This Author published in this journals
All Journal Al-Fath
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Menyoal Tentang Miras dan Hakikat Ajaran Islam Ade Budiman
Al-Fath Vol 9 No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v9i2.3334

Abstract

Fenomena peredaran minuman keras yang sekarang ini marak beredar di masyarakat, hal itu terjadi diakibatkan oleh keterpurukan pemahaman dikalangan masyarakat awam, dan menjadi celah menuju alkoholisme murahan sehingga cenderung semakin menerpa kalangan masyarakat miskin di pedesaan ataupun perkotaan. Tingkat penyalahgunaan minuman beralkohol dalam masyarakat pada umumnya, dan lingkungan remaja sudah sangat meresahkan semua pihak, bahkan aparat keamanan-pun disibukkan dengan peredaran barang haram tersebut. Inilah yang menjadi polemik pembahasan di kalangan para pakar agama, sosiolog, dan saintis dalam memahami persepsi yang muncul di tengah masyarakat.Tujuan disyariatkan hukum Islam adalah untuk memelihara kemaslahatan manusia sekaligus untuk menghindari efek buruk atau imbas dari kerusakan yang ditimbulkan dari pada keberadaan MIRAS yang sekarang ini beredar. Tujuan tersebut harus dipahami secara komprehensif oleh orang yang akan menggali atau menginterpretasikan hukum dalam rangka mengembangkan pemikiran hukum Islam dan menjawab persoalan-persoalan (Problem Solver) di masyarakat dari hukum-hukum kontemporer yang kasusnya belum bisa dipecahkan ataupun ditemukan solusi terbaik secara eksplisit di dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu pembahasan ini akan memperjelas permasalahan tersebut dengan pendekatan secara Tafsir Ahkâm, yaitu pada hal-hal yang berkaitan dengan ayat ataupun hadits yang dapat dikaitkan dengan fenomena sosial di masyarakat, baik di masa dahulu ataupun sekarang. Dalam konteks tinjauan perspektif realita sosial dengan konsepsi hukum Islam.
Keadilan dalam Konteks Tafsir al-Qur’an di Indonesia Ade Budiman
Al-Fath Vol 9 No 1 (2015): Juni 2015
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v9i1.3127

Abstract

Ditinjau secara etimologis dan terminologis, serta berdasarkan bentuk sinonim dari kalimat-kalimat yang lainnya, keadilan memiliki pengertian serta fungsi yang sama dalam mengaplikasikan makna keadilan tinjauan dari sudut pandang religiusitas. Ini berbeda bila tinjauan tersebut diaplikasikan dalam konteks wacana tafsir Alqur’an keindonesiaan yang disinyalir terdapat unsur politik kekuasaan yang mengawasi serta mengawal bentuk penafsiran-penafsiran Alqur’an yang khususnya penafsiran tentang wacana politik kekuasaan pemerintah yang ketika itu sedang berjalan, demi melanggengkan program serta rencana kepemerintahan di masa selanjutnya, yang secara eksplisit bertentangan dengan hati nurani para penafsir Alqur’an di Indonesia, sehingga tendensitas penafsiran dengan mengikuti pola yang diberlakukan oleh pemerintah yang ketika itu berwenang haruslah diikuti dengan tunduk dan konsekuen terhadap aturan tersebut. Dalam kaitannnya dengan wacana tafsir Alqur’an di Indonesia, bahwasanya peran politik/kekuasaan dari masa ke masa semenjak dari Orde Lama (Soekarno), kemudian beralih ke Orde Baru (Soeharto), lalu dilanjutkan Pra dan Pasca Reformasi, kedua unsur itu saling keterkaitan. Bahkan dalam konteks politik/kekuasaan, wacana tafsir Alqur’an di Indonesia mengalami pergulatan dialektika yang cukup kompleks. Ini terbukti dengan munculnya para penafsir Alqur’an, baik di masa Orde Lama, Orde Baru serta masa Pra dan Pasca Reformasi berlangsung. Disadari oleh kita, bahwasanya terdapat arah visi dan misi gerakan serta wacana yang dikembangkan dalam karya tafsir telah memberikan muatan semangat kritis dan perlawanan terhadap rezim pemerintah. Eksistensi dan pengalaman serta peran sosial politik ikut berperan dalam membangun karakter wacana tasir Alqur’an di Indonesia, sehingga porsi keadilan di dalamnnya dapat ditempatkan pada porsi dan posisi yang tepat.
Arabisme dalam Pandangan Islam Perspektif Kebinekaan di Indonesia Ade Budiman
Al-Fath Vol 13 No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Department of Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, Faculty of Ushuluddin and Adab, State Islamic University of Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/alfath.v13i1.2895

Abstract

Muslims in Indonesia are faced with the problematic understanding that emerged recently as if a handful of circles of Muslims in Indonesia is the wrong and do not understand, by not necessarily in line with the conceptionof the Unitary State of the Republic of Indonesia, so it is very unfortunate once the emergence of differences in the principle of perceiving it among the level of the Ulama, Cendikia, Umara and Indonesian Muslims itself, while the noble values and idealism in religion during the classical period in Indonesia has been a source of cultural preservation and harmony in the relations of peer relations, namely Indonesia with Unity in Diversity. The description of religious history data in the classical period in Indonesia is considered important to reconstruct the plural and multicultural society of Indonesia in the present and future. The challenge for Muslims today is to be able to sort and vote on what the state law considers and sees as good, and its rules are clear in the teachings of the Qur'an and Al-Hadith. As we all know that to become a Muslim does not mean to be the araban, because to become araban not necessarily Islam. But remember, Rasulullah SAW is an Arab and the Quran is revealed in Arabic. "We love Islam, love Allah and Rasulullah SAW, love the Quran, therefore we also love Arabic, because it is impossible to understand Islam without Arabic”.