Penyimpanan obat adalah suatu serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk melindungi obat yang disimpan salah satunya resiko kerusakan atau kadaluwarsa. Obat yang suadah melewati batas kadaluwarsa dan kadaluwarsa sudah tidak layak dikonsumsi karena stabilitas obat sudah berkurang dan apabila seseorang mengkonsumsinya, akan membahayakan dan mengakibatkan efek toksik (racun). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian pengelolaan obat rusak atau kadaluwarsa terhadap sediaan farmasi di salah satu rumah sakit umum swasta kota bandung dengan Standar Prosedur Operasional (SOP). Penelitian ini menggunakan desain non eksperiental (observasional) yang bersifat deskriptif,proses observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mengevaluasi pengelolaan obat rusak atau kadaluwarsa terhadap sediaan farmasi berupa daftar checklist dan dibuat persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan obat rusak atau kadaluwarsa terhadap sediaan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pindad Bandung memperoleh persentase penilaian 85,71% dikategorikan sesuai, obat yang paling banyak jumlah kadaluwarsanya adalah Hytroz 1 mg (DPHO) sebanyak 70 tablet dan obat rusak atau kadaluwarsa dengan harga terbesar adalah Polysorb 4-0 buah sebesar Rp. 4.348.080 dengan total kerugian akibat obat rusak atau kadaluwarsa terhadap sediaan farmasi sebesar Rp. 15.789.173.