Amula Nurfiarini
Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KEBIASAAN MAKANAN, LUAS DAN TUMPANG TINDIH RELUNG BEBERAPA JENIS LOBSTER DI TELUK PRIGI, KABUPATEN TRENGGALEK Danu Wijaya; Amula Nurfiarini; Adriani Sri Nastiti; Riswanto Riswanto
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.044 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.3.2017.153-161

Abstract

Sampai saat ini, informasi mengenai kebiasaan makan, luas relung dan tumpang tindih relung mengenai lobster di Indonesia belum banyak diketahui. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kebiasaan makan, luas relung dan tumpang tindih relung beberapa jenis lobster di Teluk Prigi, Kabupaten Trenggalek. Pengambilan sampel isi lambung lobster diperoleh dari hasil tangkapan nelayan lobster di Teluk Prigi, Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur. Pengumpulan data dilakukan pada Mei dan November 2016. Jumlah sampel lobster yang diamati isi lambungnya berjumlah 63 ekor dengan kisaran panjang karapas 4,6-8,2 mm. Kebiasaan makanan beberapa jenis lobster di Teluk Prigi terdiri dari moluska, krustasea, detritus, karang, tumbuhan (makrofita) dan pasir. Luas relung tertinggi dimiliki oleh lobster bambu (Panulirus versicolor) dan lobster batik (Panulirus longipes). Tumpang tindih relung yang tinggi mengindikasikan tingginya peluang kompetisi dalam memanfaatkan makanan kecuali lobster batik merah (Panulirus longipes femoristriga).Information on feeding habits, niches breadth and overlap of some lobsters in Indonesia have not been widely known. The purposes of this study are to obtain information on the food habit, niches breadth and overlap of some lobsters in Gulf of Prigi, Trenggalek Regency. Sample of the lobster were obtained from the catch of lobster fishermen in Prigi Waters, Trenggalek Regency, East Java Province. This study was conducted on May and November 2016. The number of lobster samples observed for stomach content analysis were 63 specimen individuals with a carapace length range 4.6-8.2 mm. Food habit of some types of spiny lobsters in Gulf of Prigi consisted molluscs, crustaceans, detritus, corals, plants (macrophyta) and sands. Bamboo lobster (Panulirus versicolor) and batik lobsters (Panulirus longipes) have the highest nice breadth. Niche overlap that indicate a high chance of food competition was indicated by almost all species of spiny lobsters except batik merah lobster (Panulirus longipes femoristriga).
KONSERVASI SUMBER DAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DI PANTAI TIMUR ACEH, KABUPATEN ACEH TIMUR Didik Wahju Hendro Tjahjo; Dimas Angga Hedianto; Astri Suryandari; Amula Nurfiarini; Zulkarnaen Fahmi; Indriatmoko Indriatmoko; Joni Haryadi
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 11, No 1 (2019): (Mei) 2019
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.949 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.1.1.2019.39-51

Abstract

Udang windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu komoditas udang utama dan mempunyai nilai ekonomi tinggi di perairan, Kabupaten Aceh. Saat ini laju eksploitasi udang windu sangat tinggi. Hal tersebut merupakan ancaman terhadap kelestarian sumber daya udang windu. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji opsi pengelolaan konservasi udang windu di Aceh Timur. Kepadatan post larva Penaeidae berkisar antara 0-214 ind/1.000 m3 dan kepadatan stok juvenil udang windu berkisar antara 686-1.875 ind/km2, dimana kepadatan tertinggi di Kuala Arakundo dan Kuala Peureulak. Distribusi spasial kelimpahan udang windu berkisar antara 10-130 ekor/m2 (10-167.000 g/ha). Analisis aspek status pemanfaatan, degradasi habitat (penebangan liar, pembukaan tambak, dan sedimentasi), perkiraan dan evaluasi resiko, serta faktor-faktor yang mendukung diantaranya respon masyarakat dan kesiapan sistem sosial merupakan masukan dalam menentukan konservasi sumber daya udang windu. Oleh karena itu, dalam upaya menjamin kelestarian sumber daya udang windu di alam serta keberlanjutan usaha budidayanya, perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan dan konservasi sumber daya udang windu yang rasional, seperti (a) pengendalian dan pemulihan degradasi lingkungan melalui pengendalian erosi bagian hulu-hilir, dan menjaga dan merehabilitasi hutan mangrove, (b) pengendalian penyebaran penyakit dengan pendekatan kehati-hatian untuk pengembangan budidaya udang vanamei, (c) pengendalian penangkapan juvenil udang windu melalui pelarangan beroperasi alat tangkap sejenis trawl (pukat langgih dan pukat layang), dan (d) revitalisasi dan pengembangan kelembagaan nelayan.Indian tiger prawn (Penaeusmonodon) is one of the main shrimp commodities and has high economic value. East coastal waters of East Aceh district is known as one of the main producer of tiger prawns with the best quality. On the other hand the rate of exploitation of tiger shrimp is very high. This issue is therefore need to be a addressed further. The purpose of this study is, therefore, to assess the management activities needed to conserve tiger shrimp in East Aceh. Penaeidae post larvae density in Aceh Timur ranges from 0-214 ind/1,000 m3 and juvenile stock density ranges from 0,245-49,419 kg/km2, where the highest density is in Kuala Arakundo and Kuala Peureulak. The Spatial Abundance Distribution of indian tiger prawn ranges from 10 to 130 ind./m2 (10-167,000 g/ha). Analysis of aspects of utilization status, habitat degradation (illegal logging, sedimentation, land clearing for aquaculture), risk estimation and evaluation, and factors are inputthat support conservation of tiger shrimp resources. Therefore, in an effort to ensure the sustainability of tiger shrimp resources in the wild and the sustainability of its cultivation business, it is necessary to take steps to manage and conserve rational tiger shrimp resources.such as (a) controlling and restoring environmental degradation through upstream-downstream erosion control, and safeguarding and rehabilitating mangrove, (b) controlling the spread of diseases with precautionary approach to the development of vanamei shrimp farming, (c) controlling the capture of indian tiger prawn juveniles through the prohibition operates of bottom trawling (pukat langgih and pukat layang), and (d) fisherman revitalization and institutional development.
ASPEK EKOLOGI PERAIRAN UNTUK PENERAPAN PERIKANAN TANGKAP BERBASIS BUDIDAYA DI WADUK PENJALIN Agus Arifin Sentosa; Amula Nurfiarini; Andika Luky Setiyo Hendrawan; Andri Warsa; Astri Suryandari; Danu Wijaya
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 28, No 1 (2022): (Maret) 2022
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jppi.28.1.2022.%p

Abstract

Waduk Penjalin adalah salah satu waduk di Kabupaten Brebes yang potensial untuk program perikanan tangkap berbasis budidaya (Culture Based Fisheries/CBF) setelah program tersebut sukses dilakukan di Waduk Malahayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kelayakan penebaran ikan untuk pengembangan CBF di Waduk Penjalin dari beberapa aspek ekologi perairan. Survei lapangan dilakukan di Waduk Penjalin, Kabupaten Brebes pada bulan Mei, September dan Desember 2021 pada tujuh stasiun pengamatan. Kualitas air dukur secara in situ dan ex situ. Komunitas ikan diamati dengan percobaan penangkapan dan hasil tangkapan nelayan. Analisis data kualitas air dilakukan secara deskriptif. Indeks STORET digunakan untuk mengetahui status perairan. Komunitas ikan dianalisis dengan indeks relatif penting, kebiasaan makanan, luas relung dan tumpang tindih relung. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kualitas air di Waduk Penjalin masih mendukung terhadap kehidupan ikan. Luas waduk yang relatif kecil, kualitas air yang berstatus sedang dan tingkat kesuburan eutrofik berpotensi mendukung terhadap implementasi CBF. Komunitas ikan di waduk tersebut terdiri atas sembilan jenis ikan yang didominasi oleh jenis ikan introduksi (55,56%). Luas relung makanan beberapa jenis ikan dominan cenderung menunjukkan karakter spesialis. Secara ekologi, Waduk Penjalin berpotensi untuk dilakukan penebaran ikan, terutama untuk jenis ikan-ikan herbivora/planktivora mengingat status perairan yang subur.Penjalin Reservoir is one of the reservoirs in Brebes Regency that has the potential for a culture-based fisheries (CBF) program after being successfully implemented in Malahayu Reservoir. This study aimed to examine the feasibility of stocking fish for CBF implementation in the Penjalin Reservoir from several aspects of aquatic ecology. The field survey was conducted at seven observation stations in Penjalin Reservoir, Brebes Regency in May, September and December 2021. Water quality was examined in-situ and ex-situ. The fish community was observed by catch-experimenting and from fishers’ catch. Water quality data analysis was carried out descriptively. The STORET index was used to determine the status of the waters. Fish communities were analyzed by relative importance index, food habits, niche breadth, and niche overlap. The results showed that the water quality in the Penjalin Reservoir was still supported for fish living. The relatively small reservoir area, moderate water quality, and eutrophic status had the potential to support the implementation of CBF. The fish community in the reservoir consists of nine species of fish which were dominated by introduced fish species (55.56%). The food niche breadth of several dominant fish species tended to the specialist character. Ecologically, the Penjalin Reservoir had the potential for stocking fish, especially for herbivore/planktivore fish species considering the status of eutrophic waters.