Setiya Triharyuni
Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

STATUS PEMANFAATAN DAN MUSIM PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus spp.) DI LAUT JAWA Kamaluddin Kasim; Setiya Triharyuni
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 20, No 4 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.603 KB) | DOI: 10.15578/jppi.20.4.2014.235-242

Abstract

Ikan tenggiri (Scomberomorus spp.) di Laut Jawa merupakan jenis ikan pelagis ekonomis penting yang banyak dieksploitasi karena permintaan dan harga yang tinggi. Agar pengelolaan dapat dilakukan dengan benar maka   diperlukan informasi mengenai status pemanfaatan dan musim penangkapannya. Data primer untuk  penelitian ini diperoleh dengan metode wawancara sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui pencatatan hasil tangkapan ikan tenggiri periode 1999-2012 oleh enumerator di PPN Pekalongan dan kajian hasil peneitian terdahulu. Metode analisis model surplus produksi dan indeks musim penangkapan digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Maximum Sustainable Yield (MSY) ikan tenggiri di Laut Jawa sebesar 438 ton sedangkan effort maksimum sebesar 1000 trip setara jaring insang (gill net) < 30 GT. Nilai CPUE cenderung menurun selama periode tahun 1999 hingga tahun 2012 yakni sebesar 1,73 ton/trip pada tahun 2005 menjadi hanya sebesar 0,37 ton/trip pada tahun 2011. Indeks musim Penangkapan (IMP) menunjukkan bahwa ikan tenggiri melimpah pada periode Maret sampai dengan Juni dan periode Oktober hingga Desember sepanjang tahun.Narrow-barred spanish mackerel (Scomberomorous commerson) is an economically important pelagic species in Java Sea that continue to be exploited due to the high demand and prices. The research regarding status of utilization and fishing season was conducted in order to obtain the optimal efforts and sustainable management. The research was conducted through interviews method to fishermen while the secondary data collected during the period of 1999-2012 through field enumerators in PPN Pekalongan as well as reviewing previous research studies. The results showed that Maximum Sustainable Yield (MSY) was 243.5 tons, while the maximum effort as much as 1000 trips equivalent to gill nets. Catch Per Unit Effort (CPUE) was declined during the period 1999 through 2012 of 0.251 tons / trip in 2005 became 0.052 tons/ trip in 2011. The Peak of season index ( PMI ) indicated the most abundance period was in March to June and October to December throughout the year.
DAMPAK VARIABILITAS IKLIM TERHADAP DINAMIKA PERIKANAN PUKAT CINCIN DI UTARA JAWA: KASUS PUKAT CINCIN YANG BERBASIS PPN PEKALONGAN Andhika Prima Prasetyo; Kamalludin Kasim; Setiya Triharyuni; Aisyah Aisyah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 17, No 2 (2011): (Juni 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (549.629 KB) | DOI: 10.15578/jppi.17.2.2011.105-114

Abstract

Posisi Indonesia yang diapit oleh dua benua, yaitu Benua Australia dan Benua Asia serta diapit dua samudera (Samudera Hindia dan Samudera Pasifik) menjadikan kondisi cuaca dan iklim Indonesia dipengaruhi oleh variabilitas iklim regional yaitu el nino southern oscillation. Variabilitas iklim dapat berdampak terhadap populasi perikanan dengan berbagai cara, serta memberikan pengaruh yang berbeda untuk komoditas, lokasi dan waktu yang berbeda. Laut Jawa yang merupakan sentra perikanan pelagis kecil, di mana 75% hasil tangkapan total didaratkan oleh pukat cincin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabilitas iklim terhadap aktivitas perikanan di Laut Jawa, khususnya perikanan pukat cincin. Parameter yang digunakan adalah data hasil tangkapan, southern oscillation indices dan suhu permukaan laut. Pengaruh parameter southern oscillation indices dan suhu permukaan laut dianalisis menggunakan regresi linear ganda serta uji-t untuk melihat pengaruh perbedaan kondisi el nino southern oscillation. Hasil analisis menunjukkan bahwa southern oscillation indices dan suhu permukaan laut lebih nyata berpengaruh terhadap upaya pukat cincin mini (r = 62,5%; R2 = 70%) dibandingkan upaya pukat cincin besar (r = 39,8%; R2 = 51,8%). Nilai catch per unit of effort pukat cincin mini lebih terpengaruh (r = 65,8%; R2 = 76,1%) oleh perubahan nilai southern oscillation indices dan suhu permukaan laut dibandingkan dengan catch per unit of effort pukat cincin besar (r = 47,6%; R2 = 63,3%). Namun hasil uji-t pengaruh perbedaan kondisi el nino southern oscillation tidak menunjukkan pengaruh yang nyata (P > 0,05) terhadap upaya dan catch per unit of effort baik pukat cincin besar dan pukat cincin mini. Indonesia's position is lying betweenAustraliaand the Asian Continent as well as Indian andPacificOceans. It will makeIndonesiaweather and climatic conditions are influenced by regional climate variability namely el nino southern oscillation. Climate variability impact on fisheries populations in various ways, and provide a different effect for the commodity, location, and different time. Java Sea as the center of the small pelagic fishery, where 75% of total catches landed by purse seine. This study aims to obtain the influence of climate variability on fisheries activities in theJavaSea, especially the purse seine fishery. The parameters which used are southern oscillation indices and sea surface temperature. Effect of southern oscillation indices and sea surface temperature parameters were analyzed using multiple linear regression and using t-test to see effect of different el nino southern oscillation conditions. The results showed that the southern oscillation indices and sea surface temperature more influence for the mini purse seine effort (r = 62.5%; R2 = 70%) compared to large purse seine effort (r = 39.8%; R2 = 51.8%). Mini purse seine catch per unit of effort value is more affected (r = 65.8%; R2 = 76.1%) by changes in southern oscillation indices and sea surface temperature values compared with the large purse seine catch per unit of effort (r = 47.6%; R2 = 63.3%). But t-test results effect of different el nino southern oscillation conditions showed no significant effect (P > 0.05) on the effort and catch per unit of effort both large and mini purse seine.
PENGARUH LAMA SETTING DAN JUMLAH PANCING TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAWAI TUNA DI LAUT BANDA setiya Triharyuni; Budi Nugraha; Umi Chodriyah
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 19, No 2 (2013): (Juni 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.379 KB) | DOI: 10.15578/jppi.19.2.2013.81-88

Abstract

Rawai tuna atau tuna longline merupakan salah satu alat tangkap yang sangat efektif untuk menangkap tuna dan merupakan alat tangkap yang selektif. Kegiatan observasi di atas kapal telah dilakukan selama Oktober 2002 – Februari 2003 pada 31 kapal dan pada Oktober-November 2011 pada 1 kapal yang beroperasi di Laut Banda. Data yang dicatat selama observasi berupa data trip kapal, setting, waktu setting (mulai dan selesai), jumlah pancing yang digunakan tiap setting dan hasil tangkapan berdasarkan jenis ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan lama setting dan jumlah pancing terhadap hasil tangkapan rawai tuna di perairan Laut Banda. Waktu setting selama penelitian berkisar antara 190-345 menit sedangkan untuk pancing berkisar antara 660-1600 pancing. Data waktu untuk setting kemudian dibedakan dalam enam kelompok dan untuk jumlah pancing dibedakan dalam empat kelompok. Hasil pengelompokan data ini kemudian dilakukan analisis ragam atau analysis of variance (ANOVA). Analisis digunakan untuk mengetahui pengaruh perbedaan antar kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama setting tidak berpengaruh nyata terhadap hook rate rawai tuna sehingga tidak berpengaruh juga terhadap hasil tangkapan. Sedangkan perbedaan jumlah pancing berpengaruh nyata terhadap nilai hook rate rawai tuna di Laut Banda. Jumlah pancing dengan nilai hook rate tinggi dan hasil tangkapan paling banyak adalah pada jumlah pancing 1201-1600 buah dengan didominasi ikan tuna mata besar. Tuna longline is an effective fishing gear to catch tuna. It is also a selective  fishing gear. Observation on the board had been conducted during October 2002 - February 2003 which 31 tuna longline vessels and October-November 2011 only 1 vessel. These vessels operated in the Banda Sea. Data of boat trips, setting, time setting (start and finish), the number of hooks used for each setting and catch were collected. The purpose of this paper is to determine differences in the setting time and the number of hooks for tuna longline catches. Range of the setting time for the study between 190-345 minutes and then divided into 6 groups. Range of hooks between 660-1600 hooks and then divided into 4 groups. Analysis of variance (ANOVA) performed to determine the effect of differences between groups. The results showed that the length of setting did not significantly affect hook rate while differences in the number of hooks are significantly affects the hook rate. The highest tuna longline hook rate and the most of the tuna longline catch on 1201-1600 hooks with begeye tuna dominated.
KARAKTERISTIK BIOLOGI CUMI-CUMI DI PERAIRAN LAUT JAWA Reny Puspasari; Setiya Triharyuni
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 5, No 2 (2013): (Agustus 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (522.459 KB) | DOI: 10.15578/bawal.5.2.2013.103-111

Abstract

Cumi-cumi merupakan hasil tangkapan sampingan bagi sektor perikanan di Laut Jawa, namun memiliki nilai ekonomi cukup penting. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi cumi-cumi mencakup komposisi jenis, morfometrik, rasio kelamin dan tingkat kematangan gonad yang tertangkap di perairan utara Jawa di sekitar periaran Rembang, Cirebon dan Belanakan Subang. Ada empat jenis cumi-cumi ditemukan dalam pengamatan ini yaitu Loligo duvauceli sebagai jenis dominan, disusul oleh L. edulis, L. chinensis dan L. singhalensis.  Hubungan panjang mantel dan berat jenis L. duvauceli menunjukkan nilai koefisien pertumbuhan b sebesar 2,003 untuk jantan dan 1,942 untuk betina. Hasil tangkapan individu jantan pada bulan Juni dan Oktober lebih tinggi.  Pengamatan tingkat kematangan gonad menunjukkan bahwa cumi-cumi memijah sepanjang tahun. Karakteristik biologi cumi-cumi di perairan Rembang tidak berbeda nyata dengan cumi-cumi di perairan Cirebon dan Subang, serta memiliki karakteristik yang sama dengan cumi-cumi yang tertangkap di Selat Alas dan perairan India, kecuali waktu puncak pemijahan yang lebih lambat di perairan Rembang dan Cirebon dibandingkan dengan di lokasi lainnya.Squid are not the main target of cath fiesheries in the Java Sea, but it has high economic value. The aim of this observation is to study the biological aspect of squid, such as species composition, morfometric, sex rasio and maturity which were caught in Rembang, Cirebon and Subang. There are four species of squid were recorded during sampling dominated by Loligo duvauceli while the others were L. edulis, L. chinensis and L. singhalensis. The Length-weight relatioship of L.duvauceli showed that the growth coeffiicient were 2,003 and 1,942 for male and female respectively. Male were found common in June and October compare to female. Squid were spawned all over the year. There were no significant differences among squid caught in the waters around Rembang, Cirebon and Subang, and it seems also the same biological characters with squid in Alas Strait Nusa Tenggara Barat (NTB) and Indian waters, but the peak of spawning season in Rembang and Cirebon was late than others.