Nugroho Nur Susanto
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

EKSOTISME ALAM DAN SENI MASYARAKAT DAYAK Nugroho Nur Susanto
Naditira Widya Vol 4 No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v4i2.34

Abstract

Abstrak. Eksotisme mengandung pengertian memiliki daya tarik yang khas, menggugah untuk didalami, dimengertilebih jauh, karena unsur kekhasannya itu. Ini adalah karakteristik yang tertangkap seorang pengamat dalammemandang alam Kalimantan. Sumber dayaalam ini pulalah yang menginspirasi terciptanya seni unik masyarakatDayak yang akhirnya menjadi ‘dokumentasi’ eksistensinya di Kalimantan. Tulisan ini membahas tentang hubunganharmonis antara alam, manusia, dan seni, serta langkah-langkah pelestarian karakter tersebut sebelummengkomersialisasikannya. Pembahasan ini membuahkan gagasan tentang pembangunan yang berwawasaneko-budaya yang menjadi ikon spesifik Kalimantan.
REKONSTRUKSI BENTUK DAN FUNGSI STRUKTUR SUMUR PUTARAN PADA TAMBANG BATUBARA ORANJE NASSAU PENGARON Nugroho Nur Susanto; Ulce Oktrivia
Naditira Widya Vol 10 No 2 (2016): Naditira Widya Vol. 10 No. 2 Oktober 2016
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3740.394 KB) | DOI: 10.24832/nw.v10i2.139

Abstract

. Sumur putaran adalah sebutan masyarakat untuk struktur batubata yang terletak di Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar. Struktur ini diduga merupakan sebuah bangunan yang tersisa dari tambang batubara Oranje Nassau Pengaron. Penelitian yang telah dilakukan di lokasi ini belum dapat menjawab secara pasti bentuk asli dan fungsi dari struktur ini pada masa lalu. Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi struktur sumur putaran. Tambang batubara pada umumnya memiliki beberapa bangunan utama yaitu sebuah kantor, rumah sakit, dapur, rumah pekerja. Selain itu, untuk tambang bawah tanah, pada umumnya juga dilengkapi dengan kipas  berukuran besar yang berfungsi untuk mengatur sirkulasi oksigen untuk pernapasan bagi pekerja dan mengurangi efek berbahaya akibat ledakan. Pemahaman sejarah batubara Oranje Nassau, sangat penting dan strategis. Hal ini tidak saja terkait dengan teknologi yang diterapkan, namun menyangkut juga pada hegemoni dan keberlangsungan Kesultanan Banjar. Tulisan ini menggunakan metode diskriptif-komparatif. Data di lapangan akan dibandingkan dengan hasil penelusuran pustaka berupa arsip, foto, dan gambar. Penerapan metode ini menghasilkan asumsi bahwa terdapat  beberapa fungsi bangunan yang ada di struktur sumur putaran. Fungsi yang pertama adalah sebagai kantor administratf tambang, sedangkan fungsi yang kedua adalah sebagai rumah kipas ventilasi, fungsi yang ketiga sebagai rumah mesin, dan yang terakhir sebagai Derek atau crane untuk mengangkat batubara atau manusia dari dalam tambang yang terletak di bawah tanah.
PENINGGALAN SARANA PERTAHANAN BELANDA PERANG DUNIA II DI TARAKAN Nugroho Nur Susanto
Naditira Widya Vol 2 No 1 (2008): Naditira Widya Vol. 2 No.1
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/nw.v2i1.159

Abstract

However importing to power the oil Kalimantan’s special Tarakan island by Duck and frends in future. They are exploitations and want to defend. Voraciously Jepan for gulp down Tarakan island is very power. The evident of remaining World War II archaeologies: meriams, pillbox, bunker, battery, and war equipment in Tarakan still wa known is very clear. To looks the remaining World War II as thought is conscious the foreight want to commanded is Tarakan. Makes so realize we having in abundance.
PENGARUH BUDAYA LUAR TERHADAP PERKEMBANGAN MASYARAKAT BULUNGAN: STUDI PENDAHULUAN* Nugroho Nur Susanto
Naditira Widya Vol 6 No 2 (2012): Oktober 2012
Publisher : Balai Arkeologi Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5723.004 KB) | DOI: 10.24832/nw.v6i2.170

Abstract

Bulungan terletak pada kawasan geografis yang dilalui oleh Sungai Kayan. Sungai tersebut adalah uratnadi lalu lintas yang sangat penting dalam melancarkan interaksi manusia, budaya, dan perdagangan pada masalampau. Intensitas interaksi dengan kebudayaan dari luar dan ekskpansi politiklah yang pada akhirnya mendorongadanya perubahan-perubahan pada aspek sosial-budaya, ideologi, dan politik. Kajian ini dilakukan melalui studipustaka dan pengamatan langsung di lapangan. Hasil kajian menunjukkan kedatangan Islam telah mengubahperspektif sosial-budaya masyarakat asli Bulungan dan sistem pemerintahan yang berlandaskan Islam. Di lainpihak, kedatangan Belanda di Bulungan dilandasi oleh tujuan eksploitasi dan penguasaan tambang minyak bumi,yang akhirnya melemahkan kekuasaan politik Kaselutanan Bulungan.
First Experimental Iron Process Based on The Montalat Iron Sites in Central Kalimantan – Indonesia Harry Octavianus Sofian; Hartatik Hartatik; Sunarningsih Sunarningsih; Nugroho Nur Susanto; Gauri Vidya Dhaneswara; Restu Budi Sulistiyo; Agus Karyanantio
KALPATARU Vol. 32 No. 2 (2023)
Publisher : Badan Riset dan Inovasi Nasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55981/kpt.2023.1078

Abstract

This article is based on an experimental iron furnace from archaeological sites in Central Kalimantan – Indonesia, from July 2019. The iron furnace for the experiment is replicated the original iron furnaces from the latest research found in 2017 in the Benangin and Temelalo sites from Central Kalimantan, Indonesia. The experiment aims to prove whether the iron furnace can melt metal. From the archaeological experiment we can answer questions about the iron process in Central Kalimantan in the past with the local resource’s laterite and hematite. From archaeological experiments, duplicate iron furnaces can make iron raw materials into melts and extract iron from hematite and laterite raw materials. The results showed that the ancient people in Central Kalimantan were able to make iron from raw materials and process it as iron ingot.