Acacia Zeny Araminta Mourniaty
Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN MORFOMETRIK OTOLITH DENGAN UKURAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus macrosoma Bleeker, 1851) DI PERAIRAN BALI SELATAN Acacia Zeny Araminta Mourniaty; Meuthia Aula Jabbar; I Nyoman Suyasa; Arief Wujdi
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 12, No 3 (2020): (Desember) 2020
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.12.3.2020.103-107

Abstract

Ikan layang merupakan komoditas ekonomis penting dari famili Carangidae yang banyak tertangkap di perairan Bali Selatan. Otolith ikan dimanfaatkan secara luas untuk mengaji taksonomi, pertumbuhan, umur dan kekerabatan populasi ikan dari perairan yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara morfometrik otolith dan ukuran ikan layang serta ciri-ciri morfologi otolith. Sampel dikumpulkan dari Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kedonganan dan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pengambengan, Bali Selatan antara 7 Maret s/d 5 April 2020. Sampel ikan layang deles diambil secara acak (random sampling) dari hasil tangkapan pukat cincin yang beroperasi secara harian. Pengambilan sagittae dilakukan dengan cara “up through the gill”. Secara keseluruhan digunakan 83 pasang sampel otolith sagittae utuh yang berhasil diambil dari bagian kepala ikan layang deles. Hubungan morfometrik otolith dan ukuran ikan dianalisis menggunakan persamaan regresi linear y= ax + b. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara morfometri otolith kiri dan kanan. Ukuran otolith memiliki korelasi isometrik dengan pertumbuhan ikan, dalam arti panjang otolith (OL) menjadi indikator terbaik untuk mengestimasi ukuran individu ikan layang Decapterus macrosoma.Shortfin scad (Decapterus macrosoma) is an important economic commodity from the Carangidae family which is mostly caught in South Bali waters. Fish otoliths are widely used to assess the taxonomy, growth, age, and relationships of fish populations from different waters. This study aims to determine the relationship between otolith morphometrics and the size of the flying fish as well as the morphological characteristics of the otoliths. Samples were collected from the Kedonganan Fish Landing Base (PPI) and Pengambengan Archipelago Fishery Port (PPN), South Bali between March 7 to April 5, 2020. The deles fly fish sample was taken randomly (random sampling) from the catch of ring trawlers that operate in an automated manner. Daily. Sagittae collection is done by "up through the gill". Overall, 83 pairs of intact otolith sagittae samples were used which were successfully taken from the head of the deles flying fish. Otolith morphometric relationships and fish size were analyzed using the linear regression equation y = ax + b. The results showed that there was no significant difference between the morphometry of the left and right otoliths. Otolith size has an isometric correlation with fish growth, in the sense that otolith length (OL) is the best indicator to estimate the individual size of Decapterus macrosoma flying fish.
Pemetaan dan Evaluasi Kesehatan Hutan Mangrove di Kabupaten Karawang Menggunakan Landsat Multitemporal Salman Ahmad Muzakki; Acacia Zeny Araminta Mourniaty; Priyanto Rahardjo; Heri Triyono
Jurnal Kelautan dan Perikanan Terapan (JKPT) Vol 4, No 2 (2021): JKPT Desember 2021
Publisher : Politeknik Ahli Usaha Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jkpt.v4i2.10527

Abstract

Kabupaten Karawang memiliki panjang pantai 76,42 km dan luas pesisir lebih 2/3 dari luas wilayah seluruhnya atau sekitar 1.168,85 km2 atau 3,73% dari luas Provinsi Jawa Barat yang merupakan sumber daya perikanan tangkap dan ekosistem mangrove, akan tetapi bencana alam terjadi di beberapa pantai seperti abrasi, sedimentasi yang massif dan tumpahan minyak. Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan hutan mangrove setelah menjadi Kawasan wisata, perubahan hutan mangrove dalam 20 tahun, dan mengetahui tingkat Kesehatan hutan mangrove. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 2–30 maret 2020 di kawasan wisata mangrove yaitu desa Pakis jaya, Sedari, Pasir putih, Tangkolak barat, Tangkolak timur. Penelitian dilakukan dengan meneliti hasil citra satelit tahun 2000-2020 (multitemporal) menggunakan citra Landsat 5 dan 8 dan diolah dengan metode NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) untuk melihat tingkat Kesehatan vegetasi, kemudian untuk validasi data satelit menggunakan data lapangan dengan metode hemisperichal photography untuk melihat kepadatan hutan mangrove dilihat dari tutupan (cover) vegetasi. Hasil dari penelitian ini adalah setiap Kawasan setelah menjadi Kawasan wisata bertambah luas dan tingkat kesehatanya, pada tahun 2005-2010 terjadi penurunan tingkat Kesehatan di wilayah Pakis jaya disebabkan terjadinya abrasi pada tahun 2008, akan tetapi didaerah lain terjadi penambahan luas dan juga tingkat kesehatanya.