Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISA PRODUK CACAT MENGGUNAKAN METODE PETA KENDALI P DAN ROOT CAUSE ANALYSIS: TEKNOLOGI PERTANIAN Hartami Dewi; Maryam Maryam; Didik Sutiyarno
JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN Vol. 7 No. 2 (2018)
Publisher : Prodi Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32520/jtp.v7i2.178

Abstract

Abstrak : Revolusi Industri 4.0 mempengaruhi cara produksi industri untuk lebih memperhatikan efektivitas dan tingkat produksi efisiensi. Produk cacat terjadi karena produk tidak memenuhi standar dan menunjukkan ketidakefisienan proses produksi. Tingginya produsk cacat akan meningkatkan biaya proses produksi yang akan mengurangi keuntungan perusahaan. Data produksi dari Agustus hingga September 2017 pada PT. XYZ menunjukkan peningkatan produk cacat dan berdasarkan data produksi untuk 5 line yang beroperasi, diketahui bahwa produk dengan produk cacat tertinggi adalah line 2 pada bulan september yaitu sebanyak 398 produk cacat dari 3120 produk sampling. Analisis Peta Kendali P menunjukkan bahwa produk yang ditolak masih terkendali. Berdasarkan Root Cause Analysis (RCA) diketahui bahwa penyebab tingginya produk cacat pada line 2 di bulan September adalah bahan baku yang sudah lama dan kurangnya perawatan mesin produksi sehinga kinerja mesin tidak maksimal. Bberdasarkan hasil analisis diketahui bahwa membuat standar operasional prosedur tentang pemeliharaan mesin produksi menjadi tindakan mendesak yang saat ini perlu dilakukan oleh PT. XYZ
RANCANGAN PERBAIKAN CACAT PRODUK DENGAN PENDEKATAN DEFINE, MEASURE, ANALYZE, IMPROVE, DAN CONTROL (DMAIC) PADA PT. XYZ Hartami Dewi; Olvi Yovanda
JURNAL TEKNOLOGI PERTANIAN Vol. 11 No. 2 (2022)
Publisher : Prodi Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Islam Indragiri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32520/jtp.v11i2.2178

Abstract

XYZ adalah industri manufaktur yang memproduksi air minum dalam kemasan (AMDK). Tahapan proses produksi filling cup sangat rentan terjadi kesalahan yang mengakibatkan cacat produk, seperti: proses seal kurang baik sehingga berdampak pada tampilan kemasan, proses pengepresan tidak sesuai sehingga air berkurang, perbedaan jumlah air setiap isian cup, serta terjadinya cup ganda. Evaluasi dan rancangan perbaikan proses diperlukan untuk menghindari dan mengurangi cacat produk serta meminimalisasi biaya inspeksi produk. Metode define, measure, analyze, improve, dan control (DMAIC) adalah salah satu metode yang mampu menjaga, memperbaiki, dan mempertahankan kualitas produk terutama untuk mencapai peningkatan kualitas menuju zero defect. Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapat hasil bahwa persentasi jenis cacat tertinggi terjadi pada cacat seal miring dengan persentasi 31% dengan jumlah kecacatan sebanyak 1.021 cup dan terendah terjadi pada cacat cup ganda dengan persentasi 17% dengan jumlah kecacatan 555 cup. Perhitungan nilai DPMO sebesar 1100 menunjukkan bahwa dari satu juta kesempatan akan terdapat 1100 kemungkinan cacat produk. Hasil identifikasi masalah menunjukkan sumber cacat produk berasal dari faktor mesin dan manusia sehingga industri perlu melakukan evaluasi terhadap perawatan mesin dan kinerja operator. Berdasarkan hal tersebut maka PT. XYZ berada di tingkat kapabilitas sigma proses level 4, yaitu di antara rata-rata industri Indonesia dan USA.
PELATIHAN PEMBUATAN SABUN CAIR DAN SABUN TRANSPARAN DI KENAGARIAN PASIE LAWEH Demi Ramadian; Hartami Dewi; Zulhamidi; Rizki Alfi; Amris
Journal of Science and Social Development Vol. 2 No. 2 (2019): Journal of Science and Social Development
Publisher : Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55732/jossd.v2i2.188

Abstract

Community service has been carried out in Jorong Babussalam, Kenagarian Pasie Laweh, Sungai Tarab District, Tanah Datar District. This activity is intended for housewives and teenagers, amounting to 20 people. The public was given knowledge and training to make liquid soap and transparent soap. This activity is expected to increase the knowledge and skills of the community to make transparent soap and make business opportunities that might be done by the community so as to improve the family economy. This activity is carried out in the form of workshops with lectures and practices.