Simpang Banggo di kabupaten Dompu merupakan jenis simpang tak bersinyal dengan jalinan berbentuk bundaran (Roundabout). Simpang Banggo merupakan tempat bertemunya arus lalu-lintas dari empat arah yaitu arah selatan dari ruas jalan Batas Cabdin Dompu-Banggo, arah timur yaitu dari ruas jalan Banggo-Dompu, arah barat yaitu dari ruas jalan Simpang Banggo-Kempo. Dari arah utara, terdapat pula sebuah ruas jalan yang terhubung dengan daerah Kilo, Kore, Tambora, dan Calabai. Bundaran yang terletak di tengah simpang ini, sering kali menimbulkan masalah seperti yang sering terjadi adalah kesalahan arah putar kendaraan di bundaran, roda kendaraan yang terkadang melintasi tubuh bundaran, bundaran yang difungsikan tidak semestinya seperti dijadikan tempat parkir bagi motor dan mobil, dll. Selain masalah-masalah diatas, fasilitas lampu penerangan jalan-pun sangatlah minim. Sedangkan lalu-lintas pada simpang Banggo cukup padat terjadi pada malam hari, hal ini sangat membahayakan bagi pengemudi. Berdasarkan permasalahan yang ada, perlu dilakukan evaluasi kinerja simpang Banggo dengan menggunakan metode MKJI’ 1997 (Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh besarnya arus lalu lintas (Q) pada bundaran tersebut sebesar 763,4 smp/jam, dengan nilai dari parameter-parameter kinerja pada kondisi eksisting, yakni kapasitas (C) = 6.179,865 smp/jam, derajat kejenuhan (DS) = 0,36, tundaan (D) = 6,89 detik/smp, dan peluang antrian (QP%) = 3,59% - 7,32%. Dengan melihat nilai derajat kejenuhan (DS < 0,75) maka, kemampuan dari bundaran tersebut dalam melayani arus lalu lintas masih memadai. Dari kinerja tersebut, maka dilakukan rekayasa geometrik simpang mengoptimalkan kinerja simpang Banggo. Rekayasa geometrik dilakukan dengan memperlebar pendekat dari arah Calabai, Kilo dan menuju Bima. Diterapkan juga sistem (shared line) pada pendekat dari arah Calabai dan Sumbawa. Serta melengkapi simpang Banggo dengan fasilitas keselamatan seperti rambu, penerangan jalan umum dan warning light amber.