Masa Remaja merupakan masa transisi antara masa kanak – kanak dan masa dewasa, dan melibatkan perubahan fisik maupun emosional, seiring meningkatnya kemandirian dan semakin banyaknya pilihan pribadi. Salah satunya adalah pilihan makanan yang akan berdampak pada asupan dan status gizi. Prevalensi gizi lebih relatif lebih tinggi pada remaja perempuan (1,5%) dibanding dengan remaja laki-laki (1,3%). Sedangkan Provinsi dengan prevalensi gemuk tertinggi adalah DKI Jakarta (4,2%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara aktfitas fisik dan kebiasaan konsumsi makanan fast food dengan status gizi lebih remaja di SMA Labschool Kebayoran Baru Tahun 2016. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel diambil dengan teknik accidental sampling sebanyak 111 responden. Analisis dilakukan secara bivariat melalui uji chi-square. Sebanyak 58,6% siswa mengalami status gizi lebih. Hasil uji bivariat menunjukan bahwa adanya hubungan antara Umur (p=0,0005), Jenis Kelamin (p=0,038), Pendidikan Ibu (p=0,0005), Pekerjaan Ibu (p=0,0005), Pekerjaan Ayah (p=0,025), Keibasaan Olahraga (p=0,0005), Kebiasaan Konsumsi Fast Food (p=0,0005) dengan Status Gizi Lebih pada remaja (p ≤ 0,05). Saran untuk pihak sekolah, puskesmas dan keluarga yaitu mengadakan sosialisasi mengenai pedoman umum gizi seimbang (PUGS) mengenai porsi makan dan bahan makanan yang baik, serta sesuai untuk dikonsumsi oleh remaja dengan kerangka penyuluhan yang modern dan menggunakan berbagai istilah yang dekat dengan kehidupan remaja sehari – hari agar pesan mudah dipahami dan membuat siswa tertarik untuk menjalani PUGS terutama di Sekolah. Selain itu, OSIS, UKS dan PMR SMA Labschool Kebayoran Baru dapat melakukan kegiatan “sadar gizi” yang didalamnya terdapat kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan gizi dan aktivitas fisik serta juga dapat membuat majalah dinding (mading) tiap bulannya yang bertemakan gizi dan kesehatan jasmani. Kata kunci: Aktivitas Fisik, Fast Food, Status Gizi