Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Peranan Pendidikan Islam dalam Mencegah Pornografi di Dunia Maya Saifuddin
CENDEKIA Vol. 7 No. 02 (2015): Cendekia October 2015
Publisher : PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (P3M) SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-FATTAH SIMAN LAMONGAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37850/cendekia.v7i02.30

Abstract

Pendidikan agama islam merupakan suatu usaha secara sistematis dan pragmatis dalam upaya mengarahkan peserta didik untuk dapat menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran agama islam. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan tantangan yang besar dalam dunia pendidikan islam, banyaknya penikmat dunia maya menjadikan para praktisi dunia pendidikan waspada terhadap pengaruh yang ditimbulkannya terutama kasus pornografi. Informasi-informasi berkembang sangat pesat kian hari, munculnya situs-situs pornografi di dunia maya yang dapat terakses oleh semua lapisan masyarakat, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Tiada lagi yang lebih penting dalam menghadapi tantangan ini selain dengan mengajak para generasi muda untuk kembali ke ajaran islam lewat pendidikan islam. Lembaga pendidikan islam sebagai tempat untuk mencetak generasi islami sudah seharusnya menekankan tentang pendidikan kepribadian/moral sehingga para peserta didik dapat menstabilkan dan memposisikan dirinya dalam kehidupan, selain itu pendidikan agama juga diharapkan dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi peserta didik dalam menghadapi perubahan di lingkungannya.
Pendidikan sebagai Pemersatu Bangsa Saifuddin
CENDEKIA Vol. 8 No. 02 (2016): Cendekia October 2016
Publisher : PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (P3M) SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-FATTAH SIMAN LAMONGAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37850/cendekia.v8i02.42

Abstract

Pendidikan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, proses tersebut berimplikasi bahwa di dalam peserta didik terdapat kemampuan kemampuan yang immanen sebagai mahluk yang hidup di dalam suatu masyarakat. Pendidikan yang telah dilaksanakan oleh satuan pendidikan berperan untuk menumbukhan sikap nasionalis. Dengan sikap ini diharapkan agar keutuhan dan kesatuan bangsa dapat terwujud.
Menimbang Kembali Hakikat Tujuan Pendidikan Islam Saifuddin
CENDEKIA Vol. 9 No. 01 (2017): Cendekia March 2017
Publisher : PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (P3M) SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-FATTAH SIMAN LAMONGAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37850/cendekia.v9i01.50

Abstract

Manusia adalah aspek terpenting dalam proses pendidikan karena ia adalah subjek sekaligus objek dalam proses ini. Dalam perspektif Islam, manusia ada dalam tiga dimensi, yaitu jiwa, pikiran, dan tubuh. Itulah sebabnya, inilah saatnya untuk mempertimbangkan kembali esensi pendidikan Islam sedemikian rupa sehingga sesuai dengan substansi dimensi yang tersedia pada manusia. Berurusan dengan jiwa, itu tentang bagaimana jiwa yang merupakan ukuran keberadaan manusia selalu diberikan energi ilahi sehingga manusia dapat melakukan pilihan dalam hidupnya. Manusia, oleh karena itu, tidak akan jauh dari esensi kemanusiaannya. Mengenai pikiran, ini tentang bagaimana pikiran dapat berkembang secara dinamis sesuai dengan permintaan zaman dan kondisi. Berurusan dengan tubuh, adalah tentang bagaimana aspek yang terlihat dari manusia ini selalu bertahan sesuai dengan kebutuhan hidup dan urusan duniawi pada umumnya, tanpa meninggalkan untuk mempertimbangkan pikiran dan jiwa.
Paradigma Pendidikan Islam yang Memberdayakan Saifuddin
CENDEKIA Vol. 10 No. 01 (2018): Cendekia March 2018
Publisher : PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (P3M) SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-FATTAH SIMAN LAMONGAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37850/cendekia.v10i01.62

Abstract

Paradigma lama pendidikan Islam yang telah terbangun sejak abad pertengahan, dengan mengkaji dan mempelajari teks-teks keagamaan dengan metode hafalan, bersifat mekanis, mengutamakan pengkayaan materi, sudah harus ditinggalkan untuk menuju paradigma baru pendidikan. Saat ini Pendidikan Islam harus berorientasi kepada pembangunan dan pembaruan, pengembangan kreativitas, intelektualitas, keterampilan, kecakapan penalaran yang dilandasai dengan “keluhuran moral” dan “kepribadian”, sehingga pendidikan Islam akan mampu mempertahankan relevansinya di tengah-tengah laju pembangunan. Paradigma baru pendidikan Islam harus diorientasikan kepada pembangunan, pembaruan, pengembangan kreativitas, intelektualisme, keterampilan, kecakapan, penalaran, inovatif, mandiri, disiplin dan taat hukum, terbuka dalam masyarakat plural, dan mampu menghadapi serta menyelesaikan persoalan pada era globalisasi dengan dilandasi keanggunan moral dan akhlak dalam usaha membangun manusia dan masyarakat yang berkualitas bagi kehidupan.
Implementasi Pendidikan Nilai Melalui Active-Learning dalam Tradisi Pondok Pesantren An-Nur Saifuddin
CENDEKIA Vol. 10 No. 02 (2018): Cendekia October 2018
Publisher : PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (P3M) SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-FATTAH SIMAN LAMONGAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37850/cendekia.v10i02.74

Abstract

Secara filosofis dan praktis, pendidikan nilai atau pendidikan karakter merupakan suatu proses pendidikan yang memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Maksudnya untuk menjawab permasalahan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter pada individu, tidak akan ditemukan jawaban yang sederhana. Setidaknya ada tiga aspek yang menimbulkan perdebatan filosofis dan pragmatis. Pertama, menyangkut "pendidikan" yang kompleks karena melibatkan banyak segmen yang satu sama lain terkait secara sistemik; kedua, menyangkut "nilai" yang bersifat kompleks karena menimbulkan perdebatan filosofis yang belum selesai; dan ketiga, menyangkut "kepribadian" yang kompleks yang merupakan subjek aktif yang memiliki kehendak dan memiliki kesanggupan menentukan pilihan oleh dirinya. Meskipun demikian, pendidikan karakter harus dilakukan, karena karakter terbentuk dari proses interaksi dengan lingkungan luar. Sedangkan kepribadian sebagai realitas yang kompleks keterbentukannya pada diri seseorang melibatkan banyak faktor penentu. Oleh karena itu, pengembangan metodologi dalam pendidikan karakter perlu dilakukan terus menerus, yaitu dengan cara mengembangkan pola-pola pembelajaran yang tepat dengan tujuan sejati dari pendidikan nilai, yaitu dalam rangka membentuk karakter. Pola yang sudah berjalan dalan tradisi pendidikan di pesantren barangkali dapat menjadi suatu alternatif ditengah tidak adanya model-model yang memadai dalam membentuk karakter yang dicita-citakan. Hal ini karena ternyata Pesantren memiliki sesuatu “kearifan lokal,” (genius loci) sendiri yang bertahan dan menunjukkan hasil yang relatif lebih baik, dalam pembinaan karakter dibanding sistem lain yang jelas telah gagal dalam membentuk karakter bangsa. Komponen struktural yang keempat inilah yang menjadi motor penggerak keseluruhan kegiatan edukatif di Pondok Pesantren an-Nur, di mana nilai "ta'abbudi" (ritualitas), menjadi nilai kepentingan bagi segala perencanaan, rekayasa, pengelolaan dan pelaksanaan proses pendidikan. Itulah yang disebut dengan “spiritual paedagogis,” suatu upaya mendidik (me”manusia”kan manusia) yang berbasis pada nilai spiritual religius dari setiap fihak yang terlibat di dalamnya.
Peranan Pendidikan Islam dalam Mencegah Pornografi di Dunia Maya Saifuddin
Cendekia Vol. 7 No. 02 (2015): Cendekia October 2015
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Billfath

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37850/cendekia.v7i02.30

Abstract

Pendidikan agama islam merupakan suatu usaha secara sistematis dan pragmatis dalam upaya mengarahkan peserta didik untuk dapat menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran agama islam. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan tantangan yang besar dalam dunia pendidikan islam, banyaknya penikmat dunia maya menjadikan para praktisi dunia pendidikan waspada terhadap pengaruh yang ditimbulkannya terutama kasus pornografi. Informasi-informasi berkembang sangat pesat kian hari, munculnya situs-situs pornografi di dunia maya yang dapat terakses oleh semua lapisan masyarakat, baik anak-anak, remaja, maupun orang dewasa baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Tiada lagi yang lebih penting dalam menghadapi tantangan ini selain dengan mengajak para generasi muda untuk kembali ke ajaran islam lewat pendidikan islam. Lembaga pendidikan islam sebagai tempat untuk mencetak generasi islami sudah seharusnya menekankan tentang pendidikan kepribadian/moral sehingga para peserta didik dapat menstabilkan dan memposisikan dirinya dalam kehidupan, selain itu pendidikan agama juga diharapkan dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi peserta didik dalam menghadapi perubahan di lingkungannya.
Pendidikan sebagai Pemersatu Bangsa Saifuddin
Cendekia Vol. 8 No. 02 (2016): Cendekia October 2016
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Billfath

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37850/cendekia.v8i02.42

Abstract

Pendidikan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, proses tersebut berimplikasi bahwa di dalam peserta didik terdapat kemampuan kemampuan yang immanen sebagai mahluk yang hidup di dalam suatu masyarakat. Pendidikan yang telah dilaksanakan oleh satuan pendidikan berperan untuk menumbukhan sikap nasionalis. Dengan sikap ini diharapkan agar keutuhan dan kesatuan bangsa dapat terwujud.
Menimbang Kembali Hakikat Tujuan Pendidikan Islam Saifuddin
Cendekia Vol. 9 No. 01 (2017): Cendekia March 2017
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Billfath

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37850/cendekia.v9i01.50

Abstract

Manusia adalah aspek terpenting dalam proses pendidikan karena ia adalah subjek sekaligus objek dalam proses ini. Dalam perspektif Islam, manusia ada dalam tiga dimensi, yaitu jiwa, pikiran, dan tubuh. Itulah sebabnya, inilah saatnya untuk mempertimbangkan kembali esensi pendidikan Islam sedemikian rupa sehingga sesuai dengan substansi dimensi yang tersedia pada manusia. Berurusan dengan jiwa, itu tentang bagaimana jiwa yang merupakan ukuran keberadaan manusia selalu diberikan energi ilahi sehingga manusia dapat melakukan pilihan dalam hidupnya. Manusia, oleh karena itu, tidak akan jauh dari esensi kemanusiaannya. Mengenai pikiran, ini tentang bagaimana pikiran dapat berkembang secara dinamis sesuai dengan permintaan zaman dan kondisi. Berurusan dengan tubuh, adalah tentang bagaimana aspek yang terlihat dari manusia ini selalu bertahan sesuai dengan kebutuhan hidup dan urusan duniawi pada umumnya, tanpa meninggalkan untuk mempertimbangkan pikiran dan jiwa.
Paradigma Pendidikan Islam yang Memberdayakan Saifuddin
Cendekia Vol. 10 No. 01 (2018): Cendekia March 2018
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Billfath

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37850/cendekia.v10i01.62

Abstract

Paradigma lama pendidikan Islam yang telah terbangun sejak abad pertengahan, dengan mengkaji dan mempelajari teks-teks keagamaan dengan metode hafalan, bersifat mekanis, mengutamakan pengkayaan materi, sudah harus ditinggalkan untuk menuju paradigma baru pendidikan. Saat ini Pendidikan Islam harus berorientasi kepada pembangunan dan pembaruan, pengembangan kreativitas, intelektualitas, keterampilan, kecakapan penalaran yang dilandasai dengan “keluhuran moral” dan “kepribadian”, sehingga pendidikan Islam akan mampu mempertahankan relevansinya di tengah-tengah laju pembangunan. Paradigma baru pendidikan Islam harus diorientasikan kepada pembangunan, pembaruan, pengembangan kreativitas, intelektualisme, keterampilan, kecakapan, penalaran, inovatif, mandiri, disiplin dan taat hukum, terbuka dalam masyarakat plural, dan mampu menghadapi serta menyelesaikan persoalan pada era globalisasi dengan dilandasi keanggunan moral dan akhlak dalam usaha membangun manusia dan masyarakat yang berkualitas bagi kehidupan.
Implementasi Pendidikan Nilai Melalui Active-Learning dalam Tradisi Pondok Pesantren An-Nur Saifuddin
Cendekia Vol. 10 No. 02 (2018): Cendekia October 2018
Publisher : Fakultas Agama Islam Universitas Billfath

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37850/cendekia.v10i02.74

Abstract

Secara filosofis dan praktis, pendidikan nilai atau pendidikan karakter merupakan suatu proses pendidikan yang memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Maksudnya untuk menjawab permasalahan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan karakter pada individu, tidak akan ditemukan jawaban yang sederhana. Setidaknya ada tiga aspek yang menimbulkan perdebatan filosofis dan pragmatis. Pertama, menyangkut "pendidikan" yang kompleks karena melibatkan banyak segmen yang satu sama lain terkait secara sistemik; kedua, menyangkut "nilai" yang bersifat kompleks karena menimbulkan perdebatan filosofis yang belum selesai; dan ketiga, menyangkut "kepribadian" yang kompleks yang merupakan subjek aktif yang memiliki kehendak dan memiliki kesanggupan menentukan pilihan oleh dirinya. Meskipun demikian, pendidikan karakter harus dilakukan, karena karakter terbentuk dari proses interaksi dengan lingkungan luar. Sedangkan kepribadian sebagai realitas yang kompleks keterbentukannya pada diri seseorang melibatkan banyak faktor penentu. Oleh karena itu, pengembangan metodologi dalam pendidikan karakter perlu dilakukan terus menerus, yaitu dengan cara mengembangkan pola-pola pembelajaran yang tepat dengan tujuan sejati dari pendidikan nilai, yaitu dalam rangka membentuk karakter. Pola yang sudah berjalan dalan tradisi pendidikan di pesantren barangkali dapat menjadi suatu alternatif ditengah tidak adanya model-model yang memadai dalam membentuk karakter yang dicita-citakan. Hal ini karena ternyata Pesantren memiliki sesuatu “kearifan lokal,” (genius loci) sendiri yang bertahan dan menunjukkan hasil yang relatif lebih baik, dalam pembinaan karakter dibanding sistem lain yang jelas telah gagal dalam membentuk karakter bangsa. Komponen struktural yang keempat inilah yang menjadi motor penggerak keseluruhan kegiatan edukatif di Pondok Pesantren an-Nur, di mana nilai "ta'abbudi" (ritualitas), menjadi nilai kepentingan bagi segala perencanaan, rekayasa, pengelolaan dan pelaksanaan proses pendidikan. Itulah yang disebut dengan “spiritual paedagogis,” suatu upaya mendidik (me”manusia”kan manusia) yang berbasis pada nilai spiritual religius dari setiap fihak yang terlibat di dalamnya.