Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

LAMA WAKTU OPERASI RAKKANG TERHADAP TANGKAPAN KEPITING BAKAU Dwi Rosalina; Eva Utami
Jurnal Kelautan Vol 14, No 2: Agustus (2021)
Publisher : Department of Marine Sciences, Trunojoyo University of Madura, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21107/jk.v14i2.10670

Abstract

ABSTRACTMangrove crab is one of typical species that live in mangrove areas. This species is fishery commodity that can be found entire coast of Indonesia. Pancur river, Jebus, West Bangka holds the potential resources of the mangrove crab. Rakkang is a the traditional type of fishing gear. This study aims to analyze effeective resr soaking duration of rakkang and to know effective time to catch the mangrove crab. This study use split plot design, then performed DUNCAN advance test using SAS V6. Data analysis by DUNCAN produce Fcount Ftable (5%), so that the catch result of mangrove crab were not significantly different. The precise time to catch the mangrove crab is in the morning or in the night with submersion duration. Effektive soaking time, of  Rakkang is 30 minutes.Keywords: mangrove crab,effective submersion duration, effective rakkang.ABSTRAKKepiting bakau adalah salah satu spesies khas yang hidup di kawasan bakau. Spesies ini merupakan komoditi perikanan yang dapat dijumpai di seluruh pantai Indonesia. Sungai Pancur, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat menyimpan potensi sumberdaya kepiting bakau yang besar. Alat tangkap rakkang ini merupakan jenis alat tangkap tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lama perendaman yang efektif pada alat tangkap rakkang dan untuk mengetahui waktu yang efektif untuk menangkap kepiting bakau. Penelitian ini menggunakan metode  Rancangan Petak Terbagi (MRPT) lalu dilakukan uji lanjut DUNCAN menggunakan SAS v6. Data analisis dengan DUNCAN menghasilkan Fhitung FTabel  (5%), sehingga hasil tangkapan kepiting bakau tidak berbeda nyata. Penangkapan kepiting bakau dapat dilakukan pagi hari atau malam hari dan lama perendaman. Berdasarkan lama perendaman alat tangkap rakkang yang efektif adalah 30 menit.Kata kunci: Kepiting bakau, waktu perendaman efektif, alat tangkap rakkang/pintur.
POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN MENGGUNAKAN METODE SURLPUS PRODUKSI DIPERAIRAN KABUPATEN BANGKA TENGAH (Potential And Level Utilization Of Fish Resources Use The Production Surplus Method In The Waters Of Center Bangka Regency) Kurniawan Kurniawan; Monischa br Sebayang; Eva Utami
Saintek Perikanan : Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology Vol 15, No 2 (2019): SAINTEK PERIKANAN
Publisher : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.723 KB) | DOI: 10.14710/ijfst.15.2.129-133

Abstract

Informasi tentang pendugaan potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan mutlak diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan di Kabupeten Bangka Tengah. Penelitian ini  bertujuan untuk menganalisis potensi lestari, upaya optimum dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan.  Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2018. Data primer diambil menggunakan metode kuesioner dengan mengambil jumlah responden sebanyak 98 orang dengan menggunakan rumus slovin. Data sekunder diambil dari Dinas Perikanan Bangka Tengah dan Dinas Kelautan Perikanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan analisis kuantitatif dengan pendekatan model surplus produksi dengan metode Schaefer. Hasil penelitian menunjukan nilai MSY ikan pelagis kecil  sebesar 6.798,2 ton/tahun,  pelagis  besar (5.682,34 ton/tahun) dan  dan demersal (7.296,288 ton/tahun). Nila upaya penangkapan ikan pelagis kecil sebesar 135.738  trip/tahun, pelagis besar (141.895 trip/tahun), demersal (49.720)  trip/tahun. Rata- rata tingkat pemanfaatan tahun 2012-2016, ikan pelagis kecil sebesar 89,561 %, ikan pelagis besar sebesar 63,469 % dan ikan demersal sebesar 102,417%. Data tersebut menunjukan berarti tingkat pemanfaatan sumberdaya sudah pada titik optimal. Information on estimating the potential and level of utilization of fish resources is absolutely necessary in the management of sustainable fisheries resources in Central Bangka Regency. This study aims to analyze the sustainable potential, optimum effort and level of utilization of fish resources. The study was conducted in August to December 2018. Primary data were taken using a questionnaire method with 98 respondents obtained using the Slovin formula. Secondary data were taken from the Central Bangka Fisheries Service and the Bangka Belitung Islands Province Fisheries Marine Service. The research method used is descriptive method with quantitative analysis through a surplus production model approach with the Schaefer method. The results showed the MSY value of small pelagic fish of 6,798.2 tons / year, large pelagic fish (5,682.34 tons / year) and demersal (7,296,288 tons / year). The value of small pelagic fishing effort is 135,738 trip / year, large pelagic (141,895 trip / year), demersal (49,720) trip / year. The average level of utilization in 2012-2016, small pelagic fish was 89.561%, large pelagic fish was 63.469% and demersal fish was 102.417%. The data shows the level of utilization of small and demersal pelagic fish is at an optimal point, while large pelagic fish are still below the optimal point.
Penilaian Pencemaran Logam Berat Cd, Pb, Cu, dan Zn pada Sedimen Permukaan Perairan Matras, Sungailiat, Bangka Mohammad Agung Nugraha; Aditya Pamungkas; Indra Ambalika Syari; Suci Puspita Sari; Umroh Umroh; Mu’alimah Hudatwi; Eva Utami; Irma Akhrianti; Agung Priyambada
Jurnal Kelautan Tropis Vol 25, No 1 (2022): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkt.v25i1.12317

Abstract

Matras waters receive input of pollutants from tin mining activities. Heavy metals are toxic and carcinogenic to aquatic biota. Sediment is a carrier of heavy metal pollutants and can act as a “sink” and a “source”. Heavy metals in sediments can reflect the condition/quality of the aquatic system. The purpose of this study was to examine the contamination and ecological risk of heavy metals Cd, Pb, Cu, and Zn in the sediments of Matras waters, Sungailiat, Bangka Regency. Heavy metal test using atomic absorption spectrophotometer (AAS). The concentrations of heavy metals Cd, Pb, Cu, and Zn obtained ranged from 0.02-0.06 mg/kg (average 0.04 mg/kg), 0.12-0.18 mg/kg (mean- average 0.15 mg/kg), each station 0.01 mg/kg (mean 0.01 mg/kg), and 0.54-1.34 mg/kg (mean 0.92 mg/kg ). CF, I-Geo, PLI, and RI values for Cd, Pb, Cu, and Zn metals obtained in Matras water sediments showed low contamination levels (CF<1), not polluted (Igeo 0), not polluted (PLI < 1), and low ecological risk (RI < 150). The EF value obtained indicates the heavy metals Cd, Pb, Cu, and Zn in the Matras waters mainly receiving input from anthropogenic sources (EF value> 1.5). The low ecological risk status which is reinforced by the low values of CF, I-Geo, and PLI indicates that the negative potential of metals to biota is also low.  Perairan Matras menerima masukan bahan pencemar dari aktivitas penambangan timah. Logam berat bersifat toksik dan karsinogenik terhadap biota akuatik. Sedimen merupakan pembawa polutan logam berat dan dapat berperan sebagai “sink” and “source”. Logam berat pada sedimen dapat merefleksikan kondisi/ kualitas sistem akuatik. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji kontaminasi dan resiko ekologi logam berat Cd, Pb, Cu, dan Zn pada sedimen Perairan Matras, Sungailiat, Kabupaten Bangka. Uji logam berat menggunakan metode spektrofotometer serapan atom (SSA). Konsentrasi logam berat Cd, Pb, Cu, dan Zn yang diperoleh berkisar antara 0,02-0,06 mg/kg (rata-rata 0,04 mg/kg), 0,12-0,18 mg/kg (rata-rata 0,15 mg/kg), setiap stasiun 0,01 mg/kg (rata-rata 0,01 mg/kg), dan 0,54-1,34 mg/kg (rata-rata 0,92 mg/kg). Nilai CF, I-Geo, PLI, dan RI untuk logam Cd, Pb, Cu, dan Zn yang diperoleh pada sedimen Perairan Matras menunjukkan tingkat kontaminasi rendah (CF<1), tidak tercemar (Igeo 0), tidak tercemar (PLI <1), dan resiko ekologi rendah (RI < 150). Nilai EF yang diperoleh mengindikasikan logam berat Cd, Pb, Cu, dan Zn perairan Matras utamanya mendapat masukan dari sumber antropogenik (nilai EF>1,5). Rendahnya status resiko ekologi yang diperkuat dengan rendahnya nilai CF, I-Geo, dan PLI menunjukkan potensi negatif logam terhadap biota juga rendah.
Pola Pertumbuhan Siput Gonggong Strombus turturella, Röding, 1798 (Gastropoda: Strombidae) di Pulau Bangka, Bangka Belitung Okto Supratman; Okto Supratman; Indah Auliana; Mualimah Hudatwi; Eva Utami
Jurnal Kelautan Tropis Vol 22, No 2 (2019): JURNAL KELAUTAN TROPIS
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.442 KB) | DOI: 10.14710/jkt.v22i2.5479

Abstract

Strombus turturella on Bangka Island is under pressure and threatens the effects of anthropogenic activity. This condition is necessary to carry out various efforts to manage the dog conch on an ongoing basis. Based on these problems, it is necessary to conduct research related to various parameters of the growth of the dog conch on Bangka Island. The purpose of the study was to determine the growth parameters of the dog conch which included growth patterns, estimation of growth model von bertalanffy and length-weight relationship. The research was carried out in several stages, namely: 1) Sampling in the field conducted in Teluk Kelabat waters, Ketawai Island and Anak Air Island, 2) Measurement of shell length and weight, and 3) Analysis of growth parameters using the FiSAT II application, then estimated von Bertalanffy's growth. The results of the frequency distribution of the size of the gonggong snail class in Teluk Kelabat were 47.85- 66.35 mm, on Ketawai Island 44.10-77.45 mm, while those on Anak Air Island were 44.10-62.65 mm. The results of Von Bertalanffy's growth model in the first year or age of one year growth accelerated with the length of the shell in Teluk Kelabat (44.46 mm), Ketawai Island (46.63 mm) and Pulau Anak Air (32, 80 mm). Then in the following year the growth slowed down to asymptotic length with around 11 years of age in T. Kelabat, 14 years in P. Ketawai and 15 years in P. Anak Air. The relationship between the length and weight of the dog conch in three locations on Bangka Island with a value of b <3 so that a negative allometric growth pattern can be determined. The negative allometric growth pattern shows an increase in the length of the snail bark faster than the weight gain. Siput gonggong (Strombus turturella) di Pulau Bangka mengalami tekanan dan ancaman dampak dari aktivitas antropogenik. Kondisi ini maka perlu dilakukan berbagai upaya pengelolaan siput gonggong secara berkelanjutan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian berkaitan berbagai parameter pertumbuhan siput siput gonggong di Pulau Bangka.  Tujuan penelitian yaitu menentukan beberapa parameter pertumbuhan siput gonggong yang meliputi distribusi kelas ukuran, pendugaan model pertumbuhan von bertalanffy dan hubungan panjang berat. Penelitian dilakukan beberapa tahapan yaitu 1) Pengambilan sampel di lapangan yang dilakukan di Perairan Teluk Kelabat, Pulau Ketawai dan Pulau Anak Air, 2) Pengukuran panjang cangkang dan berat, dan 3) Analisis parameter pertumbuhan dengan menggunakan aplikasi FiSAT II, selanjutnya dihitung pendugaan pertumbuhan von Bertalanffy. Hasil distribusi frekuensi kelas ukuran siput gonggong di Teluk Kelabat yaitu 47.85 mm s.d 66.35 mm, di Pulau Ketawai 44.10 mm s.d 77.45 mm, sedangkan di Pulau Anak Air yaitu 44.10 mm s.d 62.65 mm. Hasil model pertumbuhan Von Bertalanffy pada tahun pertama atau umur satu tahun pertumbuhan mengalami percepatan dengan panjang cangkang di Teluk Kelabat (44,46 mm), Pulau Ketawai (46,63) dan Pulau Anak Air (32, 80) mm. Kemudian pada tahun selanjutnya pertumbuhan semakin melambat sampai mecapai panjang asimtotik dengan umur sekitar 11 tahun di T. Kelabat, 14 tahun di P. Ketawai dan 15 tahun di P. Anak Air. Hubungan panjang dan berat siput gonggong di tiga lokasi di Pulau Bangka dengan nilai b < 3 sehingga dapat ditentukan pola pertumbuhan alometrik negatif. Pola pertumbuhan alometrik negatif  menunjukan pertambahan panjang siput gonggong lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan berat.
ASPEK REPRODUKSI DAN UMUR IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DI DARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA Okto Supratman; Nirmala Sari; Okto Supratman; Eva Utami
JURNAL ENGGANO Vol 4, No 2
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.774 KB) | DOI: 10.31186/jenggano.4.2.193-207

Abstract

Ikan ekor kuning (Caesio cuning) salah satu jenis ikan karang dari famili Caesionidae, yang menjadi target penangkapan dengan bubu di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat. Ikan ekor kuning memiliki nilai ekonomis penting. Informasi tentang aspek reproduksi ikan ekor kuning (Caesio cuning) diperlukan untuk pengelolaan yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek reproduksi ikan ekor kuning pada bulan Januari sampai Maret yang meliputi Rasio Kelamin (sex ratio), Tingkat Kematangan Gonad (TKG), Indeks Kematangan Gonad (IKG), Fekunditas, dan menganalisis umur ikan. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2019 di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat dengan menggunakan metode random sampling. Hasil penelitian selama tiga bulan ini menunjukkan bahwa nilai rasio kelamin ikan ekor kuning jantan dan betina yaitu 1:1,032 yang berada pada tingkat kematangan I sampai dengan tingkat kematangan gonad IV. Nilai IKG ikan ekor kuning jantan berkisar antara 0,014% - 4,712% dan untuk betina antara 0,014% - 7,784%. Fekunditas ikan ekor kuning betina berkisar antara 5.523 – 49.987 butir dan memiliki umur 1 tahun dan 2 tahun, dimana panjang tubuh ikan sangat mempengaruhi umur ikan.REPRODUCTIVE ASPECTS AND AGE OF YELLOW-TAILED FISH (Caesio Cuning) LANDED AT SUNGAILIAT ARCHIPELAGO FISHING PORT IN BANGKA REGENCY. Reproductive aspects of yellow-tailed fish which are landed in the Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat in Bangka Regency. Yellow-tailed fish (Caesio cuning) is one type of reef fish from the Caesionidae family, which is the target of catching fish at the Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat. Yellow tail fish has important economic value. Information about the reproductive aspects of yellow tail fish (Caesio cuning) is  needed for sustainable management. This study aims to determine the reproductive aspects of yellow tailed fish from January to March which include sex ratio, gonad maturity level, gonad somatic index, fecundity, and analyze the age of fish. Sampling was carried out from January to March 2019 at the Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat used the random sampling method. The results of this three-month study showed that the sex ratio of yellow-tailed fish male and female were 1: 1,032 which at the level of maturity I to the level of gonad maturity IV. The value of GSI male yellow-tailed fish ranges from 0.014% - 4.712% and females between 0.014% - 7.784%. The fecundity of female yellow-tailed fish ranges from 5,523 - 49,987 grains and yellow-tailed fish has age 1 year and 2 years, where the body length of fish greatly affects the age of fish.
Pengembangan Budidaya Ikan Belanak Belinyu di Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka Eva Prasetiyono; Eva Utami; Rendy Rendy; Teguh Iskandar; Endah Prihatini Isnawati
Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol 2 No 1 (2022): JPMI - Februari 2022
Publisher : CV Infinite Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52436/1.jpmi.442

Abstract

Potensi Perairan estuari pada hutan mangrove di daerah Belinyu, Kabupaten Bangka cukup tinggi. Tingginya potensi perairan tersebut dimanfaatkan oleh para pembudidaya ikan untuk membudidayakan ikan-ikan air payau.  Kelompok pembudidaya ikan Perepat Permai di Kelurahan Air Jukung, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka merupakan pembudidaya ikan yang sedang merintis budidaya ikan belanak belinyu. Ikan belanak belinyu memiliki ciri khas daging yang lebih lembut, gurih dan tidak berbau lumpur dibandingkan ikan belanak dari perairan lain. Namun Budidaya ikan yang dilakukan masih terkendala oleh persoalan rendahnya optimalisasi dalam memanfaatkan kapasitas produksi yang berdampak pada rendahnya kuantitas dan kualitas hasil panen. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan aplikasi IPTEKS berupa sistem dan teknologi untuk menghasilkan ikan belanak yang memiliki harga jual tinggi dengan optimalisasi kapasitas produksi para pembudidaya ikan. Kegiatan ini dilaksanakan di kolam budidaya ikan yang dimiliki oleh para pembudidaya ikan di Kelurahan Air Jukung, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka. Metode kegiatan ini yaitu melakukan kegiatan budidaya dengan menyisipkan aplikasi teknologi padat tebar dan sistem pemberian pakan buatan dalam pada proses budidaya ikan Belanak Belinyu. Tahapan dalam kegiatan ini terdiri atas tiga tahapan utama yaitu pra produksi (penyiapan sarana dan prasarana budidaya ikan), produksi (penebaran ikan belanak belinyu, pemeliharaan ikan dan pengontrolan kualitas lingkungan) dan pasca produksi (Pemanenan dan evaluasi teknologi). Target kegiatan ini yaitu pembudidaya ikan yang tergabung dalam kelompok Perepat Permai Balinyu. Hasil dari kegiatan ini yaitu ikan belanak belinyu yang dipelihara dari ukuran juvenil dengan panjang 7-10 cm tumbuh optimal pada tambak. Tambak tempat pemeliharaan ikan belanak belinyu kondisi lingkungannnya sesuai dengan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan belanak belinyu. Jumlah ikan belanak belinyu memenuhi kapasitas produksi ikan. Ikan belanak belinyu mampu dipanen secara parsial dalam jangka waktu 4-5 bulan dengan ukuran panjang 20 – 24 cm dan bobot 200 – 300 gram per-ekor yang merupakan ukuran konsumsi sesuai dengan permintaan pasar.
BIOLOGI REPRODUKSI IKAN KEPERAS (Cyclocheilichthys Apogon) DI PERAIRAN SUNGAI MENDUK KABUPATEN BANGKA Caca Suhendra; Eva Utami Eva Utami; Umroh Umroh
Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan Vol 11 No 1 (2017): AKUATIK : Jurnal Sumberdaya Perairan
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Agriculture, Fisheries, and Biology, University of Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (638.292 KB)

Abstract

Ikan Keperas (Cyclocheilichthys apogon) merupakan salah satu spesies ikan lokal (indigenous spesies) yang dominan ditemukan di perairan sungai Pulau Bangka. Ikan keperas memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat Desa Menduk. Penelitian ini bertujuan mengetahui aspek reproduksi ikan keperas bulan Mei sampai Agustus 2016. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil menunjukkan bahwa rasio kelamin ikan betina dan jantan adalah 1 : 1,8. Ikan jantan berada pada TKG I sampai III dan ikan betina berada pada TKG I sampai V. fekunditas terkecil ditemukan pada ikan TKG IV yaitu 240 butir dan fekunditas terbesar di temukan pada ikan TKG III yaitu 3660 butir. Diameter telur ikan TKG III bekisar antara 0,04 – 0,13 dan ikan TKG IV bekisar antara 0,04- 0,14. Pola pemijahan total spowner
ANALISIS KLOROFIL-a DI PERAIRAN KURAU KABUPATEN BANGKA TENGAH Analysis of Chlorophyll-a in the Kurau Sea of Bangka Tengah District Evi Nurmala; Eva Utami; Umroh Umroh
Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan Vol 11 No 1 (2017): AKUATIK : Jurnal Sumberdaya Perairan
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Agriculture, Fisheries, and Biology, University of Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.598 KB)

Abstract

Perairan Kurau merupakan perairan yang memiliki potensi sumberdaya perairan yang besar, namun dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Penurunan hasil tangkapan ikan disebabkan oleh fitoplankton (klorofil-a) dan kualitas perairan yang tidak menentu. Klorofil-a adalah pigmen yang selalu ditemukan dalam fitoplankton serta organisme yang dapat melakukan proses fotosintesis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi klorofil-a dan menganalisis hubungan klorofil-a dengan faktor fisika dan kimia di Perairan Kurau Kabupaten Bangka Tengah. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling. Pengambilan data parameter fisika kimia dilakukan secara langsung di lapangan, sedangkan klorofil-a, nitrat dan phospat dianalisis di laboratorium. Parameter lingkungan yang mempengaruhi klorofil-a yaitu suhu, kecerahan, kecepatan arus, potensial hidrogen (pH), oksigen terlarut (DO), salinitas, nitrat, dan phospat. Metode analisis data yang digunakan yaitu koefisien korelasi. Hasil pengukuran konsentrasi klorofil-a pada masing-masing stasiun yaitu stasiun I sebesar 0,026 µg/L, stasiun II sebesar 0,025 µg/L , stasiun III sebesar 0,027 µg/L dan stasiun IV sebesar 0,028 µg/L. Konsentrasi klorofil-a tertinggi terdapat pada stasiun IV sebanyak 0,028 µg/L dan hasil terendah pada staiun II sebanyak 0,025 µg/L. Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa konsentrasi klorofil-a di perairan Kurau termasuk kedalam kriteria rendah, karena faktor fisika dan kimia yang mempengaruhinya. Hubungan parameter lingkungan dengan konsentrasi klorofil-a dilihat dari nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai koefisien korelasi yaitu saling berkaitan atau berhubungan positif. Parameter lingkungan yang berkorelasi sangat kuat terhadap konsentrasi klorofil-a yaitu nitrat sebesar 0,965 dan phospat sebesar 0,999
PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN IKAN TERI (Stolephorus sp.) BAGAN TANCAP MENGGUNAKAN LAMPU CELUP DALAM AIR DAN LAMPU DI ATAS PERMUKAAN AIR DI PERAIRAN REBO KABUPATEN BANGKA Nanda Ulfa Natiqoh; Eva Utami; Kurniawan Kurniawan
Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan Vol 11 No 2 (2017): AKUATIK : Jurnal Sumberdaya Perairan
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Agriculture, Fisheries, and Biology, University of Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (523.332 KB)

Abstract

Ikan Teri (Stolephorus sp.) merupakan salah satu hasil perikanan tangkap yang menggunakan alat tangkapan Bagan Tancap yang biasa dilakukan oleh nelayan Desa Rebo di Perairan Rebo Kabupaten Bangka. Dimana Ikan Teri (Stolephorus sp.) merupakan salah satu ikan bernilai ekonomis berkisaran ±Rp 80.000. Nelayan di Perairan Rebo menggunakan Lampu di Atas Permukaan sebagai alat bantuan penangkapan. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan jumlah hasil tangkapan bagan menggunakan Lampu Celup Dalam Air (Lacuda) dengan lampu di atas permukaan air dan mengetahui cara pengoprasian Lacuda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji coba penangkapan ikan atau eksperimental fishing dan analisis data menggunakan analisis deskriptif. Hasil tangkapan Ikan Teri (Stolephorus sp.) terbanyak pada perlakuaan Lacuda dengan hasil sebanyak 93,2 kg dan pada perlakuan Lampu di atas Permukaan sebanyak 55,95 kg. Pengoprasian Lacuda dimulai dari persiapan Lacuda, Penuruan Lacuda kedalam air ,menunggu Ikan Teri berkumpul di sekitar Lacuda dan Pengangkatan hasil tangkapan ikan Teri
ANALISIS PERBEDAAN JENIS UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN (PORTUNUS PELAGICUS) DI PERAIRAN TELUK KELABAT DESA PUSUK BANGKA BARAT Robby Satriawan; Eva Utami; Kurniawan Kurniawan
Akuatik: Jurnal Sumberdaya Perairan Vol 11 No 2 (2017): AKUATIK : Jurnal Sumberdaya Perairan
Publisher : Department of Aquatic Resources Management, Faculty of Agriculture, Fisheries, and Biology, University of Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (394.462 KB) | DOI: 10.33019/akuatik.v11i2.243

Abstract

Kegiatan Penangkapan merupakan mata pencarian bagi warga Desa Pusuk dan usaha itu sudah lama berlangsung. Alat tangkap yang biasanya digunakan oleh nelayan Desa Pusuk seperti pukat, rawai, sero dan juga bubu lipat. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap rajungan di perairan Teluk Kelabat umumnya adalah alat tangkap bubu lipat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis umpan yang efektif terhadap hasil tangkapan rajungan (Portunus pelagicus) menggunakan bubu lipat di perairan Teluk Kelabat Desa Pusuk Kabupaten Bangka Barat. Metode yang digunakan adalah metode experimental fishing yaitu melakukan kegiatan uji coba penangkapan rajungan dengan menggunakan 5 jenis umpan berbeda. Analisis yang digunakan atas data hasil tangkapan yang diperoleh adalah analisis deskriptif yaitu analisis yang mempelajari alat, teknik, atau prosedur yang digunakan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan kumpulan data atau hasil pengamatan. Hasil Tangkapan tertinggi diperoleh pada bubu lipat dengan perlakuan umpan ikan tamban segar sebanyak 5,5 kg dan hasil tangkapan terendah adalah perlakuan perut ikan manyung sebanyak 2 kg