I Made Yudabakti
Universitas Hindu Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PRATYAKSA: KONSEP PEMBELAJARAN HERMENEUTIS BAGI SISWA DALAM KEHIDUPAN SOSIO-KULTURAL DI BALI W.A. Sindhu Gitananda; I Made Yudabakti
WIDYANATYA Vol 1 No 2 (2019): WIDYANATYA
Publisher : UNHI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/widyanatya.v1i2.498

Abstract

The education system should be a common thread between socio-cultural natural life and new generations of Bali. In this connection a learning concept is needed that brings those individuals closer to socio-cultural natural experiences. In the Tattwa texts it is explained that the first in an effort to obtain true knowledge is the concept of ‘pratyakṣa’. Through pratyakṣa, the students are invited to always be directly connected in a process of experiencing hermeneutically with the socio-cultural life of Bali. Thus the tradition and new generation of Bali go hand in hand in a hermeneutical situation of understanding each other.
ORNAMEN KARANG BHOMA PADA BANGUNAN KORI AGUNG DI KOTA DENPASAR I Kadek Sumadiyasa; I Gede Satria Budhi Utama; I Made Yudabakti
WIDYANATYA Vol 2 No 01 (2020): WIDYANATYA
Publisher : UNHI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32795/widyanatya.v2i01.631

Abstract

Salah satu karya seni rupa keagamaan Hindu yang digunakan dalam bangunan suci umat Hindu adalah ornamen. Ornamen dalam perkembangannya mendapat pengaruh globalisasi dari luar Bali. Ornamen Karang Bhoma yang terdapat di bangunan Kori Agung di Kota Denpasar mempunyai keunikan yang spesifik khas yaitu berbentuk ukiran madya berdasarkan sastra Hindu. Berdasarkan kepercayaan yang berkembang di Kota Denpasar, pakemnya menggunakan perhitungan hari astawara, tepatnya pada hari kala raksa. Perhitungan ini dilakukan agar undagi (pembuat bangunan) bersama pemilik bangunan agar dapat memulai (ngendag) penempatan. Pahatan Karang Bhoma dengan ciri bentuk ornamen ukiran madya dipercaya membawa kesejahteraan keluarga.
TRADISI MESBES BANGKE DARI BANJAR BURUAN,TAMPAK SIRING, GIANYAR, BALI Ida Ayu Putu Sari; I Made Yudabakti
WIDYANATYA Vol 4 No 2 (2022): Widyanatya: Jurnal Pendidikan Agama dan Seni 
Publisher : UNHI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACT Hinduism is one of the majority beliefs held by the people in Bali. Hinduism is a religion that has the oldest age and is the religion that was first recognized by humans. Hinduism originated in India, this religion is a contest between the religions of the Aryans and the Dravidians. The Aryans who came from Asia Tengah succeeded in urging the native Indians of the Dravina. There was an assimilation between the Aryans and the Dravidians which in turn gaverise to a generation called the Hinduism. The word Hindu comes from the word Sindhu which means river. Thisword refers to the Indus river which is a source of water for the life around it. Sources of Hindu teachings are found in the Veda scriptures (consisting of four books), Brahmans (an interpretations of the Veda), and Upanisads (containing the philosophical foundations of the relationship between human and God). Bali has many traditions. Tradition is a form of action that is repeated in the same way. The word "tradition" is taken from the Latin "Tradere" which means to transmit from generation to generation to be preserved. Tradition is generally known as a form of habit that has a series of ancient historical events. Each tradition was developed for some purpose, such as political goals or cultural goals over a period of time. In Bali, there is a very strong tradition, oneof which is the tradition in Banjar Buruan, Tampak Siring, Gianyar Bali, namely "Mesbes Bangke" whose tradition is quite extreme to do. The tradition of Mesbes Bangke Bali is not carried out all the time before the Ngaben ceremonyand this custom is only carried out on corpses who undergo a personal Ngabenceremony. ABSTRAK Agama Hindu merupakan salah satu kepercayaan mayoritas yang dianut oleh masyarakat di Bali. Agama Hindu merupakan agama yang memiliki usia paling tua dan merupakan agama yang pertama kali dikenal oleh manusia. Agama Hindu berasal dari India, agama ini merupakan gabungan antara bangsa Arya dan Dravida. Bangsa Arya yang datang dari Asia Tengah berhasil mendesak orang India asli Dravina. Ada asimilasi antara Arya dan Dravida yang pada gilirannya memunculkan generasi yang disebut Hindu. Kata Hindu berasal dari kata Sindhu yang berarti sungai. Kata ini merujuk pada sungai Indus yang merupakan sumber air bagi kehidupan di sekitarnya. Sumber ajaran Hindu ditemukan dalam kitab suci Weda (terdiri dari empat kitab), Brahman (sebuah interpretasi dari Weda), dan Upanisad (berisi landasan filosofis hubungan antara manusia dan Tuhan). Bali memiliki banyak tradisi. Tradisi adalah suatu bentuk tindakan yang diulang- ulang dengan cara yang sama. Kata “tradisi” diambil dari bahasa latin “Tradere” yang berarti mewariskan dari generasi ke generasi untuk dilestarikan. Tradisi secara umum dikenal sebagai suatu bentuk kebiasaan yang memiliki rangkaian peristiwa sejarah purbakala. Setiap tradisi dikembangkan untuk beberapa tujuan, seperti tujuan politik atau tujuan budaya selama periode waktu tertentu. Di Bali terdapat tradisi yang sangat kental salah satunya adalah tradisi di Banjar Buruan,Tampak Siring, Gianyar Bali yaitu “Mesbes Bangke” yang tradisinya cukup ekstrim untuk dilakukan. Tradisi Mesbes Bangke Bali tidak dilakukan setiap saat sebelum upacara Ngaben dan adat ini hanya dilakukan pada jenazah yang menjalani upacara ngaben pribadi
KEBERADAAN PASRAMAN FORMAL DI KOTA DENPASAR Komang Agus Triadi Kiswara; Ni Wayan Yuni Astuti; I Made Yudabakti; I Ketut Sukrawa; I Wayan Sudiarsa
WIDYANATYA Vol 5 No 1 (2023): WIDYANATYA: JURNAL PENDIDIKAN AGAMA DAN SENI
Publisher : UNHI PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Aktualisasi dari amanat undang –undang pendidikan nasional adalah dengan terselenggaranya pembelajaran Pendidikan Agama dalam tiap jenjang pendidikan formal. Demikian halnya dengan pendidikan Agama Hindu tujuan pendidikan agama Hindu sendiri adalah untuk meningkatkan Sradha dan Bhakti kehadapan Ida sang Hyang widhi wasa. Namun demikian dalam peleksanaanya masih terdapat hal-hal yang menyebabkan proses pendidikan Agama Hindu Belum berjalan sesuai dengan harapan. Maka untuk menjawab tantangan tersebut maka peran serta masyarakat dalam menciptakan pembelajaran masih sangat diperlukan. Hal ini diaktualisasikan melalui pembelajaran yang disebut dengan pesraman. Tentu penyelengaraan pasraman ini dipayungi oleh dasar yuridis yaitu peraturan menteri Agama No 56 Tahun 2014 tentang pendidikan keagamaan. Hal ini bertujuan untuk membuka peran serta masyarakat dalam meningkatkan kualitas pendidikan keagamaan Hindu bagi peserta didik. Ditengah gencarnya keinginan pemerintah untuk dapat menyelenggarakan pendidikan berbasiskan Pasraman sampai dengan saat ini masih minim ditemukan pasraman formal Desa adat di Bali, salah satunya adalah di kota Denpasar. Kata kunci : Keberadaan, Pasraman formal, Desa Adat Abstract The actualization of the mandate of the national education law is the implementation of Religious Education learning at every level of formal education. Likewise with Hindu religious education the purpose of Hindu religious education itself is to increase Sradha and Bhakti in the presence of Ida Sang Hyang Widhi Wasa. However, in its implementation there are still things that cause the process of Hinduism education not to run as expected. So to answer these challenges, community participation in creating learning is still very much needed. This is actualized through learning which is called boarding school. Of course, the organization of this pasraman is under the umbrella of a juridical basis, namely the regulation of the Minister of Religion No. 56 of 2014 concerning religious education. This aims to open up community participation in improving the quality of Hindu religious education for students. In the midst of the government's incessant desire to be able to organize Pasraman-based education, up to now there is still very little formal Pasraman in traditional villages in Bali, one of which is in the city of Denpasar. Keywords: Existence, formal Pasraman, Traditional Village