Abdoel Djamali
Politeknik Negeri Jember

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Bawang Merah di Kabupaten Banyuwangi Ari Suciati; Sumadi Sumadi; Abdoel Djamali
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 6, No 1 (2022): MARCH
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v6i1.2122

Abstract

Shallots are vegetable commodities that have long been superior and have been intensively cultivated by many farmers. They belong to the group of non-substituted spices that function as food seasonings and ingredients for traditional medicines. Banyuwangi Regency is one of the regencies that produces shallot commodity in East Java Province. Shallot production in Banyuwangi Regency each year has rapidly increased. Meanwhile, the shallot harvested area in Banyuwangi Regency has fluctuated, meaning that there is an opportunity to develop shallots. In addition, shallots are one of the horticultural crops that play a role in increasing the Gross Regional Domestic Product (GRDP) in the Banyuwangi Regency. The supporting factors for shallot farming are suitable land and government support. A study was aimed to analyze the strategy of developing shallot agribusiness in the Banyuwangi Regency. The SWOT method (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat) was employed to determine the internal and external factors of the shallot business, followed by Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) to determine the development strategy by using the priority strategy generated from SWOT. It was found that the shallot agribusiness in Banyuwangi was feasible to be developed. The priority of the resulting strategy was to maintain and increase the production and quality of shallots in Banyuwangi Regency to meet high market demand with the highest value of 7.23.Bawang merah termasuk komoditas sayuran yang sudah lama menjadi unggulan dan secara intensif telah banyak diusahakan petani. Bawang juga termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang digunakan sebagai bahan obat tradisional dan bumbu penyedap makanan. Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu Kabupaten di provinsi Jawa Timur sebagai daerah penghasil sektor pertanian dari komoditas bawang merah. Setiap tahunnya, data produksi bawang merah di Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan mulai dari 3.423  sampai dengan 6.322 ton (Badan Pusat Statistik Banyuwangi, 2019). Sedangkan untuk luas panen bawang merah di Kabupaten Banyuwangi mengalami fluktuatif, tahun 2016 – 2019 yaitu sebesar 314, 319, 322, 556 ton (Dinas Pertanian dan Pangan, 2019) sehingga ada peluang untuk pengembangan bawang merah. Selain itu   bawang merah sebagai juga termasuk tanaman hortikultura yang memiliki peran dalam meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Banyuwangi. Ada beberapa faktor yang mendukung usaha tani bawang merah yaitu lahan yang cocok dan adanya dukungan pemerintah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengembangan agribisnis komoditas bawang merah di Kabupaten Banyuwangi. Metode yang digunakan adalah (Stenght, Weakness, Opportunity, and Threat) SWOT untuk menentukan faktor internal dan eksternal usaha bawang merah, Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) untuk penentuan strategi pengembangan dengan menggunakan prioritas strategi dihasilkan dari SWOT. Dari penelitian dihasilkan bahwa usaha agribisnis komoditas bawang merah di Kabupaten Banyuwangi layak untuk dikembangkan, prioritas strategi yang dihasilkan yaitu mempertahankan dan meningkatkan produksi serta kualitas bawang merah di Kabupaten Banyuwangi untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi dengan nilai tertinggi yaitu 7,23. 
Strategi Pengembangan Usaha dan Agroindustri Susu Sapi Perah di Kabupaten Jember Wilda Mufarrijah Indah Uhrowiyah; Rizal Rizal; Abdoel Djamali
Jurnal Agrinika: Jurnal Agroteknologi dan Agribisnis Vol 5, No 2 (2021): SEPTEMBER
Publisher : Kadiri University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30737/agrinika.v5i2.1723

Abstract

The purpose of this research was to determine alternatives of development of milk production industry in Jember Regency, to design the alternatives strategy for the development of dairy agroindustry in Jember Regency, and to examine the level of the financial feasibility of dairy agroindustry in Jember Regency. The research utilized purposive sampling in three industries: Bestcow, Susu Sehat Kaliwates, and Susu Rembangan. The analysis employed the Exponential Development Method, Analytical Hierarchy Process (AHP), and financial analysis. The Exponential Development Method showed that the potential milk product of Bestcow industry was 209.781.572, pasteurization product was 6.309.948, and yogurt was 5.433.148. The Susu Sehat industry got a value of 192.298.250 milk product, pasteurization product of 4.505.828, and yogurt was 3.122.910. Rembangan industry got a value of analysis milk product was 189.872.469, pasteurization product was 6.299.604, and yogurt was 5.344.431. Analytical Hierarchy Process (AHP) analysis showed that availability of breeding, technology, and business development were the most priority alternative strategies to be developed.Tujuan penelitian ini adalah menentukan alternatif potensi unggulan pengembangan agroindustri olahan susu sapi perah di Kabupaten Jember, mendesain strategi alternatif pengembangan agroindustri olahan susu sapi perah di Kabupaten Jember dan menentukan tingkat kelayakan finansiil agroindustri olahan susu sapi perah di Kabupaten Jember. Penelitian ini dilakukan secara purposive sampling yaitu di Perusahaan Bestcow, Susu Sehat Kaliwates dan Susu Rembangan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis Metode Pengembangan Eksponensial (MPE), Analytical Hierarchy Process (AHP) dan kelayakan finansial. Hasil analisis Metode Pengembangan Eksponensial (MPE) pada penelitian ini menunjukkan bahwa produk susu sapi yang paling potensial pada perusahaan Bestcow adalah susu segar kemasan 209.781.572, susu pateurisasi 6.309.948 dan yogurt 5.433.148. Pada susu sehat Kaliwates diperoleh nilai susu segar kemasan 192.298.250, pasteurisasi 4.505.828 dan yogurt 3.122.910. Susu Rembangan diperoleh nilai susu segar 189.872.469, pasteurisasi 6.299.604 dan yogurt 5.344.431. Hasil analisis Analytical Hierarchy Process (AHP) menunjukkan bahwa ketersediaan bibit sapi, ketersediaan teknologi pengolahan dan pengembangan kelembagaan usaha adalah strategi alternative yang paling prioritas untuk dikembangkan.