Akhmad Murtadlo
Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

TEKNIK PENCERITAAN DALAM KUMPULAN CERPEN HARGA DIRI KARYA SYAFRUDDIN PERNYATA TINJAUAN FORMALISME RUSIA Herawati Tarigan; Akhmad Murtadlo; Dahri Dahlan
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 5, No 3 (2021): Juli 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v5i3.3947

Abstract

Fokus penelitian ini menggunakan konsep Victor Shklovsky untuk mendeskripsikan teknik penceritaan yang digunakan pengarang dalam kumpulan cerpen yang berjudul Harga Diri. Teori Formalisme Rusia akan digunakan peneliti untuk memaparkan teknik penceritaan pengarang dan sarana retorika yang dipilih pengarang dalam memperlambat dan mengulur-ulur kisah dalam cerpen. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian kepustakaan dan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data dan sumber data terdapat dalam tujuh kumpulan cerpen Harga Diri. Teknik penyediaan data yang digunakan adalah teknik baca dan catat. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian analisis menggunakan teori Formalisme Rusia pada kumpulan cerpen dapat menunjukan teknik-teknik yang digunakan pengarang dalam pengasingan cerita. Teknik yang digunakan adalah tekni penceritaan orang pertama, teknik penceritaan orang ketiga, teknik penceritaan orang campuran, teknik monolog interior, teknik pengamatan, teknik dialog dan teknik imbas kembali dan pengarang menggunakan gaya bahasa untuk memperindah peristiwa di dalam cerita  yaitu terdapat gaya bahasa hiperbola, majas sarkasme, majas perumpamaan, majas sinestesia, majas metafora, majas metonimia, majas personifikasi, dan majas antithesis. Pada akhir cerita, pengarang memanfaatkan suspence untuk menimbulkan efek kejutan atas kenyataan mengenai kehidupan tokoh.
MAKNA TUTURAN DALAM PROSESI PERNIKAHAN ADAT KUTAI: TINJAUAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES Rizqi Purnama Putri; Akhmad Murtadlo; Purwanti Purwanti
Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni dan Budaya Vol 5, No 2 (2021): April 2021
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/jbssb.v5i2.3223

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis makna denotasi dan konotasi dalam tuturan pernikahan adat Kutai dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Objek penelitian difokuskan pada permasalahan yang berkaitan dalam menyampaikan pesan-pesan mengenai nilai budaya yang tercermin di setiap prosesi pernikahan dalam tradisi masyarakat Kutai. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data diperoleh dengan wawancara langsung ke masyarakat Kutai yang memahami tuturan dalam pernikahan Adat Kutai. Merekam suara narasumber sebagai data dan mencatat segala hal yang perlu dicatat. Selanjutnya diperkuat dengan studi pustaka yakni dengan arsip perpustakaan daerah Kota Samarinda. Berdasarkan hasil pembahasan, menyimpulkan bahwa: 1). Makna denotasi pada prosesi pernikahan adat Kutai memiliki beberapa tuturan yakni Meminang, Kebun belukar, Nyorong tanda, Uang sumahan, Bepacar, Bealis, Naik Pengantin, Naik mentuha. Proses yang dilakukan untuk melamar seorang gadis kemudian menyerahkan seserahan baik berupa benda maupun uang. Tradisi ini dilakukan sebagai syarat dalam proses pernikahan adat Kutai. 2). Makna konotasi pada tuturan prosesi adat pernikahan Kutai yakni Meminang, kata kebun belukar yang dilambangkan sebagai seorang anak gadis yang akan diikat oleh laki-laki untuk dipersunting. Nyorong tanda, seserahan berupa benda agar terjaganya rahasia rumah tangga yang selalu sejalan mengarungi kehidupan berumah tangga. Bepacar, menandakan agar terhindarnya dari bencana serta aura mempelai wanita makin bercahaya. Bealis, menandakan agar mempelai wanita terlihat manis dan cantik. Naik pengantin, melambangkan kesulitan dan kebahagian di dalam rumah tangga serta mendapatkan hal-hal baik dikehidupan. Naik mentuha, sebuah kesiapan sang mempelai dalam melepaskan diri untuk mengarungi bahtera rumah tangga.