AbstractMelihat adanya krisis dalam penafsiran ayat-ayat sifat-sifat Allah, seperti kesamaran dan ketidakjelasan tentang sebab terjadinya konflik dan perbedaan tafsir dalam permasalahan tauhid asma' wa sifat menjadi latar belakang peneliti untuk meneliti akan hal ini. Seperti pada penafsiran pada ayat-ayat Mutasyabih yang lumayan fenomenal seperti penafsiran tentang Istiwa', Al-Wajh, Al-Yadd dan selainnya. Penelitian ini bersifat kepustakaan (librart research) yang didasarkan pada Tafsir Hidayatul Insan Bi Tafsir Alquran karya Abu Yahya Marwan bin Musa sebagai data sumber primer, dan kitab-kitab lain yang mendukung dan terkait dengan pembahasan sebagian data sekunder. Berdasarkan hasil penelitian kepustakaan yang penulis lakukan, dapat diketahui terdapat perbedaan yang signifikan antara penafsiran Abu Yahya Marwan bin Musa dengan penafsiran-penafsiran sebagian mufassir lainnya, yaitu bahwa penafsiran Abu Yahya Marwan bin Musa terhadap ayat-ayat sifat Allah adalah dengan menafsirkan ayat-ayat sifat Allah sesuai dengan dzohir (tekstual lafadz) ayat tersebut saja, tanpa melakukan "Takwil" ataupun "Tafwidh". Penafsiran Marwan bin Musa tentang Sifat Al-Kalam, bahwasanya Allah mempunyai Sifat Al-Kalam yaitu Allah berbicara dengan huruf dan suara sesuai dengan kesempurnaan dan keesaanNya, juga tidak sama dengan sifat mahkluk. Juga perbedaan yang sangat mencolok dalam penafsiran Marwan bin Musa dalam Tafsir Hidayatul Insan bi Tafsir Alquran tentang Sifat Mukhalafatu lil Hawadist, bahwasanya tidak sama seperti mahkluk sama sekali.Kata Kunci: Asma' Wa Sifat, Istiwa', Al-Wajh, Al-Yadd, Takwil, The Qur'an