Petani di desa Minasa Baji umumnya telah menggunakan pupuk organik berupa kotoran sapi yang cukup melimpah di desa ini, selain pupuk kimia (Urea, SP36, dan KCl) sebagai sumber nutrisi tanaman. Namun, karena kotoran sapi diberikan kepada tanaman tanpa melalui proses dekomposisi yang benar, maka tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan tanaman, bahkan berpotensi menjadi sarang hama dan penyakit. Di sisi lain, seiring hilangnya subsidi pupuk kimia, kelangkaan pupuk kimia dan tingginya harga di pasaran menjadi kendala petani dalam pemenuhan kebutuhan unsur hara. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kelangkaan dan tingginya harga pupuk kimia yang cenderung naik dan sering terjadi kelangkaan, perlu dicari bahan pengganti yang ramah lingkungan dan mampu mensubstitusi kebutuhan unsur hara. Teknologi Trichoderma yang akan menghasilkan Bokashi Plus T mampu menjawab permasalahan tersebut. Metode pelaksanaan terdiri dari 3 metode: (1). Pendidikan partisipatif, (2) Pelatihan (peragaan dan praktik oleh peserta), (3) Pembinaan dan Pendampingan. Hasil dari kegiatan ini adalah: (1) mitra mengetahui pentingnya penggunaan teknologi Trichoderma dalam pembuatan pupuk organik bokashi Plus T, (2) mitra mampu memperbanyak starter bokashi sendiri, 3) Mitra mampu memproduksi sendiri Bokashi Plus T, 4) mitra terampil menerapkan bokashi secara mandiri dalam bercocok tanam sesuai SOP.