Claim Missing Document
Check
Articles

Found 23 Documents
Search

KAJIAN PENGELOLAAN TATA AIR DAN PRODUKTIVITAS SAWIT DI LAHAN GAMBUT (Studi Kasus : Lahan Gambut Perkebunan Sawit PT Jalin Vaneo di Kabupaten Kayong Utara, Propinsi Kalimantan Barat) Soewandita, Hasmana
Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca Vol 19, No 1 (2018): June 2018
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.739 KB) | DOI: 10.29122/jstmc.v19i1.3112

Abstract

Pengembangan lahan gambut untuk perkebunan kelapa sawit sudah demikian pesatnya akibat terbatasnya lahan mineral yang tersedia dalam hamparan yang luas. Tidak sedikit pemahaman akan karakteristik lahan gambut untuk pengembangan kebun kelapa sawit juga sangat terbatas baik aspek ekologi maupun agronomi dan tanah. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengkaji sistem tata air pada lahan gambut dalam kaitannya dengan karakteristik lahan baik aspek biofisik maupun lingkungan. Hasil kajian menunjukkan bahwa saluran reklamasi baik pada saluran utama maupun pada saluran blok banyak terjadi overdrainage dan hal ini sangat rentan terhadap bahaya kebakaran lahan gambut. Pemahaman karakteristik lahan gambut yang kurang memadai serta pengelolaan ketinggian muka air saluran yang kondisinya dibawah kedalaman lapisan pirit mengakibatkan terbentuknya oksidasi pirit. Saluran yang terindikasi terjadi oksidasi pirit terjadi pada saluran blok lahan pertanaman berimplikasi terbentuknya racun (jarosit), sehingga hal ini sangat berbahaya bagi pertumbuhan tanaman dan produksi kelapa sawit. Pirit yang teroksidasi ini mempunyai pH yang sangat masam sehingga kelaruran logam seperti Al sangat tinggi dan berdampak pada keracunan bagi tanaman. Pengendalian muka air diatas lapisan pirit, flushing dengan fresh water dan pengapuran merupakan solusi dalam penangan oksidasi pirit, sehingga produktivitas sawit bisa berkelanjutan.
STUDI EKOLOGI LAHAN KORIDOR SUNGAI DAN STATUS KUALITAS PENGGUNAAN LAHAN DI WILAYAH DAS RAWAPENING Soewandita, Hasmana
Jurnal Alami : Jurnal Teknologi Reduksi Risiko Bencana Vol 1, No 1 (2017)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1101.877 KB) | DOI: 10.29122/alami.v1i1.960

Abstract

Rawapening merupakan salah satu danau yang keberadaannya mempunyai peranan sangat penting bagi kehidupan masyarakat sekitarnya bahkan dikawasan sebelah hilirnya.  Kualitas ekologi perairan Rawapening dari tahun ke tahun terus menurun, baik daya tampungnya maupun kondisi kualitas airnya.  Peranan sungai sungai  dengan kondisi daerah tangkapannya turut menentukan keberadaan kualitas lingkungan ekologis Rawapening.  Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui kondisi ekologi lahan koridor sungai sungai yang masuk Rawapening terkait isu penurunan kualitas ekologi Rawapening. Tata guna lahan di sekitar koridor sungai ternyata merepresentasikan kondisi tataguna lahan DAS Rawapening yaitu dari hutan, kebun campuran, semak belukar, sawah irigasi dan sawah tadah hujan.  Kondisi kualitas fisik kimia tanah juga sangat bervariasi namun secara umum mempunyai tingkat kesuburan yang baik.  Akan tetapi hasil studi menunjukkan terjadi penurunan degradasi lahan terkait perubahan tataguna lahan terutama perubahan penurunan luas kebun campuran dan berubah menjadi pola penggunaan permukiman dari 12431 Ha pada tahun 2003 menjadi 10625 Ha pada tahun 2010.  Regim tampungan air danu Rawapening yang ekstrim antara pada musim penghujan dan kemarau juga disebabkan oleh kondisi kualitas koridor sungai yang sudah terdegrdasi terutama perubahan pola penggunaan lahan dari daerah pengalirannya.
ANALISIS KAWASAN RAWAN LONGSOR DAN KETERKAITANNYA TERHADAP KUALITAS TANAH DAN PENGGUNAAN LAHAN (Kasus di Kawasan Agribisnis Juhut Kabupaten Pandeglang) Soewandita, Hasmana
Jurnal Alami : Jurnal Teknologi Reduksi Risiko Bencana Vol 2, No 1 (2018)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29122/alami.v2i1.2826

Abstract

AbstractJuhut region based on the government policy of Banten Province in 2015 is an area that will be developed as a center of agribusiness development area. Its existence is located on the slopes of the hills and at the same time as a residential area allegedly as an area prone to landslides. Agriculture cultivation activities related to soil fertility conditions that are on the belt of the volcano, making this area attracts the community to conduct agricultural cultivation activities despite being on a slope land. The aims of this study are the biophysical analysis of landslide hazard areas and their relationship to soil quality and land use patterns.The method used in this study is observation and groundceck of field biophysical condition and overlay analysis of thematic map related to landslide prone condition. The results of the study indicate that the biophysical condition of the land indicates that the landslide prone areas are susceptible to 707.1 Ha (70%), while the high vulnerability area reaches 245.3 Ha (24%). Soil fertility causes attractive soil to be managed by the community for the cultivation of seasonal crops or horticultural crops that can further trigger a landslide. This is also because the soil type conditions also have physical properties that are vulnerable to the early behavior of seasonal changes (from dry season to rainy season).  Land use that is not suitability with morphological conditions of land and already managed by the community as an economic source will be a threat of high vulnerability to landslide hazards.Keywords :  agribisnis area, land slides hazard, soil biophysical, land quality
ANALISIS BENCANA KEKERINGAN DI WILAYAH KABUPATEN SERANG Soewandita, Hasmana
Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana Vol 13, No 1 (2018): Jurnal Sains dan Teknologi Mitigasi Bencana
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (916.867 KB) | DOI: 10.29122/jstmb.v13i1.3037

Abstract

Kekeringan merupakan bencana yang hampir sering  terjadi di daerah tropis karena adanya perubahan musim dari musim penghujan ke musim kemarau.   Ketidakseimbangan waktu antara dua musim ini bisa menyebabkan bencana banjir dan sebaliknya bencana kekeringa.   Begitu juga apa yang terjadi di wilayah Kabupaten Serang kecenderungan kejadian bencana kekeringan ini juga bisa terjadi baik dikawasan budidaya maupun dikawasan permukiman dimana air dimanfaatkan untuk keperluan sehari hari.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji analisis bencana kekeringan di wilayah Kabupaten Serang.   Hasil kajian menunjukkan potensi kekeringan dari tingkat rendah hingga tingkat kelas tinggi.  Kekeringan kelas tinggi dimungkinkan kerena ketersediaan dan keterbatasan air pada rentang waktu yang relative lama.   Hasil analisis juga menunjukkan tingkat kelas sedang mencapai luasan 179.650 Ha yang potensi sebarannya di hampir setiap kecamatan.   Sedangkan tingkat kekeringan kelas tinggi terjadi pada area seluas 1.311 Ha dan terjadi di wilayah Kecamatan Pontang, Tanara, Waringin Kurung, Mancak, Padarincang, Kramatwatu, Ciomas, Cinangka, Bojonegara, Tirtayasa dan Anyar   Kekeringan ini terjadi dibeberapa wilayah di area persawahan untuk keperluan irigasi pertanian  maupun kawasan permukiman karena keterbatasan air bersih.  Akibat kekeringan ini di area persawahan menyebabkan produktivitas tanah jadi rendah.  Lahan sawah yang seharusnya bisa dua kali bahkan tiga kali tanam, ternyata dengan adanya bencana kekeringan ini hanya bisa satu kali atau paling banyak dua kali tanam dan setalah itu dalam kondisi bera.
Analisis Penggunaan Dan Kesesuaian Lahan Berdasarkan Potensi Bahaya Letusan Gunung Merapi Soewandita, Hasmana; Sudiana, Nana
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 16 No. 3 (2014)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1443.284 KB) | DOI: 10.29122/jsti.v16i3.3418

Abstract

Mount Merapi is a mountain that is classified as active and relatively frequent eruption frequency. The impact caused by the eruption of Mount Merapi classified terrible and the impact on the loss of property, infrastructure to fatalities. Merapi disaster-prone areas covering up areas inhabited and cultivated areas. The purpose of this activity is to provide direction and suitability of land use is associated with a disaster prone area. The method is based on the analytic descriptive field survey and analysis of maps (land use and disaster-prone areas). The analysis showed that the cultivated area is still occupied by the public is directed to land penmggunaan perennials with a combination of food crops. Plants are easy succession directed at plants that have root weevil, because these plants will quickly grow after the impact of the eruption of Merapi. Likewise perennials that have a Poster (grow) back as horticultural crops (Avocado, Lengkeng, Mahony), while the fast-growing plants sengon though but flammable.Gunung Merapi merupakan gunung yang tergolong aktif dan frekwensi erupsi tergolong sering terjadi. Dampak yang ditimbulkan akibat letusan Gunung Merapi tergolong dasyat dan berdampak terhadap kerugian harta benda, infrastruktur hingga korban jiwa. Kawasan rawan bencana Merapi meliputi hingga kawasan yang berpenghuni dan kawasan budidaya (tegalan dan kebun campuran). Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan arahan penggunaan dan kesesuaian lahan dikaitkan dengan kawasan rawan bencana. Metoda yang digunakan adalah diskriptif analitik dengan berdasarkan hasil survey lapang dan analisis peta (penggunaan lahan dan kawasan rawan bencana). Hasil analisis menunjukkan bahwa kawasan budidaya yang masih diokupasi oleh masyarakat diarahkan untuk penggunaan lahan tanaman keras dengan kombinasi tanaman pangan. Tanaman yang mudah suksesi diarahkan pada tanaman yang mempunyai bonggol akar, dikarenakan tanaman ini akan cepat tumbuh setelah terjadi dampak letusan Merapi. Begitu juga tanaman keras yang mempunyai daya trubus (tumbuh) kembali seperti tanaman hortikultura (Alpukat, Lengkeng, Mahoni), sedangkan tanaman sengon meskipun cepat tumbuh akan tetapi mudah terbakar.Keywords: eruption, land use, land suitability
ANALISIS POTENSI DAN KARAKTERISTIK GAMBUT SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN UNTUK ARAHAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN KAWASAN DI KABUPATEN SIAK Soewandita, Hasmana; sudiana, nana
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 13 No. 2 (2011)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.903 KB) | DOI: 10.29122/jsti.v13i2.880

Abstract

Peat land resources have the potential to be managed sustainably. Peatlands as a fragile ecosystem utilization should consider its characteristics, such as depth, maturity, fertility, land cover conditions, and calorie content. Peatland resources located in Siak Regency is a land system called Mendawai (MDW) and Gambut (GBT), whereas according to the USDA classification (2003) is land unit called Tropofibrist, Tropohemist and Troposaprist. For further management, peatland area in Siak District grouped into 7 regions peat dome : Buatan, Bukit Batu, Kandis, Merempan, Siak Kecil, Sungai Mandau and Zamrud. Based on the level of soil fertility, maturity and depth of peat, the peat areas suitable for agricultural development is the Siak Kecil, Sungai Mandau and Zamrud. Considering the condition of land cover and ecosystem components, Zamrud peat dome should be allocated to the conservation area. While based on calorie content and level of maturity, Mandau and Buatan peat dome are suitable for industrial development of peat-based materials
KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK MITIGASI BENCANA LAHAN DI KAWASAN BUDIDAYA Soewandita, Hasmana
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 15 No. 1 (2013)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (538.215 KB) | DOI: 10.29122/jsti.v15i1.935

Abstract

Bencana lahan di kawasan budidaya di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing sering dipicu oleh kegiatan yang berkaitan dengan pola budidaya tanaman pangan/hortikultura monokultur (single commodity). Dalam rangka mitigasi bencana lahan perlu dilakukan kajian alternative dan pola budidaya yang sesuai baik dari segi lingkungan biofisik lahan, ekonomi dan sosial budaya masyarakat. Metoda yang digunakan untuk kajian ini yaitu dengan metoda skoring dan pembobotan. Parameter-parameter yang dipertimbangkan meliputi aspek luas lahan yang sesuai (20 %), aspek budidaya dan pengelolaan (20 %), aspek produksi (10 %), aspek keberadaan komoditas (5 %), aspek konservasi (15 %), aspek pola budidaya (15 %), dan aspek pasar (15 %). Hasil analisis menunjukkan bahwa tanaman keras (hutan) menempati skor tertinggi, baru kemudian berturut tanaman perkebunan, hortikultura dan tanaman pangan. Rekomendasi dari hasil analisis ini adalah untuk membuat pola budidaya dengan memadukan tanaman strata tinggi (tanaman keras) dengan tanaman strata menengah (perkebunan) dan tanaman strata rendah (hortikultura/pangan).
Kajian Potensi Tanaman Pangan di Pulau Jemaja Kabupaten Kepulauan Anambas Soewandita, Hasmana
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 17 No. 2 (2015)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (783.31 KB) | DOI: 10.29122/jsti.v17i2.3429

Abstract

The objective of this study is to analiisis biophysical particular soil fertility, water resource availability and suitability of land for the development of food crops Jemaja Island. The method used in this study is a field survey with the soil sampling with grid method. The results showed that soil fertility in some locations indicate soil fertility has a moderate to high nutrient content even though some land units there are still terkenda nutrient retention. The texture of the sand is also an obstacle to the development of several blocks of land units so the location is not feasible textured sand. Availability of surface water in the presence of several rivers and also the presence of the Weirs Dapit is support for the development of land for irrigated rice paddy. The area of study is about 700 hectares in the island Jemaja, ready to be developed into a regional agricultural area is certainly some land units still constrained by limiting faktors such as low soil pH, drainage, nutrient retention, rooting depth and soil texture. The limiting faktor is still possible to be repaired except as soil texture. Development of crop farming region is divided into several clusters each cluster region consists of several blocks or land units that reflect the grouping location. Cluster cluster region is Bukit Padi, Telaga Dungun, Pasiran, Mampok, Teluk Bayur, Risan, Padang Melang, Talipuk, Dapit, Air Jenang Air Semawang, Batu Berapit, Kelikai, Air Tengah-Gunung Kuta.Tujuan dari kajian ini adalah melakukan analiisis biofisik lahan khususnya kesuburan lahan, ketersediaan sumberdaya air dan kesesuaian lahan untuk pengembangan pertanian tanaman pangan di Pulau Jemaja. Metoda yang digunakan dalam studi ini adalah survey lapang dengan sampling tanah dengan metoda grid. Hasil kajian menunjukkan bahwa kesuburan tanah dibeberapa lokasi kajian menunjukkan kesuburan tanahnya mempunyai kandungan hara sedang hingga tinggi meskipun dibeberapa satuan lahan ada yang masih terkenda retensi hara. Tekstur pasir juga menjadi kendala pengembangan pada beberapa blok satuan lahan sehingga lokasi yang bertekstur pasir tidak layak. Ketersediaan air permukaan dengan adanya beberapa sungai dan juga adanya Bendung Dapit merupakan dukungan bagi lahan untuk pengembangan padi sawah dengan irigasi teknis. Dari luasan wilayah yang dikaji yaitu sekitar 700 Ha yang berada di pulau Jemaja, kawasan ini siap dikembangkan menjadi kawasan pertanian tentunya dibeberapa satuan lahan masih terkendala oleh faktor pembatas seperti pH tanah yang rendah, drainase, retensi hara, kedalaman perakaran dan tekstur tanah. Faktor pembatas masih memungkinkan untuk diperbaiki kecuali seperti tekstur tanah. Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan ini dibagi dalam beberapa klaster wilayah yang masing masing klaster terdiri dari beberapa blok atau satuan lahan yang mencerminkan pengelompokan lokasi. Klaster klaster wilayah tersebut adalah Bukit Padi, Telaga Dungun, Pasiran, Mampok, Bayur Selubung, Risan, Padang Melang, Talipuk, Dapit, Air Jenang Air Semawang, Batu Berapit Air Dalam, Kelikai, Air Tengah-Gunung Kuta.Keywords: soil fertility, irrigation, land suitability
STUDI KESUBURAN TANAH DAN ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK KOMODITAS TANAMAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BENGKALIS Soewandita, Hasmana
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 10 No. 2 (2008)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.049 KB) | DOI: 10.29122/jsti.v10i2.796

Abstract

Soil fertility is important factor for land management to develop agriculture commodities. With the information of soil fertility condition, then land potension for agriculture plant can beknown. Nutrient content in soil and information of land ecology characteristics, then limited factor of plant growth can be soluted with an exact fertilizing doze, amelioration treatment,drainage/irrigation etc. Soil characteristic in Bengkalis District, Soil acidity (pH) is high acid. This condition has influence to cations so difficult to exchange, cation exchane capacity (KTK) is low. Inspite of that, macro nutrient e.g total N, K2O and P2O5 are fluctuative. Analysis of land suitability for plantation plant commodity development show that land has moderately suitable (S2), marginally suitable (S3) and not suitable (N). Land area with S3 classification has greater area than S2 and N classification.
STUDI DINAMIKA KUALITAS AIR DAS CILIWUNG Soewandita, Hasmana; Sudiana, Nana
Jurnal Air Indonesia Vol. 6 No. 1 (2010): Jurnal Air Indonesia
Publisher : Center for Environmental Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.798 KB) | DOI: 10.29122/jai.v6i1.2449

Abstract

Ciliwung River which has upstream in Bogor, while downstream in Jakarta presence has very important role for the region in its path. Positive role of the river for the public interest in this area include the need of clean water sources, irrigation / agriculture, industry and others. Conversely Ciliwung River is also a source of flood disaster in Jakarta. Will consider its use, the risk of disaster resources and environmental burdens are received by the waters and the water catchment area is very large, then the existence of river quality should be monitored both the water catchment conditions or water quality. For future purposes, it would require a management with specific deadlines (5 th, 10 th, 15 th) and targets based on the quality of the water quality standards (BMA) class III, II and I. The results of the current monitoring parameters BOD, COD, fecal Coli, Coliform has a value above the threshold of water quality standards specified. While DO in the downstream segment has a value below the water quality standards. Other parameters such as pH, TSS and nitrogen have a greater trend downstream, but the value of the water quality is still under water quality standards that are targeted. Keywords: Water quality, Water Quality standards, Ciliwung river.