Adriani Sri Nastiti
Balai Penelitihan Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISIS DEGRADASI LINGKUNGAN PERAIRAN DAN KETERKAITANNYA DENGAN KEMATIAN MASSAL IKAN BUDIDAYA DI WADUK CIRATA, JAWA BARAT Adriani Sri Nastiti; Sri Turni Hartati; Budi Nugraha
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 10, No 2 (2018): (Agustus) 2018
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.093 KB) | DOI: 10.15578/bawal.10.2.2018.83-93

Abstract

Waduk Cirata dimanfaatkan untuk budidaya ikan dengan sistem keramba jaring apung, dimana jumlah keramba saat ini sudah melebihi daya dukung yang menyebabkan kelebihan hara (eutrofikasi). Di Waduk Cirata setiap tahun terjadi kematian ikan hasil budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi masalah kematian masal ikan di Waduk Cirata. Pengumpulan data dilakukan pada saat terjadi kematian massal ikan akhir September 2017, di Zona I (Sangkalin, Cipicung-Bandung Barat), Zona II (Cimanggu-Purwakarta), dan Zona III (Jatinengang, Patokbeusi-Cianjur) menggunakan metode observasi cepat in situ, wawancara dan studi pustaka. Parameter yang diamati meliputi: Suhu air / udara, Kedalaman perairan, Warna air, Kecerahan, Kekeruhan, TDS (0,046-0,172 mg/l), TSS (total suspended solid), DHL (0,1-0,3 mS/cm), Oksigen terlarut, ORP (-49 sampai 244 mv), bebas CO2, Alkalinitas, pH, Nitrat, Nitrit, Amonium, Fosfat, Sulfat, BOT (5,06-17,06 mg/l), dan Kronologi kematian massal ikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, kadar Oksigen terlarut dibawah 4 mg/l dan ORP nilainya negatif sehingga perairan tidak mampu menguraikan akumulasi limbah sebesar 390.848 ton/tahun. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa perairan mengalami degradasi, Degradasi lingkungan perairan dipicu oleh fenomena umbalan menyebabkan kematian massal budidaya ikan sekitar 65 ton (Zona III), 25 ton (Zona II), dan 20 ton (Zona I).The Cirata reservoir is used for fish culture by floating net cage system that currently has been exceeded to its carrying capacity that caused an over nutrient (eutrophication). Every year, mass mortality event occurred in Cirata Reservoir. This research aims to identify the causal of mass mortality event in the Cirata reservoir. This research conducted at the end of September 2017 in several locations: Zone II (Cimanggu-Purwakarta), Zone I (Sangkalin, Cipicung-West Bandung), and Zone III (Jatinengang, Patokbeusi-Cianjur). A rapid in situ observation, interview and literature review. Parameters that measured include Water/air temperature, Depth, Watercolour, Brightness, Turbidity, TDS (0,046-0,172 mg/l), TSS (total suspended solid), DHL (0,1-0,3 mS/cm), Dissolved Oxygen, ORP ((-49 to 244 mv), CO2, Alkalinity, pH, Nitrate, Nitrite, Ammonium, Phosphate, Sulphate, BOT (5,06-17,06 mg/l), and the chronology of mass mortality. The results showed that the dissolved oxygen was less than 4 mg/l and negative ORP value that indicated incapability of environment to decompose the feed accumulation waste (about 390.848 tons/year). The degradation of waters environment triggered by upwelling phenomenon could cause mass mortality event on fish culture in three zones about 65 tons (Zone III), 25 tons (Zone II) and 20 tons (Zone I), respectively.
HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN MEROPLANKTON DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI TELUK JAKARTA Adriani Sri Nastiti; Masayu Rahmia Anwar Putri; Sri Turni Hartati
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 2 (2016): (Agustus 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1012.784 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.2.2016.91-100

Abstract

Meroplankton adalah organisme akuatik yang sebagian dari daur hidupnya bersifat planktonik dan merupakan fase paling kritis karena belum dapat menghindar dari predator. Untuk tumbuh, meroplankton membutuhkan kualitas perairan yang sesuai dan kawasan yang terlindung. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi kelimpahan meroplankton dan kualitas perairan di Teluk Jakarta. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April, Juni, Agustus dan Oktober 2009 (10 stasiun) serta April dan Juni 2010 (5 stasiun) dengan metode stratified sampling. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa meroplankton di Teluk Jakarta tahun 2009, 2010 terdiri dari 4 kelompok yaitu:ikan, telur, udang dan kepiting. Komposisi meroplankton di Teluk Jakarta pada tahun 2009 dan 2010 didominasi oleh larva udang masing-masing sebesar 56,17-90,40 % dan 72,1-75,5 %. Kelimpahan larva udang tahun 2014 lebih rendah dibanding tahun 2009-2010. Kelimpahan larva udang dipengaruhi oleh pH, salinitas, kecerahan dan suhu air.Meroplankton are aquatic organisms that part of their life cycles was planktonic that need appropriate environmental conditions and protected area for escaping from predators. The research aims to examine the composition and abundance of meroplankton in Jakarta Bay. Sampling was conducted in Jakarta Bay on April, June, August and October 2009 (10 stations) and April and June 2010 (5 stations). The samples of meroplankton collected by stratified sampling method. The results showed that meroplankton in Jakarta Bay in 2009, 2010 consists of 4 groups: fish, eggs, shrimp and crab. Composition meroplankton in Jakarta Bay in 2009 and 2010 was dominated by shrimp larvae by 56.17-90.40% and from 72.1-75.5% respectively. The abundance of shrimp larvae probably correlated with pH, salinity, terbudity and temperature of the water.
KOMPOSISI DANKELIMPAHAN LARVAIKAN SEBAGAI DASARPENGELOLAAN SUMBERDAYAIKANDITELUKCEMPI, NUSATENGGARABARAT Adriani Sri Nastiti; Masayu Rahmia Anwar Putri; Agus Arifin Sentosa
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 8, No 3 (2016): (Desember, 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (474.361 KB) | DOI: 10.15578/bawal.8.3.2016.137-146

Abstract

Kawasan pesisir Teluk Cempi sangat penting bagi pemijahan dan perkembangan awal siklus hidup berbagai jenis ikan. Tujuan  penelitian ini untuk mendapatkan informasi tentang komposisi, kelimpahan dan sebaran larva ikan di Teluk Cempi, Nusa Tenggara Barat. Penelitian dilakukan pada bulan September 2012 di perairan mangrove Teluk Cempi yang terdiri dari 17 titik sampling, meliputi daerah Jambu, Mbawi, Nowa, Woja dan Lara. Pengambilan sampel larva ikan dilakukan dengan menggunakan simple conical tow-net pada siang (pukul 09.00-16.00) dan malam hari (pukul 19.00-24.00). Hubungan antara kelimpahan larva ikan dengan parameter perairan menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada malam hari, jumlah famili dan kelimpahan larva ikan lebih tinggi (16 famili dengan rataan kelimpahan 471 ekor/1000m3) dibandingkan pada siang hari (14 famili dengan rata kelimpahan 281 ekor/1000m3). Kondisi ini diduga karena larva bersifat nocturnal. Tingginya kelimpahan dan sebaran larva Gobiidae hampir merata di semua stasiun menunjukkan bahwa Gobiidae memiliki toleransi yang tinggi terhadap fluktuasi kondisi lingkungan estuari Teluk Cempi. Suhu merupakan parameter perairan yang mempengaruhi kelimpahan larva ikan saat malam hari, sedangkan salinitas mempengaruhi kelimpahan larva ikan saat siang hari.  The larva phase is the susceptible phase in fish cycle. Cempi bay as coastal area in Dompu Regency, West Nusa Tenggara has vital role for fish spawning ground and first life cycle developing. This research aims to assess a difference of composition, abundance and distribution of fish larvae in Cempi Gulf based research period (day and night). The research was conducted on September 2012 in Mangrove waters of Cempi gulf, and collected from 17 point research stations that included Jambu, Mbawi, Nowa, Woja and Lara area. Fish larvae sampled using simple conical tow-net during the day time (09.00 AM – 04.00 PM) and night time (07.00 - 12.00 PM). The relationship between the abundance of larval fish and the water parameters were examined using correlation analysis. In the night time, the family number and larval abundance were higher (16 families and 471 fish/1000m3) than day time (14 families and 281 fish/1000m3). This condition probably due to nocturnal behavior of larvae. Family Gobiidae mostly found in all stations. That condition reflected high tolerance of Gobiidae to the variation of environmental conditions in Cempi bay. Water temperature likely influenced the abundance during night time, while during day time the abundance likely affected by salinity.