Chairul Abdi
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EVALUASI KEBERADAAN SISA KLOR BEBAS DI JARINGAN DISTRIBUSI IPA SUNGAI LULUT PDAM BANDARMASIH Elma Sofia; Rony Riduan; Chairul Abdi
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 1, No 1 (2015): September 2015
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.04 KB) | DOI: 10.20527/jukung.v1i1.1043

Abstract

ABSTRAK Disinfektan yang sering sekali digunakan adalah senyawa klor.Dari khlorinasi air mengakibatkan adanya residu dari klor.Residu klor terdapat dalam 2 bentuk yaitu residu klor terikat, dan residu klor bebas. Menurut Permenkes No.492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, keberadaan senyawa klor bebas dalam distribusi jaringan  yang diperbolehkan adalah 0,2 – 0,5 mg/l. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pengaruh konsentrasi injeksi klor terhadap sisa klor bebas di pelanggan dan pengaruh jarak distribusi pada sistem jaringan distribusi IPA Sungai Lulut PDAM Bandarmasih. Penelitian menggunakan  software EPANET 2.0 untuk mengetahui kondisi Eksisting serta simulasi  jaringan distribusi air PDAM Bandarmasih. Pada simulasi jika menggunakan injeksi konsentrasi klor di awal distribusi air sebesar 0,8 mg/l maka akan dihasilkan sisa klor yang memenuhi batas sisa klor yang diijinkan yaiu 0,2-0,5 mg/l namun itu hanya terjadi pada pelanggan yang dekat dengan reservoir. Untuk pelanggan yang jarak distribusi air cukup jauh dari reservoir sisa klor akan habis pada sistem jaringan sehingga sisa klor yang dihasilkan pada pelanggan yang jauh dari reservoir kurang dari 0,2 mg/l. Hal ini dapat berdampak negatif karena apabila sisa klor kurang dari 0,2 mg/l pada pelanggan maka bakteri patogen yang berada di dalam air masih tersisa. Sehingga dapat disimpulkan, sisa konsentrasi klor di jaringan distribusi bergantung pada injeksi konsentrasi klor di awal distribusi dan jarak distribusi air dari reservoir ke pelanggan.Semakin besar injeksi konsentrasi klor maka semakin besar pula sisa klor yang dihasilkan di air yang diterima oleh pelanggan.Semakin jauh jarak distribusi air dari reservoir ke pelanggan maka semakin kecil sisa klor yang sampai ke pelanggan.Kata kunci : konsentrasi injeksi klor, sisa klor bebas, jarak distribusi air
PENGARUH JENIS BAHAN ORGANIK PADA SISTEM RESAPAN BIOPORI MODIFIKASI TERHADAP PERUBAHAN KIMIA TANAH SEBAGAI TEKNIK KONSERVASI TANAH Muzaimah Muzaimah; Chairul Abdi; Fakhrur Razie
Jukung (Jurnal Teknik Lingkungan) Vol 3, No 1 (2017): MARET 2017
Publisher : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.053 KB) | DOI: 10.20527/jukung.v3i1.3199

Abstract

Kebanyakan lahan yang belum dikelola dengan baik dalam bidang pertanian maupun perkebunan tentunya lama kelamaan akan dapat berpengaruh terhadap kesuburan tanah yaitu menurunnya kualitas sifat kimia tanah pertanian/perkebunan.  Membuat lubang resapan biopori modifikasi dengan penambahan bahan organik merupakan salah satu upaya konservasi tanah untuk menangani permasalahan tersebut.  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan jenis bahan organik pada lubang resapan biopori modifikasi terhadap beberapa sifat kimia tanah.  Penelitian ini dilakukan dilahan perkebunan karet dan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan masing-masing 4 kali ulangan yaitu variasi pemberian 4 jenis bahan organik seperti daun dan ranting kering, pupuk kompos , rumput/tanaman liar, kotoran ternak dan tanpa bahan organik sebagai kontrol dan variasi kedalaman sampel 0-50 cm dan 50-100 cm. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penambahan jenis bahan organik menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap C-Organik tanah di kedalaman 0-50 cm maupun 50-100 cm serta Kapasitas Tukar Kation (KTK) di kedalaman 50-100cm sedangkan dikedalaman 0-50 cm berbeda nyata, adapaun variasi kedalaman sampel diketahui tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedalaman 0-50 dan 50-100 cm terhadap C-Organik dan KTK. Kata Kunci : biopori modifikasi, C-organik, jenis bahan organic, konservasi tanah, KTK.  Most of the land that has not been managed well in agriculture and plantation certainly over time will be able to effect the soil fertility is declining quality of the chemical properties of agricultural land / plantation. Make biopori modifications with the addition of organic matter is a soil conservation efforts to solve these problems. This research was conducted to determine the effect of the type of organic material in the absorption holes biopori modifications to some of the chemical properties of the soil. This research was conducted in the land  rubber plantations and using a randomized block design (RBD) with 5 of each treatment 4 replicates ie variation of 4 types of organic materials such as leaves and dry twigs, compost, grass / weeds, manure and without organic matter as a control and variation of the sample depth of 0-50 cm and 50-100 cm. Based on survey results revealed that the addition of organic material showed a no real different to the C-organic of soil at a depth of 0-50 cm and 50-100 cm in depth and Cation Exchange Capacity (CEC) of 50-100 cm while at a depth 50-100 cm real different rent and  sample depth variations as there are no significant differences between the depth of 0-50 and 50-100 cm of the C-Organic and CEC. Keywords: CEC, C-organic, biopori modification, organic matter variety, soil conservation.
Perencanaan Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan (Eko-Drainase) di Kecamatan Banjarbaru Utara Rony Riduan; Cleodora Heraningtyas; Chairul Abdi; Gusti Ihda Mazaya
Jurnal Ilmu Lingkungan Vol 22, No 4 (2024): July 2024
Publisher : School of Postgraduate Studies, Diponegoro Univer

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jil.22.4.987-995

Abstract

Pertumbuhan penduduk Banjarbaru Utara yang kian hari semakin pesat akan menyebabkan pembangunan permukiman dan fasilitas lainnya semakin meningkat. Menurunnya lahan yang awalnya berfungsi sebagai resapan, mengakibatkan meningkatnya limpasan permukaan. Kecamatan Banjarbaru Utara dikategorikan sebagai wilayah prioritas utama untuk penanganan banjir ataupun genangan, melalui penataan sistem drainase, sempadan sungai, ataupun kawasan permukiman. Di wilayah Banjarbaru Utara masih menerapkan konsep drainase konvensional, namun hal ini kurang memberikan konstribusi berarti dalam penanganan genangan maupun banjir, oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan dengan menerapkan eko-drainase. Eko-drainase yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan sumur resapan, karena pengunaan sumur resapan merupakan konsep yang paling cocok untuk Kecamatan Banjarbaru Utara dan berdasarkan penelitian terdahulu sumur resapan efektif dalam mereduksi nilai runoff. Tujuan dari perencanaan ini, yaitu mengidentifikasi kondisi sistem drainase di Kecamatan Banjarbaru Utara, mengevaluasi kemampuan saluran drainase yang ada dalam menampung debit limpasan, serta merekomendasikan sistem drainase dengan pendekatan eko-drainase melalui pemodelan hidrologi dan hidrolika. Analisis hidrologi dan hidrolika menggunakan data curah hujan harian maksimum selama 10 tahun (2012-2021) terakhir dan dibantu menggunakan software Storm Water Management Model (SWMM). Berdasarkan survei lapangan, kondisi drainase di Kecamatan Banjarbaru Utara, ada yang mengalami sedimentasi, tersumbat, terhalang oleh bangunan; sampah; dedaunan dan tumbuhan, serta ada juga saluran drainase yang berfungsi dengan baik. Sebagian saluran pada beberapa Daerah Pengaliran Saluran (DPSal) di Kecamatan Banjarbaru Utara tidak mampu menampung debit limpasan hujan. Hasil analisis menggunakan SWMM, eko-drainase menggunakan sumur resapan mampu mengurangi debit runoff dengan nilai rata-rata 1,25% dan nilai rata-rata infiltrasi, yaitu 2,11 mm, sehingga perlu dilakukan penambahan sumur resapan sebanyak 101 sumur resapan. Diperlukan 7, 47, 25, dan 22 sumur resapan untuk masing-masing DPSal 14, 23, 28, dan 30.