Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Women in Politics of Tin Resources: Multiple Problems of Human Rights under the Curse Shadows of Natural Resources - Tin Mining in Bangka Belitung Islands Rendy Rendy
Proceedings of AICS - Social Sciences Vol 7 (2017): 7th AIC in conjuction ICMR 2017 Universitas Syiah Kuala October 2017
Publisher : Proceedings of AICS - Social Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1055.677 KB)

Abstract

The economic practice of tin mining in Bangka-Belitung (Babel) Islands Province surely is not separated from direct or indirect of women involvement. The demography of mining society in Babel precisely displays of women are massively in mining arena. The rule of law and practice of mining tends to uncontrollable, liar, destructive and exploitative so far has shown surely the negative impacts which overburden the women position. On the other hand, they should be smarter in managing of domestic needs, nurturing their children; meanwhile, the others have to go down to the river, to ‘camui-camui’ (holes) as an ex of tin mining areas until evening. Moreover, they face several of complexities whether internal nor external threats; like domestic violence, divorce, gambling, HIV AIDS, a dangerous accident of mining, and etc. These reflect how dangerous, weak, and heavy of multiple burdens. Those are also relevant to the disease of tin mining which always shows some evidence; gambling, prostitution, alcohol, narcotics. However; women dominantly suffer social burden among capitalism war where tin has become an important material to support their industries. This article aims at exploring how far a critical feminist human right perspective could influence to bear on women's human right circumstance and complex burden faced in Babel. This project analyzed women’s presence and also its burden in tin mining issues whether in private or public sphere. I addressed emerging issues and questions about the status of human rights in tin mining issues.
Pengembangan Budidaya Ikan Belanak Belinyu di Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka Eva Prasetiyono; Eva Utami; Rendy Rendy; Teguh Iskandar; Endah Prihatini Isnawati
Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol 2 No 1 (2022): JPMI - Februari 2022
Publisher : CV Infinite Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52436/1.jpmi.442

Abstract

Potensi Perairan estuari pada hutan mangrove di daerah Belinyu, Kabupaten Bangka cukup tinggi. Tingginya potensi perairan tersebut dimanfaatkan oleh para pembudidaya ikan untuk membudidayakan ikan-ikan air payau.  Kelompok pembudidaya ikan Perepat Permai di Kelurahan Air Jukung, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka merupakan pembudidaya ikan yang sedang merintis budidaya ikan belanak belinyu. Ikan belanak belinyu memiliki ciri khas daging yang lebih lembut, gurih dan tidak berbau lumpur dibandingkan ikan belanak dari perairan lain. Namun Budidaya ikan yang dilakukan masih terkendala oleh persoalan rendahnya optimalisasi dalam memanfaatkan kapasitas produksi yang berdampak pada rendahnya kuantitas dan kualitas hasil panen. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan aplikasi IPTEKS berupa sistem dan teknologi untuk menghasilkan ikan belanak yang memiliki harga jual tinggi dengan optimalisasi kapasitas produksi para pembudidaya ikan. Kegiatan ini dilaksanakan di kolam budidaya ikan yang dimiliki oleh para pembudidaya ikan di Kelurahan Air Jukung, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka. Metode kegiatan ini yaitu melakukan kegiatan budidaya dengan menyisipkan aplikasi teknologi padat tebar dan sistem pemberian pakan buatan dalam pada proses budidaya ikan Belanak Belinyu. Tahapan dalam kegiatan ini terdiri atas tiga tahapan utama yaitu pra produksi (penyiapan sarana dan prasarana budidaya ikan), produksi (penebaran ikan belanak belinyu, pemeliharaan ikan dan pengontrolan kualitas lingkungan) dan pasca produksi (Pemanenan dan evaluasi teknologi). Target kegiatan ini yaitu pembudidaya ikan yang tergabung dalam kelompok Perepat Permai Balinyu. Hasil dari kegiatan ini yaitu ikan belanak belinyu yang dipelihara dari ukuran juvenil dengan panjang 7-10 cm tumbuh optimal pada tambak. Tambak tempat pemeliharaan ikan belanak belinyu kondisi lingkungannnya sesuai dengan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan belanak belinyu. Jumlah ikan belanak belinyu memenuhi kapasitas produksi ikan. Ikan belanak belinyu mampu dipanen secara parsial dalam jangka waktu 4-5 bulan dengan ukuran panjang 20 – 24 cm dan bobot 200 – 300 gram per-ekor yang merupakan ukuran konsumsi sesuai dengan permintaan pasar.
TOURISM VERSUS MINING: CONTESTED SPACE IN TANJUNG PUTAT BEACH AND LEPAR BEACH, BELINYU DISTRICT, BANGKA REGENCY Berlian Zarina; Ibrahim Ibrahim; Rini Arcdha Saputri; Rendy Rendy
Berumpun: International Journal of Social, Politics, and Humanities Vol 4 No 2 (2021): Berumpun : International Journal Of Social, Politics, and Humanities
Publisher : Faculty of Social and Political Sciences University of Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/berumpun.v4i2.62

Abstract

Tourism is one of the sustainable income sectors that is predicted as a post-mining sector. Thus, the area of tourism activities, especially beaches are minimized to be damaged, including juxtaposing it with mining. The research aims to elaborate on spatial contestation that occurred at Tanjung Putat Beach and Lepar Beach, Belinyu District, Bangka Regency. The theoretical basis used in this research is using the concept of spatial production from Henri Lefebvre which consists of 3 concepts related to the production of space, namely spatial practice, representational space, and spatial representation. The method of the research is qualitative with a descriptive method. In collecting the data, in-depth interviews were used with the informants who were closely related to the research being studied. The spatial contestation has indeed occurred in Tanjung Putat Beach and Lepar Beach, Belinyu District, Bangka Regency. However, the impact of mining activities has an impact on tourism in the vicinity, this is reinforced by protests against these mining activities.
MENUNTASKAN KONSENSUS LOKAL-NASIONAL (YANG) BERKELANJUTAN: (Membaca Ulang Rasionalisasi dan Idealisasi Pembangunan Model GBHN) Rendy Rendy
Society Vol 5 No 1 (2017): Society
Publisher : Laboratorium Rekayasa Sosial, Jurusan Sosiologi, FISIP Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/society.v5i1.17

Abstract

Tulisan ini merupakan sebuah telaah kritis dan tinjauan analitis terkait GBHN sebagai instrumen mengelola concencus building dalam rangka memperkuat kembali GBHN sebagai haluan negara yang berhaluan Pancasila. Tulisan ini mencoba meninjau ulang terkait Pembangunan model GBHN; antara idealisasi dan rasionalisasi. Oleh karena itu, tentu menjadi sangat penting kemudian menghadirkan sebuah konsep yang ideal dan memadai dengan tujuan mengkerangkai model ideal dan rasional tersebut menuju pembangunan Nasional yang berkelanjutan. GBHN merupakan manifestasi doktrin ‘state-led economic development’, semacam model pembangunan berencana yang dijadikan basis bagi haluan pembangunan suatu negara. Oleh karena itu, upaya untuk menghadirkan kembali pembangunan model GBHN yang tentu berbeda dengan konteks Orde Baru menjadi penting dan relevan, khususnya GBHN yang berhaluan Pancasila. Ini pada akhirnya penting untuk dijadikan semacam konsep yang ideal dan memadai dengan tujuan mengkerangkai model ideal dan rasional terkait pembangunan Nasional yang berkelanjutan. GBHN model baru adalah proyek bersama untuk menyelaraskan grand design jangka panjang pembangunan Nasional ke depan yang tentunya sangat mengedepankan proses-proses yang diskursif dan demokratis. Memperkuat konteks GBHN yang dibangun dengan basis di atas konsensus yang melibatkan secara aktif dan masif berbagai pihak, khususnya komunitas akademik dan juga komunitas gerakan dan swadaya masyarakat menjadi sangat mendesak dilakukan.
Dari Nature Tourism ke Ecotourism: Menakar Keterpenuhan Prinsip-Prinsip Ecotourism pada Kawasan Wisata Alam di Bangka Belitung: From Nature Tourism to Ecotourism: Assessing the Ecotourism Principles Fulfillment of Tourism Natural Areas in Bangka Belitung Ibrahim Ibrahim; Nizwan Zukhri; Rendy Rendy
Society Vol 7 No 2 (2019): Society
Publisher : Laboratorium Rekayasa Sosial, Jurusan Sosiologi, FISIP Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/society.v7i2.111

Abstract

Bangka Belitung is being transformed into a tourism destination area, relying on nature tourism. But unfortunately, the development of nature tourism does not include the development of ecotourism, even though these two things are interrelated. Nature tourism which is a mainstay of the tourism sector provides a very wide opportunity to strengthen ecotourism as part of the environmental movement in Bangka Belitung. This research aims to find out how the fulfillment of the ecotourism principles of tourism natural areas in Bangka Belitung Islands Province, Indonesia, and identifying unique things related to the application of these principles. Through quantitative research methods with a survey approach that is strengthened by field observations, this research found that assessed from 5 interval categories of the ecotourism principles fulfillment, 58% of the tourism areas in Bangka Belitung were included in the category of fulfilled of the ecotourism principles and 42% were in the strongly fulfilled category of the ecotourism principles. The research also found that although the application of each principle was met, there were unique and interesting notes on each principle.