidae sebanyak 16 jenis. Status pemanfaatan ikan endemik Pulau Sumatera terdiri dari genting (critically endangered) sebanyak 5 jenis, rawan (vulnerable) sebanyak 7 jenis, bahaya (endangered) sebanyak 1 jenis, kurang data (data deficient) sebanyak 1 jenis dan belum dievaluasi (not evaluated) sebanyak 52 jenis. Untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan endemik di Pulau Sumatera diperlukan pelestarian secara in-situ dan ex-situ. Upaya pelestarian secara in-situ diantaranya melalui: a) suaka perikanan, b) rehabilitasi lingkungan dan modifikasi habitat, c) pengendalian ikan introduksi, d) menyusun regulasi penangkapan ikan sedangkan ex-situ yaitu melalui domestikasi. Sebagai rekomendasi kedepannya perlu upaya perlindungan melalui: i) penyusunan regulasi tentang perlindungan habitat ikan endemik dan upaya konservasi jenis ikan: dan ii) pengembangan hatchery untuk domestikasi dan re-stocking.Freshwater endemic fish of Sumatra island are distributed and inhabitedt in various habitat. The sustainability of this fish are under threat due to environmental degradation, habitat modification and loss, also over exploitation. Desk study in order to understand the conservation state and effort of this freshwater endemic fishes in Sumatra Island was conducted by collecting secondary data and literature review then analyzed descriptively. There is an increment number of freshwater endemic fish with several new species are recorded during the last two decades. The endemic fishes recorded in Sumatera Island are 66 species from 13 different families. Cyprinidae is the most dominant family consisting of 21 species followed by Osphronemidae consisting of 16 species. The conservation state of this freshwater endemic fish is divided into five categories; critically endangered (5 species), vulnerable (7 species), endangered (1 species), data deficient (1 species) and not yet evaluated (52 species). To date, the conservation management of endemic fishes in Indonesia, specially in Sumatra Island is still limited. Therefore, management effort, such as in-situ and ex-situ conservation should be proposed in the near future. In-situ fish conservation are: a) fish sanctuary or conservation, b) environmental rehabilitation and habitat modification, c) introduction of fish controlling, d) arrangement of fishing regulation. Ex-situ fish conservation can be carried out through domestication program. it is also recommendated that the preservation of the are endemic fishes can be done through: i) arrangement of endemic fishes habitat regulation and conservation and ii) support for hatchery development, domestication and re-stocking programs.
PENGUATAN KEARIFAN LOKAL SEBAGAI LANDASAN PENGELOLAAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM DARATAN DI SUMATERA Dian Oktaviani; Eko Prianto; Reny Puspasari
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 8, No 1 (2016): (Mei 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.961 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.8.1.2016.1-12

Abstract

Kearifan lokal merupakan suatu nilai budaya yang tidak terlepas dari kehidupan masyarakat Indonesia dan diakui keberadaannya oleh hukum negara. Kearifan lokal yang masih berlakudi dalam kehidupan masyarakat Sumatera terkait dengan pengelolaan perikanan perairan umum daratan terdiri dari lelang lebak lebung (Sumatera Selatan), lubuk larangan (Jambi dan Sumatera Barat), rantau larangan (Riau), ma’uwo (Riau), dan upacara semah terubuk (Riau).Dari kelima kearifan lokal tersebut, lubuk larangan termasuk sistem pengelolaannya sudah menjadi salah satu kegiatan pemerintah sampai di tingkat nasional.Penguatan kearifan lokal dengan kajian ilmiah dapat menjadikan kearifan lokal sebagai bagian dari sistem pengelolaan perikanan yang efektif dan efisien berbasis masyarakat.Kajian ilmiah terhadap kearifan lokal yang berhubungan dengan pengelolaan perikanan dapat didekati dengan etnobiologi (analisis emik dan analisis etik).Selanjutnya, kearifan lokal dapat diperkuat secara hukum dan perundang-undangan yang berlaku secara nasional.Local wisdom is a cultural value that can not be separated from the life of the Indonesian people and its existence is recognized by state law. Local wisdoms found in Sumatra related to inland fisheries management are lebak lebung (South Sumatra), lubuk larangan (Jambi and West Sumatra), rantau larangan (Riau), ma'uwo (Riau), and upacara semah terubuk (Riau).Lubuk larangan including its management system has become one of the government's activities to the national level. Strengthening local wisdom with scientific studies can make it is as part of effective and efficient community-based fisheries management system. Scientific studies on local wisdom related to fisheries management could be analyzed by applying ethnobiology approach (emic and etic analysis).