Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Kandungan Oksalat Umbi Porang (Amorphophallus muelleri Blume) Hasil Penanaman dengan Perlakuan Pupuk P dan K Dhike Ardhian; Serafinah Indriyani
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Porang (Amorphophallus muelleri Blume) merupakan salah satu tanaman bergizi yang memiliki asam oksalat yang berdampak negatif bagi kesehatan manusia. Pupuk P dan K diduga dapat digunakan untuk mereduksi kandungan oksalat pada porang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui  pengaruh pemberian pupuk P dan K secara tunggal maupun kombinasi pada kandungan oksalat umbi porang dan mengetahui jenis dan dosis pupuk yang dapat mereduksi kandungan oksalat. Perlakuan terdiri dari kombinasi empat dosis pupuk K dan empat dosis pupuk P dengan dosis yang sama yaitu 0;2,16;4,32;dan 6,36 g/12 kg tanah yang diaplikasikan ke tanaman porang yang ditumbuhkan hingga empat bulan. Oksalat terlarut dianalisis dengan volumetri dan oksalat tidak terlarut dianalisis dengan spektrofotometri (AAS). Analisis statistik menggunakan ANOVA dilanjutkan uji Tukey α = 5%. Kombinasi pupuk P dan K serta pupuk P tunggal tidak mempengaruhi kandungan oksalat terlarut, tidak terlarut, dan total pada umbi porang. Pemberian pupuk K tunggal pada dosis 2,16 g/12 kg tanah mampu menurunkan kandungan oksalat total sebanyak 34,3 %. Dengan demikian dosis Pupuk K ini berpotensi untuk menurunkan kandungan oksalat total umbi porang.   Kata kunci : oksalat, pupuk K, pupuk P, spektrofotometri, volumetri
Respon Beberapa Galur Sorgum [Sorghum bicolor (L.) Moench] terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia sorghi Schw.) yuspamella chusnul novemprirenta; Serafinah Indriyani
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit karat daun yang disebabkan jamur Puccinia sorghi merupakan salah satu kendala dalam usaha peningkatan produksi sorgum. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari respon beberapa galur sorgum terhadap penyakit karat daun Puccinia sorghi. Penelitian ini dilakukan di rumah kasa Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI), Malang, mulai dari bulan September hingga Desember 2012. Penelitian disusun menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), tiap perlakuan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa enam dari 13 galur sorgum yang diuji menunjukkan gejala infeksi penyakit karat. Masa inkubasi terpendek terjadi pada galur G1 dan G9, sedangkan intensitas infeksi penyakit karat yang terendah terjadi pada galur G5 dan G11. Penyakit karat berpengaruh langsung terhadap komponen hasil tanaman sorgum. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa galur sorgum yang direkomendasikan untuk usaha pemuliaan tanaman guna meningkatkan toleransi tanaman terhadap infeksi penyakit karat adalah galur sorgum G5 dan G11. Kata kunci : intensitas infeksi, masa inkubasi, Puccinia sorghi, sorgum
Effects of Sugar Type and Concentration on Batu 55 Mandarin (Citrus reticulata Blanco.) Somatic Embryo Maturation Wahyu Widoretno; Serafinah Indriyani; Chairani Martasari; Rikza Hakin
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 39, No 1 (2017): FEBRUARY
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v39i1.714

Abstract

When obtaining plantlets, embryo maturation and simultaneous germination are important steps in plant micropropagation via somatic embryogenesis. Several studies have shown that the use of carbohydrates as a carbon source plays a significant role in inducing somatic embryo development in certain plant species. This study aimed to establish a somatic embryo maturation protocol for Batu 55 Mandarin (C. reticulata Blanco.) by examining the effect of various types of sugar and concentrations. The results showed that the type and concentration of sugar added to the medium affect the somatic embryo maturation of Batu 55 Mandarin. Galactose and maltose enhance somatic embryo maturation more effectively than does sorbitol. The combination of galactose or maltose with sorbitol was able to improve somatic embryo maturation more effectively than galactose or maltose alone. The combination of galactose and sorbitol enhanced the maturation of somatic embryos more effectively than did change the concentrations of maltose or sorbitol. It can be concluded that sugar type and concentration had effects on citrus somatic embryo development. The combination of sorbitol (36.5 mM) with galactose 73 mM was able to augment citrus somatic embryo maturation more effectively than the other concentrations applied.
KERAGAMAN DAN KEKERABATAN KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.) LOKAL ASAL PULAU KISAR KABUPATEN MALUKU BERDASARKAN KARAKTER FENOTIP Hermalina Sinay; Estri Laras Arumingtyas; Nunung Harijati; Serafinah Indriyani
BIOPENDIX Vol 3 No 1 (2016): Biopendix : Jurnal Biologi, Pendidikan & Terapan
Publisher : Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unpatti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/biopendixvol3issue1page18-27

Abstract

Background: The relationship of plant kinship can be done through the identification of the phenotype character that is the character that appears on the individual or plant organism that can be both quantitative and qualitative. The purpose of this research is to know the diversity and kinship of corn cultivar from Kisar Island Regency of Maluku Southwest of Maluku Province based on phenotype character. Methods: The genetic material used was six local corn cultivars and one comparative variety. The six local corn cultivars are Red ruby with a brown cob, Blood red corn, Sticky, Ripe yellow, Deep yellow, and White, while the varieties are Srikandi varieties. To know the effect of cultivars and corn varieties on phenotypic diversity, variant analysis with Statistica Analytical System (SAS version 9.0) was used. To know the character that gives the greatest contribution to the diversity of cultivar phenotype and corn varieties, the main component analysis is done. To know the kinship among corn cultivars based on phenotypic character, gross analysis (cluster analysis) with hierarchy method is performed. The main component analysis and gameplay analysis was performed using SPSS version 18.0 computer program. Results: The results of variance analysis showed a significant effect of maize cultivar on phenotypic diversity. Characters that contribute to the diversity of the corn cultivar phenotype are the proline level, the weight of cobs without harvesting at harvest, the weight of cobs without dryness of the oven, the weight of the cobs at 12% moisture content, the unleaded cobs at 12%, the diameter of the ear, the number of seeds per ear, the number of rows of beans per ear, the number of leaves, and the length of the leaf. The results of Euclidean and Euclidean girder analysis show that the local yellow cultivars are in one group alone and have a low similarity with other local corn cultivars as well as the Srikandi-based varieties based on their phenotypic characters. Conclusion: There is a variety of phenotypes of local corn cultivars and varieties of Srikandi compounds grown on Kisar Island of Southwest Maluku Maluku Province.
Pemetaan Sebaran Dan Karakter Populasi Tanaman Buah Di Sepanjang Koridor Jalur Wisatadesa Kemiren, Tamansuruh, Dan Kampunganyar, Kabupaten Banyuwangi Zakiyah Zakiyah; Serafinah Indriyani; Luchman Hakim
Journal of Indonesian Tourism and Development Studies Vol. 1 No. 2 (2013)
Publisher : Program Pascasarjana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peta persebaran tanaman buah, karakter populasi tanaman buah, serta persepsi masyarakat pemilik tanaman buah di sepanjang jalur wisata Desa Kemiren, Tamansuruh, dan Kampunganyar, Kabupaten Banyuwangi. Metode yang dilakukan meliputi survei pemetaan pertanian tanaman buah (mangga, rambutan, manggis, durian, jambu air dan jambu biji) dengan merekam titik koordinat dari GPS untuk setiap tanaman buah. Penentuan karakter populasi tanaman buah dilakukan dengan mengamati morfologi tanaman terkait vitalitas dan periodisitas. Persepsi masyarakat dilakukan dengan wawancara dan kuisioner. Analisis data dilakukan dengan mengolah data koordinat dan data pengamatan karakter populasi tanaman buah ke dalam peta dasar melalui aplikasi GIS. Pemetaan persepsi masyarakat diperoleh dengan wawancara dan kuisioner yang dihitung dengan skala Likert kemudian dipetakan sebaran spasialnya dengan aplikasi GIS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran tanaman buah yang ada di pekarangan rumah banyak tersebar di sepanjang jalur desa wisata dengan perbandingan jumlah buah yang ditemukan di Desa Kemiren 76 pohon, Tamansuruh 53 pohon, dan Kampunganyar 40 pohon. Kondisi tanaman buah dalam keadaan tumbuh dengan baik, bertunas, berbunga dan berbuah, hal ini dikarenakan pada saat penelitian waktunya tanaman buah memasuki masa berbuah dan masa panen. Antusiasme masyarakat tinggi untuk menjadikan tanaman buah yang ada di sepanjang jalur desa wisata sebagai daya tarik wisatawan. Kata Kunci: jalur wisata, karakter populasi, pemetaan, persepsi, tanaman buah
Etnobotani Upacara Kasada Masyarakat Tengger, di Desa Ngadas, Kecamatan Malang, Poncokusumo, Kabupaten Malang Nindya Helvy Pramita; Serafinah Indriyani; Luchman Hakim
Journal of Indonesian Tourism and Development Studies Vol. 1 No. 2 (2013)
Publisher : Program Pascasarjana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  persepsi masyarakat, mengetahui  jenis-jenis  tanaman  yang  digunakan  untuk upacara  Kasada serta  mengetahui  peran  serta  masyarakat  Tengger  di Desa    Ngadas dalam mengkonservasi  tanaman  yang  digunakan upacara  Kasada.  Metode penelitian  yang  digunakan  adalah  metode survei,  observasi  dan wawancara semi  terstruktur  dengan menggunakan  50  responden.  Analisis penggunaan tumbuhan  dengan menggunakan  rumus  indeks  konsensus / fidelity  level. Hasil  penelitian ini  menunjukkan  persepsi  masyarakat sangat tinggi terhadap pelaksanaan  upacara  Kasada  serta  penyerahan  hasil  bumi. Tanaman yang  digunakan  untuk  upacara  Kasada  meliputi  16  jenis tanaman. Nilai  penggunaan  tanaman  tertinggi  adalah  edelweis (Anaphalis longifolia) 96%,  padi  (Oryza  sativa)  94%,  kentang (Solanum tuberosum) 90%,  bawang  prei  (Allium  fistulosum)  86%, putihan(Buddleja asiatica)  84%, kubis  (Brassica  oleraceae)  80%, antinganting  (Fuchsia magellanica)  78%, pisang  raja  (Musa  paradisiaca) 74%,  telotok  (Curculigo latifolia)  70%, kenikir/gumitir  (Cosmos caudatus)  68%,  pinang  (Areca catechu)  dan beringin  (Ficus benjamina  )  46%,  danglu  (Engelhardia spicata)  40%,  janur daun kelapa  (Cocos  nucifera)  30%,  sirih  (Piper  betle) 28%,  dan  jagung(Zea mays)  24%.  Upaya  konservasi  keanekaragaman hayati  yang dilakukan  oleh masyarakat  Tengger  telah  berkembang  sejak lama, khususnya  pada masyarakat  yang  memiliki  pengetahuan lokal. Konservasi  dilakukan dengan menanam  flora  tersebut  di ladang, pekarangan  dan  jalan-jalan sekitar desa. Konsep pengelolaannya mengacu  pada  pemanfaatan  berkelanjutan  untuk memperoleh dinamika  ekosistem  yang  selaras  dan  seimbang  bagi kehidupan masyarakat Tengger.Kata  kunci: Desa  Ngadas,  indek  konsensus, konservasi,  upacara Kasada
Morphological Variation of Six Pigmented Rice Local Varieties Grown in Organic Rice Field at Sengguruh Village, Kepanjen Subdistrict, Malang District Shinta Shinta; Serafinah Indriyani; Endang Arisoesilaningsih
Journal of Tropical Life Science Vol. 4 No. 2 (2014)
Publisher : Journal of Tropical Life Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia is the third richest country for pigmented rice source. Morphological character of pigmented rice in Indonesia is less reported since recent publications and descriptions of pigmented rice are only limited to black rice of Cempo Ireng variety and red rice of Aek Sibundong variety. Pigmented rice varieties in Indonesia are cultivated in an organic way. These varieties are Wojalaka black rice of East Nusa Tenggara (NTT), Manggarai of NTT, Toraja of South Sulawesi, Cempo Ireng of Central Java and red rice of Aek Sibundong (leading variety) and Baubau of Southeast Sulawesi. The objective of research was to compare the morphological variation of root, stem, leaf, panicle, floret and the colour of milk mature grain and mature grain by observing the vegetative and generative parts of six local rice varieties. Research had been conducted from February 2012 to February 2014 in Sengguruh Village, Kepanjen District, Malang Regency. This study type was quasi-experiment with eleven replications. Group Random Design was used. The observation was given upon vegetative, reproductive and maturity phases as groups. Independent variables in this research were six rice varieties, while the dependent variable was morphological variation (root, stem, leaf, panicle, floret, milk mature grain and mature grain). The data of morphological variation were tabulated through MS Excel 2007 for windows. Descriptive data analysis was used to determine the average rate and the deviation standard of each variable. Data were analyzed by ANOVA at a cut off value of α of 0.05. It was followed by HSD Tukey Test facilitated by SPSS 16.0. The analysis of multivariate data in cluster and biplot was carried out with PAST. The result of the study indicated that there was morphological difference on stem, leaf, panicle, floret, milk mature grain and mature grain. The colour of the stem in Aek Sibundong variety was purple, while that of other varieties was green. Toraja and Manggarai varieties had the highest height with 163-168 cm, followed by Cempo Ireng with 139 cm, Wojalaka and Baubau with 110-112 cm. Aek Sibundong Variety had the lowest height with 99 cm. Aek Sibundong and Wojalaka varieties had 6-7 internodes which were the greatest number of internode, while other varieties only had 4-5 internodes. Some varieties, such as Aek Sibundong, Wojalaka and Baubau had short and small leaf. The leaflet angle of Aek Sibundong and Baubau were 140 and it might be said as upright, while that of Wojalaka was 430 or moderate. Cempo Ireng, Manggarai and Toraja had its 63-880 of the leaflet angle or it was said as flat. Cempo Ireng and Wojalaka were included into Rice Indica Group while Toraja, Manggarai, Cempo Ireng and Baubau belonged to Rice Javanica Group. There were two morphological groups. Group 1 included Toraja, Manggarai and Cempo Ireng, while Group 2 consisted of Aek Sibundong, Baubau and Wojalaka.