Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Riwayat pola asuh, pola makan, asupan zat gizi berhubungan dengan stunting pada anak 24–59 bulan di Biboki Utara, Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur Christin Debora Nabuasa; M Juffrie; Emy Huriyati
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 1, NOMOR 3, SEPTEMBER 2013
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21927/ijnd.2013.1(3).151-163

Abstract

ABSTRACTBackground: Stunting is an indicator of chronic malnutrition that reflects problem of overall social economic condition in the past and as a manifestation of further consequences of the prevalence of low birth weight and undernutrition in children underfive and absence of supreme catch-up growth in the followingyears. Stunting brings impact to physical growth disorder that results in low capacity in working memory, learning memory, visuospatial ability and cognitive function. Low economic condition, rearing pattern, eating pattern, nutrient intake for a long time cause high prevalence of stunting in children underfives. The result of basic health survey 2007 showed the prevalence of stunting at the Province of Nusa Tenggara Timur was 46.7%, in District of Timor Tengah Utara was 59.6% and at Subdistrict of Biboki Utara in two subsequent years were 64.6% and 60.2%.Objectives: To identify association between history of rearing pattern, eating pattern, nutrient intake and stunting in children of 24-59 months in Subdistrict of Biboki Utara District of Timor Tengah Utara Province of Nusa Tenggara Timur.Methods: The study was observational with case control design. Research instrument was questionnaire that was used to identify history of rearing pattern, eating pattern and nutrient intake through recall 4x24 hours subsequently. The study was carried out in Subdistrict of Biboki Utara with subject of the study were children of 24-59 months old involving a total of 152 subjects consisting of 76 children underfive as cases and 76 as control.Results: History of inadequate rearing pattern was 53.9%, eating pattern 55.9%, energy intake 55.9%, protein intake 52.6%, calcium intake 52.0%, infection disease 51.3%, family economy 61.8%, food tenacity 71.7%. The result of bivariate analysis showed variables of history of rearing pattern, eating pattern, nutrient intake, infection disease, family economy had significant association (p<0.05) with stunting whereas food security had no significant association. The result of multivariate analysis showed variable of history of rearing pattern most dominantly influenced the prevalence of stunting.Conclusions: There was significant association between history of rearing pattern, eating pattern, intake of protein, energy, calcium and stunting.KEYWORDS: rearing pattern, eating pattern, nutrient intake, culture, economy, infection disease, food security, stunting,children underfiveABSTRAKLatar belakang: Stunting merupakan salah satu indikator gizi kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi keseluruhan di masa lampau. Stunting diketahui dengan melakukan pengukuran indikator TB/U. Dampak stunting menyebabkan menurunnya pertumbuhan, perkembanganmotorik terlambat, terhambatnya pertumbuhan mental, penurunan intelegensi anak, penurunan kualitas sumber daya manusia dan produktivitas. Anak stunting umur ≥ 2 tahun mempunyai risiko mengalami morbiditas dan obesitas lebih tinggi. Dengan rendahnya keadaan ekonomi, pola asuh, pola makan,asupan zat gizi dalam kurun waktu yang lama menyebabkan tingginya prevalensi stunting pada balita. Hasil riskesdas tahun 2007, prevalensi stunting provinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 46,7% dan prevalensi di Kabupaten Timor Tengah Utara sebesar 59,6% dan di Kecamatan Biboki Utara 2 tahun berturut-turut adalah 64,6% dan 60,2%.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan riwayat pola asuh, pola makan, asupan zat gizi terhadap kejadian stunting pada anak usia 24-59 bulan di Kecamatan Biboki Utara Kabupaten Timor Tengah Utara ProvinsiNTT. Metode: Jenis penelitian studi observasional dengan rancangan case-control dengan alat ukur menggunakan kuesioner untuk mengetahui riwayat pola asuh, pola makan dan asupan zat gizi menggunakan recall 24 jam. Penelitian dilakukan di Kecamatan Biboki Utara dengan jumlah sampel sebanyak 152 yang terdiri dari 76 anak sebagai kasus dan 76 anak sebagai kontrol.Hasil: Riwayat pola asuh kurang (53,9%), pola makan (55,9%), asupan energi (55,9%), asupan protein (52,6%), asupan kalsium (52,0%), budaya (61,1%), penyakit infeksi (51,3%), ekonomi keluarga (61,8%), ketahanan pangan (71,7%), berdasarkan analisis bivariat yang dilakukan diperoleh variabel riwayatpola asuh, pola makan, asupan zat gizi, budaya, penyakit infeksi, ekonomi keluarga memiliki hubungan yang signifikan (p<0,05), ketahanan pangan tidak signifikan terhadap kejadian stunting (p>0,05). Analisis multivariat diperoleh variabel riwayat pola asuh paling dominan berpengaruh terhadap kejadian stunting.Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna pada variabel pola asuh, pola makan, asupan zat gizi, budaya, ekonomi keluarga dan penyakit infeksi terhadap kejadian stunting, tidak terdapat hubungan yang bermakna pada variabel ketahanan pangan terhadap kejadian stunting.KATA KUNCI: pola asuh, pola makan, asupan zat gizi, budaya, ekonomi, penyakit infeksi ketahanan pangan, stunting
Faktor risiko kejadian stunting pada anak umur 6-36 bulan di Wilayah Pedalaman Kecamatan Silat Hulu, Kapuas Hulu, Kalimantan Barat Siti Wahdah; M Juffrie; Emy Huriyati
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 3, NOMOR 2, MEI 2015
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.367 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2015.3(2).119-130

Abstract

ABSTRACTBackground: Stunting in children under five is an indicator of nutritional status that can reflect problem of overall social economic condition in the past. Stunting that occurs in childhood is a risk factor of increasing in mortality rate, low cognitive capability and motoric development, and improper physical function. The incidence of stunting is associated with many factors such as family environment (education, occupation, income, rearing pattern, eating pattern, and number of family members), nutritional factors (exclusivebreastfeeding and duration of breastfeeding), genetic factor, infection disease, and the incidence of low birth weight. The scope of stunting in 2010 were 35,6% and 39,7% in Indonesia and Province of Kalimantan Barat.Objectives: To identify the risk factors associated with the incidence of stunting in children of 6-36 months in Silat Hulu District of Kapuas Hulu, Province of Kalimantan Barat.Methods: This was an analytic observational study with cross sectional design. Population of the study were all of underfi ves children at remote area of Subdistrict of Silat Hulu, District of Kapuas Hulu, Province of Kalimantan Barat. Data analysis used chi-square test and logistic regression analysis to identify themost dominantly determinant stunting variable.Results: The incidence of stunting was significantly associated with occupation of mother, height of father, height of mother, income, number of family members, rearing pattern, and exclusive breastfeeding supplementation (p<0.05). The incidence of stunting was not associated with occupation of father, eating pattern, duration of breastfeeding, infection disease, and education of mother (p>0.05).Conclusions: Factors associated with the incidence of stunting were the work of mothers, rearing pattern, family income, number of household members, father’s height, maternal height, and exclusive breastfeeding. The most dominant determinant of risk factors on the incidence of stunting were exclusivebreastfeeding, number of household members, maternal height, income, and father’s height.KEYWORDS: exclusive breastfeeding, height of father, height of mother, income, stuntingABSTRAKLatar belakang: Stunting pada anak balita merupakan indikator status gizi yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau. Stunting yang terjadi pada masa anak merupakan faktor risiko meningkatnya angka kematian, kemampuan kognitif dan perkembangan motorik yang rendah, dan fungsi tubuh yang tidak seimbang. Kejadian stunting berhubungan dengan berbagai macam faktor antara lain lingkungan keluarga (pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pola asuh, pola makan dan jumlah anggota rumah tangga), faktor gizi (ASI eksklusif danlama pemberian ASI), faktor genetik, penyakit infeksi, dan kejadian BBLR. Menurut hasil riset kesehatan dasar, prevalensi anak balita yang menderita stunting di Indonesia pada tahun 2010 masih tinggi sebesar 35,6%, dan 39,7% di Provinsi Kalimantan Barat.Tujuan: Mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak umur 6-36 bulan di pedalaman Kecamatan Silat Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasinya adalah seluruh balita yang ada di wilayah pedalaman Kecamatan Silat Hulu Kabupaten Kapuas Hulu Provinsi Kalimantan Barat. Analisis data menggunakan uji chi-square dan untuk mengetahui variabel paling determinan terhadap stunting dilakukan analisis regresi logistik.Hasil: Kejadian stunting berhubungan signifi kan dengan pekerjaan ibu, tinggi badan ayah, tinggi badan ibu, pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, pola asuh, dan pemberian ASI eksklusif (p<0,05). Kejadian stunting tidak berhubungan dengan, pekerjaan ayah, pola makan, lama pemberian ASI, penyakit infeksi, dan pendidikan ibu (p>0,05).Kesimpulan: Faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting adalah pekerjaan ibu, pola asuh, pendapatan keluarga, jumlah anggota rumah tangga, tinggi badan ayah, tinggi badan ibu, dan pemberian ASI eksklusif. Faktor risiko determinan terhadap kejadian stunting adalah pendapatan, jumlah anggotarumah tangga, tinggi badan ayah, tinggi badan ibu, dan pemberian ASI eksklusif.KATA KUNCI: stunting, pendapatan, jumlah anggota rumah tangga, tinggi badan, ayah, tinggi badan ibu, pemberian ASI eksklusif
Faktor risiko gizi buruk pada balita di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah Eka Prasetia Hati Baculu; M Juffrie; Siti Helmyati
Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia (Indonesian Journal of Nutrition and Dietetics) VOLUME 3, NOMOR 1, JANUARI 2015
Publisher : Alma Ata University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.465 KB) | DOI: 10.21927/ijnd.2015.3(1).51-59

Abstract

ABSTRACTBackground: Severe malnutrition is a state of severe malnourished condition caused by low consumption of energy and protein in a long time. Severe malnutrition interferes the children growth and development, moreover malnourished children are vulnerable to get infectious diseases, even the death.Objectives: To analyze the risk factors of severe malnutrition among children under five in Donggala, Central of Sulawesi Province.Methods: This study used case-control (observational study). The study was conducted in District Dampelas Donggala on July to September 2014. The population was all children underfive selected by total sampling method. The samples were 64 children aged 0-59 months which separated into 2 groups,case and control group.The independent variables were the level of energy intake of protein, parenting, and infectious diseases, while the dependent variable was the incidence of severe malnutrition among children under five. Data were obtained by direct interview using questionnaire and recall 24 hours to determine the level of energy and protein intake. The data collected were analyzed using univariate analysis (descriptive), bivariate (chi-square), and multivariate (multiple logistic regression).Results: The result of this study based on the bivariate analysis presented that the level of energy intake (OR=9.86, 95% CI:3.49-27.89), infectious disease (OR=2.83, 95% CI:1.10-7.31), and as low birth weight external variables (OR=5.76, 95% CI:1.43-23.20) signifi cantly associated with the incidence of severe malnutrition. There were no significant association between the level of protein intake (OR=1.18, 95% CI:0.47-2.92) and parenting (OR=1.21, 95% CI:0.50-2.92) with the incidence of severe malnutrition. In the other hand, based on multivariate analysis by controlling the variable of low birth weight history, this study’s result presented that the level of energy intake had the strongest association with the risk of incidence of severe malnutrition compared to the other variables.Conclusions: The level of energy intake and infectious disease were the risk factors for the incidence of severe malnutrition among children under five, while the level of protein intake and parenting were not.KEYWORDS: children underfive, energy, infectious disease, parenting, protein, severe malnutritionABSTRAKLatar belakang: Gizi buruk adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam waktu cukup lama. Kekurangan gizi selain mengganggu pertumbuhan dan perkembangan, dapat pula mengakibatkan balita rentan terhadap penyakit infeksi bahkan dapatmenyebabkan kematian.Tujuan: Untuk menganalisis faktor risiko kejadian gizi buruk pada balita di Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.Metode: Jenis penelitian ini observasional dengan rancangan case-control. Penelitian dilakukan di Kecamatan Dampelas, Kabupaten Donggala pada bulan Juli sampai September 2014. Populasi adalah semua balita dan sampel ditentukan dengan metode total sampling. Balita usia 0–59 bulan yang berjumlah 64 dimasukkan pada masing-masing kelompok kasus dan kontrol. Variabel bebas yaitu tingkat asupan energi protein, pola asuh, dan penyakit infeksi sedangkan variabel terikatnya adalah kejadian gizi buruk pada balita. Data diperoleh dengan wawancara langsung menggunakan kuesioner dan recall 24 jam untuk mengetahui tingkat asupan energi dan protein. Data dianalisis dengan analisis univariat (deskriptif), bivariat (chi-square), dan multivariat (regresi logistik berganda).Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tingkat asupan energi (OR=9,86, 95% CI:3,49-27,89), penyakit infeksi (OR=2,83, 95% CI:1,10-7,31), dan variabel luar BBLR (OR=5,76, 95% CI:1,43-23,20) berhubungan signifikan dengan gizi buruk. Tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat asupan protein (OR=1,18, 95%CI:0,47-2,92) dan pola asuh (OR=1,21, 95%CI:0,50-2,92) dengan gizi buruk. Hasil analisis multivariat dengan mengendalikan riwayat BBLR menunjukkan bahwa tingkat asupan energi memiliki hubungan kuat dengan risiko kejadian gizi buruk dibandingkan variabel lainnya.Kesimpulan: Tingkat asupan energi dan penyakit infeksi merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk padabalita, sedangkan tingkat asupan protein dan pola asuh bukan merupakan faktor risiko.KATA KUNCI: balita, energi, penyakit infeksi, pola asuh, protein, gizi buruk, gizi