I Gede Satria Budhi Utama
Universitas Hindu Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

ORNAMEN KARANG BHOMA PADA BANGUNAN KORI AGUNG DI KOTA DENPASAR I Kadek Sumadiyasa; I Gede Satria Budhi Utama; I Made Yudabakti
WIDYANATYA Vol 2 No 01 (2020): WIDYANATYA
Publisher : UNHI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/widyanatya.v2i01.631

Abstract

Salah satu karya seni rupa keagamaan Hindu yang digunakan dalam bangunan suci umat Hindu adalah ornamen. Ornamen dalam perkembangannya mendapat pengaruh globalisasi dari luar Bali. Ornamen Karang Bhoma yang terdapat di bangunan Kori Agung di Kota Denpasar mempunyai keunikan yang spesifik khas yaitu berbentuk ukiran madya berdasarkan sastra Hindu. Berdasarkan kepercayaan yang berkembang di Kota Denpasar, pakemnya menggunakan perhitungan hari astawara, tepatnya pada hari kala raksa. Perhitungan ini dilakukan agar undagi (pembuat bangunan) bersama pemilik bangunan agar dapat memulai (ngendag) penempatan. Pahatan Karang Bhoma dengan ciri bentuk ornamen ukiran madya dipercaya membawa kesejahteraan keluarga.
DEKORASI ALAMI PADA UPACARA MANUSA YADNYA DI BALI I Wayan Arissusila; I Gede Satria Budhi Utama
Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan Vol 22 No 2 (2022): Dharmasmrti: Jurnal Ilmu Agama dan Kebudayaan
Publisher : Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/ds.v22i2.3397

Abstract

Pawiwahan merupakan upacara yang dianggap utama dalam manusa yadnya, oleh sebab itu setiap pelaksanaannya dibuat dengan mewah terutama penampilan dalam bentuk dekorasi. Dekorasi upacara manusa yadnya di Bali, secara umum dibuat sangat mewah. Rumah dihias mulai dari pintu masuk, sampai bangunan lain di dalamnya. Dulu menghias rumah seseorang yang melaksanakan upacara pawiwahan dipakai bahan sintetis misalnya: Styrofoam. Dengan adanya peraturan Gubernur Bali Nomor 97, 2018 menekankan larangan penggunaan bahan sintetis dan menggantinya dengan bahan ramah lingkungan. Adanya peraturan tersebut, perajin dekorasi di Bali mengikuti dengan cara lebih kreatif mengolah bahan alami seperti: kayu, bambu, daun kelapa dan lain-lain. Perajin mengolah bahan itu sesuai imajinasi dan kreatifitas, sehingga menghasilkan dekorasi artistik. Dekorasi tersebut, diterima baik oleh masyarakat Bali, terpenting masih kental dengan identitas Balinya. Studi ini ingin membahas dekorasi alami pada upacara manusa yadnya di Bali.
MAKNA WADAH DALAM UPACARA NGABEN PRATISENTANA ARYA GAJAH PARA I Gede Satria Budhi Utama; I Wayan Arissusila; IB Eka Sutha Harunika
WIDYANATYA Vol 4 No 2 (2022): Widyanatya: Jurnal Pendidikan Agama dan Seni 
Publisher : UNHI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The container in Indonesian is a means of conveying the corpse in the Ngaben ceremony in Bali. The shape and structure of the container is strongly influenced by the soroh or community groups. One of the many types of containers in Bali is the winged container used by Pratisantana Arya Gajah Para in the village of Loaddem. The reason for the use of the Wadah in the Ngaben Pratisentana Arya Gajah Para ceremony in the village of Loaddem is due to the combination of Gamapati inherited by the ancestors of Sira Arya Gajah Para which was then combined with the village Dreshta which is a local belief in the village of Loaddem, District of Loaddem, Regency of Karangasem. 2. The form of the container used in the Ngaben Pratisentana Arya Gajah Para ceremony in the village of Loaddem is a winged container using Boma, Wilmana, Garuda Mungkur corals as a complement. There are several kinds of pepalihan that are applied in the embodiment of this container, including: palih Bacem, Gunung tajak, palih taman, sancak, Bada dara, and rongan, which in each area are decorated with various kinds of ornaments such as keketusan, pepatran, and authorship. ABSTRAK Wadah dalam Bahasa Indonesia adalah merupakan sarana pengantar jenazah dalam upacara Ngaben di Bali. Bentuk dan struktur bangun pada wadah sangat dipengaruhi oleh soroh atau kelompok warga. Salah satu dari sekian banyaknya jenis Wadah di Bali adalah Wadah Bersayap yang digunakan oleh Pratisantana Arya Gajah Para di desa Bebandem. Alasan dari penggunaan Wadah dalam upacara Ngaben Pratisentana Arya Gajah Para di desa Bebandem adalah berkat adanya gabungan antara Gamapati yang diwariskan oleh leluhur Sira Arya Gajah Para yang kemudian digabungkan dengan Dreshta desa yang merupakan kepercayaan lokal yang ada di desa Bebandem, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem. 2. wujud dari Wadah yang dipakai dalam upacara Ngaben Pratisentana Arya Gajah Para di desa Bebandem adalah Wadah bersayap dengan memakai karang Boma, Wilmana, Garuda mungkur sebagai pelengkapnnya. Adapun beberapa macam pepalihan yang diterapkan dalam perwujudan Wadah ini antara lain: palih Bacem, Gunung tajak, palih taman, sancak, Bada dara, dan rongan, yang di setiap bidangnya dihias dengan berbagai macam ornamen seperti keketusan, pepatran, dan kekarangan.
KAJIAN BENTUK DAN FUNGSI ESTETIS ARCA DEWATA NAWASANGA I Gede Satria Budhi Utama; Ni Luh Putu wiwin astari; I Gede Yudi Artawan
WIDYANATYA Vol 5 No 1 (2023): WIDYANATYA: JURNAL PENDIDIKAN AGAMA DAN SENI
Publisher : UNHI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Arca adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media keagamaan, yaitu sarana dalam memuja tuhan atau dewa dewi. Arca berbeda dengan patung pada umumnya, yang merupakan hasil seni yang dimaksudkan sebagai sebuah keindahan. Oleh karena itu, membuat sebuah arca tidaklah sesederhana membuat sebuah patung. Arca Dewata Nawasanga merupakan benda sakral yang biasanya berada di Pura – Pura yang ada di Bali . Arca ini memiliki keunikan yaitu sebagai simbolis pembangunan Pura, selain itu juga mengambil wujud manusia dengan hiasan lengkap serta ornament ciri khas Hindu Bali. Dalam bentuk arca Dewata Nawasanga menggunakan tata busana seni pewayangan Bali. Pembuatan arca menggunakan bahan batu tabas, batu lahar, perunggu, kayu dan ada juga yang menggunakan emas. Cara pembuatannya dengan berbagai macam Teknik pahat atau ukir dan juga casting cetakan. Ornament yang di terapkan pada arca Dewata Nawasanga yaitu, keketusan, pepatran dan kekarangan. Fungsi arca Dewata nawasanga adalah sebagai kronogram simbolis pembangunan pura, selain itu fungsi arca Dewata Nawasanga adalah sebagai objek persembahan, selanjutnya arca dewata Nawasanga berfungsi sebagai benda seni seni yang bersifat sakral serta dalam penciptaannya mengacu pada konsep kesucian (Shiwam) konsep kebenaran (Satyam) serta konsep Keindahan (Sundaram). Kata Kunci : Bentuk, Makna , Estetis, Dewata Nawasanga Abstract Arca is a statue made with the main purpose of being a religious medium, namely a means of worshiping gods or gods and goddesses. The statue is different from the statue in general, which is a result of art that is intended as a beauty. Therefore, making a statue is not as simple as making a statue. The statue of the Gods Nawasanga is a sacred object which is usually found in temples in Bali. This statue is unique, namely as a symbol of the construction of a temple, besides that it also takes on a human form with complete decoration and ornaments typical of Balinese Hinduism. In the form of a statue of Dewata Nawasanga, it uses Balinese wayang art attire. The making of the statues uses tabas stone, lava stone, bronze, wood and some use gold. How to make it with a variety of sculpting or carving techniques and also casting molds. The ornaments that are applied to the statue of Dewata Nawasanga are sharpness, pepatran and artistry. The function of the Dewata Nawasanga statue is as a symbolic chronogram for the construction of the temple, besides that the function of the Dewata Nawasanga statue is as an offering object, then the Nawasanga Dewata statue functions as a sacred art object and in its creation refers to the concept of holiness (Shiwam) the concept of truth (Satyam) and the concept of Beauty (Sundaram). Keywords: Form, Meaning, Aesthetic, Dewata Nawasanga