Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Self-Islah, Gender Relation and Socio-Economic Challenges on Tablighi Jamaat Proselytization Practices in Indonesia Saipul Hamdi; Fadli Mulyadi; Fanny Henry Tondo; Ahmad Muzayyin
Al-Albab Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Graduate Program of Pontianak Institute of Islamic Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24260/alalbab.v10i2.2087

Abstract

This article explores one of the Tablighi Jamaat (TJ) teachings self-islah that develops in its dawah practices. Self-Islah emphasizes improving oneself through a proselytization program called khuruj from one community to another, from one mosque to another. The phenomenon of TJ dawah shows a different approach and pattern where da’i play dual roles not only as subject (preachers) but also as an object (listeners) during that khuruj program. Self-islah in this context includes strengthening faith, morals, and gender awareness. The gender aspect is strong external critics of TJ religious tradition where it does not involve women in their religious activities and even avoids interacting with them. Thus, TJ members must handle all the needs while staying in the mosque for religious camps, such as washing clothes, cooking, washing dishes, and serving guests from the local and international community. The article investigates changes in gender relations within the TJ family in the post-khuruj program. This article also focuses on the economic challenges Tablighi members face when they go out of preaching (khuruj), especially those from the lower-middle class. The research findings show that most TJ members achieved self-Islah and hugely impacted the evolution of spirituality after khuruj. They also acknowledged the transformation of gender relations in the family, but on another side, facing economic crises due to prioritizing dawah activity. I used an ethnographic approach and applied a qualitative method in collecting and analyzing data for two years (2017-2018) in three research locations, Lombok, Balikpapan, and Jakarta.
KUALITAS HADIS DITENTUKAN OLEH KUALITAS TERENDAH RAWI DALAM SANAD: KUALITAS HADIS DITENTUKAN OLEH KUALITAS TERENDAH RAWI DALAM SANAD Ahmad Muzayyin
Jurnal Al-Muta`aliyah : Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Vol. 2 No. 1 (2017): Pendidikan dan Sosial
Publisher : LP2M STAI Darul Kamal NW Lombok Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (210.428 KB)

Abstract

Ilmu al-Jarh wa at-Ta’dīl merupaka salah satu ilmu yang sangat penting. Melalui kajian ilmu ini, Hadis yang ditransmisikan melalui jaringan sanad mampu diverifikasi dengan baik. Munculnya ilmu ini juga berdampak pada diterima maupun ditolaknya periwayatan seseorang. Selain itu para ulama juga menyusun kaidah-kaidah dalam mendukung teori-teori yang dipraktekkan agar tidak terjadi pertentangan bila menemui permasalahan yang sama namun berbeda illatnya. Salah satu kaidah yang muncul dari peraktik teori tersebut adalah Kualitas Hadis ditentukan oleh Kualitas Terendah Rawi dalam Sanad”. Kaidah ini mengkaji bagaimana seorang rawi secara sendirian mampu mempengaruhi kualitas Hadis apakah diterima atau ditolak. Kata kunci: Jarh wa Ta’dīl, Kaidah, sahih, daif, perawi.
ESENSI FALSAFAH, KONSEP DAN TEORI PERADABAN Ahmad Muzayyin
Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 22 No. 2 (2018): Majalah Ilmiah Tabuah : Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora
Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (388.409 KB) | DOI: 10.37108/tabuah.v22i2.32

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan esensi falsafah, konsep dan teori peradaban. Esensi falsafah dalam peradaban dipahami sebagai cara pandang ataupun bersikap dalam memahami peradaban sebagai bagian menumbuhkan kesadaran hidup yang memiliki nilai-nilai yang bermanfaat bagi diri dan orang lain. Esensi Konsep Peradaban memiliki makna tentang hakikat konsep peradaban. Maka ia harus dipahami dalam rangka kerja aksiologi yang bertujuan mengetahui fungsi, tujuan dan kegunaannya, dengan begitu, maka secara aksiologi, esensi Konsep Peradaban berfungsi sebagai media mengabstraksikan ide-ide mengenai peradaban yang bersifat universal untuk keseluruhan gagasan dan karya manusia yang dihasilkan melalui proses belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya. Teori sebagai landasan dasar dalam penelitian khususnya dalam kajian peradaban memiliki peran penting sebagai instrumen mengukur batasan-batasan universalitas sebuah peradaban maka esensi teori peradaban yaitu mengabstraksikan ide-ide yang menuju variabel-variabel peradaban sebagai duplikat realitas peradaban. Adanya esensi teori peradaban ini mengarahkan pada substansi berbagai macam dan bentuk peradaban sehingga dianggap sama.
PEMBERDAYAAN PEMUDA DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA DI ERA PANDEMI COVID-19 DI DESA AIK BUAL Muhammad Masruron; Ismayadi Ismayadi; Ahmad Muzayyin
Jurnal Warta Desa (JWD) Vol. 3 No. 2 (2021): Jurnal Warta Desa (JWD)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1398.148 KB) | DOI: 10.29303/jwd.v3i2.137

Abstract

This study aims to determine the response of the people of Aik Bual Village, Ramus Hamlet to the readiness to implement education during the Covid-19 Pandemic. The ultimate goal of this research is planning and development in an effort to empower the community so that sustainable development can be achieved. The implementation of this approach is to create programs and provide assistance to the people of Aik Bual Village, especially Ramus Hamlet. the methodology used is a qualitative research with a Participatory Action Research (PAR) approach. The Covid-19 Pandemic event and the Education Moratorium Policy were responded to by the Aik Bual Village community by establishing a Qur'an Education Park (TPQ) in Ramus Hamlet with the First, Diniyah, Second Fiqh Study and Third, the Establishment of a Reading Garden.