Articles
Penalaran Siswa Laki-laki dan Perempuan dalam Proses Pembelajaran Matematika
Pipit Firmanti
HUMANISMA : Journal of Gender Studies Vol 1, No 2 (2017): Juli-Desember 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (444.862 KB)
|
DOI: 10.30983/jh.v1i2.220
Abstrak Dalam matematika proses bernalar menjadi salah satu komponen penting yang perlu diasah karena penalaran dapat berguna dalam memecahkan masalah yang tidak hanya bersifat matematis namun juga berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan bernalar seseorang dapat mencari penyelesaian dari masalah yang sedang dihadapinya. Proses penalaran dalam pembelajaran matematika dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya perbedaan jenis kelamin terutama dalam cara menyelesaikan masalah matematika dan penarikan kesimpulan. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa perempuan tidak cukup berhasil mempelajari matematika dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu perempuan hampir tidak pernah mempunyai ketertarikan yang menyeluruh pada soal-soal teoritis seperti laki-laki. Namun di lain pihak, tidak sedikit siswa perempuan yang memiliki keberhasilan dalam kemampuan matematika. Hal ini dipengaruhi oleh penalaran mereka masing-masing. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menganalisis beberapa hasil penelitian tentang penalaran siswa laki-laki dan perempuan dalam pembelajaran matematika. Metodologi yang digunakan adalah studi kepustakaan. Makalah ini menemukan bahwa penalaran siswa perempuan dan laki-laki cenderung berbeda. Siswa laki-laki menggunakan penyelesaian yang lebih fleksibel dibandingkan perempuan. Sedangkan dalam penarikan kesimpulan siswa perempuan lebih cermat dan teliti serta cakap dalam mengkomunikasikan ide yang diperolehnya.
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Search Solve Create and Share Di Kelas VIII Putri Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia
Rahmatal Karima;
Aniswita Aniswita;
Pipit Firmanti
JURING (Journal for Research in Mathematics Learning) Vol 2, No 3 (2019)
Publisher : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (373.935 KB)
|
DOI: 10.24014/juring.v2i3.7746
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi dan cara siswa menyelesaikan soal pemecahan masalah yang diberikan guru. Keterampilan dalam memecahkan masalah matematika yang dimiliki siswa masih sangat kurang. Untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran Search Solve Create and Share. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran Search Solve Create and Share. Adapun jenis penelitian ini yaitu penelitian pra eksperimen dengan rancangan penelitian The Static Group Comparison: Randomized Control- Group Only Design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII Putri Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia dengan kelas VIII 5 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII 6 sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian diperoleh dari 28 siswa terdapat 53,6% siswa termasuk kategori baik sekali, 17,8% siswa kategori baik, 14,3% kategori cukup dan 14,3% kategori kurang. Adapun diperoleh thitung = 3,16 sehingga kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran Search Solve Create and Share lebih baik dari konvensional.
Changes in the Mathematics Learning Process During the Covid-19 Pandemic at Junior High School in Bukittinggi
Pipit Firmanti;
Fauzi Yuberta
Jurnal Educative: Journal of Educational Studies Vol 6, No 1 (2021): June 2021
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30983/educative.v6i1.4459
The spread of Covid-19 has affected every sector, including education. The learning process that used to take place in the classroom has now become virtualized. However, this exacerbates pupils' difficulties in learning mathematics, which they previously considered challenging even in offline learning activities. To deal with this challenge, it is vital to describe alterations in the learning process under this pandemic situation. This qualitative research was carried out through interviews and questionnaires. The participants were seven teachers and seven students from various junior high schools in Bukittinggi with varying accreditation. Structured interviews, both online and in-person, were used to collect data. The result shows that students could understand the subject better before the pandemic. During the pandemic, the percentage of students who understood the material learning decreased by 10%. However, the percentage of people who use online media as a learning resource has increased by 50%. Overall, the assessment done by teachers on the cognitive aspects of a pandemic by Minimum Completeness Criteria (MCC) remains at 75. In the future, there will be a trend toward the use of e-learning and the development of technology-based learning media in the classroom.Penyebaran wabah Pandemi Covid-19 telah berdampak pada semua sektor termasuk pendidikan. Proses pembelajaran yang awalnya berlangsung tatap muka sekarang beralih secara virtual. Padahal sebelum pembelajaran daring dimulai, siswa masih kesulitan dalam mempelajari matematika. Oleh karena itu, mendeskripsikan perubahan apa saja yang ada selama proses pembelajaran daring penting dilakukan untuk mengatasi masalah ini Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana sampel diambil adalah tujuh orang guru dan tujuh orang siswa SMP/MTsN dari sekolah yang memiliki akreditasi berbeda di Bukittinggi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terstruktur via online dan tatap muka. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sebelum pandemi. Persentase dalam pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan guru turun sebanyak 10 % selama pandemi. Sebaliknya, persentase dalam penggunaan media online sebagai sumber belajar meningkat sebanyak 50 %. Secara keseluruhan, penilaian yang dilakukan guru cenderung pada aspek kognitif selama pandemi dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) tetap 75. Dimasa yang akan datang, akan ada tren penggunaan e-learning di sekolah dan pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi.
PENERAPAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR MAHASISWA PMTK IAIN BUKITTINGGI
Pipit Firmanti;
Fauzi Yuberta
Jurnal Numeracy Vol 6 No 1 (2019)
Publisher : Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Getsempena
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (421.267 KB)
|
DOI: 10.46244/numeracy.v6i1.423
Education aims to educate the next generation of the progress of a nation. Quality teachers will form a smart generation. The faculty of tarbiyah IAIN Bukitinggi is an institution that prints teacher graduates. Therefore, prospective teacher students especially in mathematics education (ME) need to be prepared for their competence to become professional teachers. One of them is by implementing Lesson Study in the Micro Teaching class. This research is a qualitative-descriptive. The instruments used are the observation method with the competency scoring rubric for preparing lesson plans and teaching skills. This research was conducted on ten participants who took microteaching courses. The application of lesson study to prospective teacher students in the microteaching class is carried out according to the stages in Lesson Study, namely plan, do, and see. The results of the study showed that the competency in preparing lesson plan and the teaching ability of prospective teacher students in the microteaching class experienced an increase in the average value. This is also supported by the response of prospective teacher students about the highest implementation of Lesson Study in the LS item can improve the skills of opening and closing lessons by 37 or 92.5%. The lowest score found in LS items can improve the skill of compiling assessment instruments by 27 or 67.5%. Abstrak Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan generasi penerus demi kemajuan suatu bangsa. Guru yang memiliki kompetensi bagus akan berperan dalam pembentukan generasi cerdas. Fakultas Tarbiyah IAIN Bukitinggi merupakan salah satu kampus yang mencetak lulusan keguruan. Oleh karena itu, mahasiswa calon guru khususnya program studi pendidikan matematika (PMTK) perlu diberikan pembekalan untuk menjadi guru yang profesional.Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan Lesson Study pada kelas Micro Teaching. Penelitian ini bersifat kualitatif-deskriptif yang menggunakan instrumen berupa observasidan rubrik penskoran kompetensi menyusun RPP serta kemampuan mengajar. Penelitian ini dilakukan pada sepuluh orang mahasiswa calon guru matematika yang mengambil mata kuliah micro teaching di IAIN Bukittinggi. Penerapan lesson study pada mahasiswa PMTK di kelas microteaching dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu plan,do, dan see. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi menyusun RPP dan kemampuan mengajar mahasiswa calon guru di kelas microteaching mengalami peningkatan nilai rata-rata. Hal ini juga didukung oleh respon mahasiswa calon guru tentang penerapan Lesson Study tertinggi terdapat pada item LS dapat meningkatkan keterampilan membuka dan menutup pelajaran sebesar 37 atau 92,5 %. Skor terendah terdapat pada item LS dapat meningkatkan keterampilan menyusun instrumen penilaian sebesar 27 atau 67,5 %. Kata kunci: Lesson Study, Kemampuan Mengajar, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah dengan Efikasi Diri Siswa SMAN 1 Banuhampu
Pipit Firmanti;
Doni Ardia Putra;
Sri Cantika Padang
Lattice Journal : Journal of Mathematics Education and Applied Vol 1, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Rumah Jurnal IAIN Bukittinggi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (288.504 KB)
|
DOI: 10.30983/lattice.v1i2.5087
Problem solving which is an important component in mathematics contributes to the development of the times. However, this ability is still not fully mastered by students. Therefore, there needs to be further research related to the causes of the low problem solving ability of students. One of them is self-confidence (self-efficacy). The purpose of this study was to describe the problem solving ability and self-efficacy of students and to see the relationship between the two. The method used is descriptive qualitative. The research subjects taken were 34 students of class XI MIPA 1 at SMAN 1 Banuhampu. In this study, there were two instruments used were self-efficacy questionnaires with problem-solving ability tests. The analysis shows that (1) there are still students who cannot work on the questions given by leaving the answers blank (2) Between problem solving and self-efficacy has a very weak or very low correlation where r = 0.0094. (3) Almost all students have good self-efficacy which is at a fairly low to high level. Pemecahan masalah yang merupakan komponen penting dalam matematika turut andil dalam perkembangan zaman. Namun, kemampuan ini masih belum sepenuhnya dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu, perlu ada penelitian lanjutan terkait penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa. Salah satunya adalah kepercayaan diri (efikasi diri). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah dan self efikasi siswa serta melihat hubungan di antara keduanya. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yang diambil adalah 34 siswa kelas XI MIPA 1 di SMAN 1 Banuhampu. Dalam penelitian ini terdapat dua instrumen yang digunakan yaitu angket efikasi diri dan tes kemampuan pemecahan masalah. Analisis menunjukkan bahwa (1) masih ada siswa yang tidak dapat mengerjakan soal yang diberikan dengan mengosongkan jawaban, (2) antara pemecahan masalah dengan self-efficacy memiliki korelasi yang sangat lemah atau sangat rendah dimana . (3) Hampir semua siswa memiliki efikasi diri yang bagus dimana berada pada level cukup rendah hingga tinggi.
Changes in the Mathematics Learning Process During the Covid-19 Pandemic at Junior High School in Bukittinggi
Pipit Firmanti;
Fauzi Yuberta
Jurnal Educative: Journal of Educational Studies Vol 6, No 1 (2021): June 2021
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (370.872 KB)
|
DOI: 10.30983/educative.v6i1.4459
The spread of Covid-19 has affected every sector, including education. The learning process that used to take place in the classroom has now become virtualized. However, this exacerbates pupils' difficulties in learning mathematics, which they previously considered challenging even in offline learning activities. To deal with this challenge, it is vital to describe alterations in the learning process under this pandemic situation. This qualitative research was carried out through interviews and questionnaires. The participants were seven teachers and seven students from various junior high schools in Bukittinggi with varying accreditation. Structured interviews, both online and in-person, were used to collect data. The result shows that students could understand the subject better before the pandemic. During the pandemic, the percentage of students who understood the material learning decreased by 10%. However, the percentage of people who use online media as a learning resource has increased by 50%. Overall, the assessment done by teachers on the cognitive aspects of a pandemic by Minimum Completeness Criteria (MCC) remains at 75. In the future, there will be a trend toward the use of e-learning and the development of technology-based learning media in the classroom.Penyebaran wabah Pandemi Covid-19 telah berdampak pada semua sektor termasuk pendidikan. Proses pembelajaran yang awalnya berlangsung tatap muka sekarang beralih secara virtual. Padahal sebelum pembelajaran daring dimulai, siswa masih kesulitan dalam mempelajari matematika. Oleh karena itu, mendeskripsikan perubahan apa saja yang ada selama proses pembelajaran daring penting dilakukan untuk mengatasi masalah ini Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana sampel diambil adalah tujuh orang guru dan tujuh orang siswa SMP/MTsN dari sekolah yang memiliki akreditasi berbeda di Bukittinggi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terstruktur via online dan tatap muka. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sebelum pandemi. Persentase dalam pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan guru turun sebanyak 10 % selama pandemi. Sebaliknya, persentase dalam penggunaan media online sebagai sumber belajar meningkat sebanyak 50 %. Secara keseluruhan, penilaian yang dilakukan guru cenderung pada aspek kognitif selama pandemi dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) tetap 75. Dimasa yang akan datang, akan ada tren penggunaan e-learning di sekolah dan pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi.
Penalaran Siswa Laki-laki dan Perempuan dalam Proses Pembelajaran Matematika
Pipit Firmanti
HUMANISMA : Journal of Gender Studies Vol 1, No 2 (2017): December 2017
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (445.006 KB)
|
DOI: 10.30983/jh.v1i2.220
Abstrak Dalam matematika proses bernalar menjadi salah satu komponen penting yang perlu diasah karena penalaran dapat berguna dalam memecahkan masalah yang tidak hanya bersifat matematis namun juga berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Dengan bernalar seseorang dapat mencari penyelesaian dari masalah yang sedang dihadapinya. Proses penalaran dalam pembelajaran matematika dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya perbedaan jenis kelamin terutama dalam cara menyelesaikan masalah matematika dan penarikan kesimpulan. Banyak pendapat yang mengatakan bahwa perempuan tidak cukup berhasil mempelajari matematika dibandingkan dengan laki-laki. Selain itu perempuan hampir tidak pernah mempunyai ketertarikan yang menyeluruh pada soal-soal teoritis seperti laki-laki. Namun di lain pihak, tidak sedikit siswa perempuan yang memiliki keberhasilan dalam kemampuan matematika. Hal ini dipengaruhi oleh penalaran mereka masing-masing. Penulisan makalah ini bertujuan untuk menganalisis beberapa hasil penelitian tentang penalaran siswa laki-laki dan perempuan dalam pembelajaran matematika. Metodologi yang digunakan adalah studi kepustakaan. Makalah ini menemukan bahwa penalaran siswa perempuan dan laki-laki cenderung berbeda. Siswa laki-laki menggunakan penyelesaian yang lebih fleksibel dibandingkan perempuan. Sedangkan dalam penarikan kesimpulan siswa perempuan lebih cermat dan teliti serta cakap dalam mengkomunikasikan ide yang diperolehnya.
Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah dengan Efikasi Diri Siswa SMAN 1 Banuhampu
Pipit Firmanti;
Doni Ardia Putra;
Sri Cantika Padang
Lattice Journal : Journal of Mathematics Education and Applied Vol 1, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30983/lattice.v1i2.5087
Problem solving which is an important component in mathematics contributes to the development of the times. However, this ability is still not fully mastered by students. Therefore, there needs to be further research related to the causes of the low problem solving ability of students. One of them is self-confidence (self-efficacy). The purpose of this study was to describe the problem solving ability and self-efficacy of students and to see the relationship between the two. The method used is descriptive qualitative. The research subjects taken were 34 students of class XI MIPA 1 at SMAN 1 Banuhampu. In this study, there were two instruments used were self-efficacy questionnaires with problem-solving ability tests. The analysis shows that (1) there are still students who cannot work on the questions given by leaving the answers blank (2) Between problem solving and self-efficacy has a very weak or very low correlation where r = 0.0094. (3) Almost all students have good self-efficacy which is at a fairly low to high level. Pemecahan masalah yang merupakan komponen penting dalam matematika turut andil dalam perkembangan zaman. Namun, kemampuan ini masih belum sepenuhnya dikuasai oleh siswa. Oleh karena itu, perlu ada penelitian lanjutan terkait penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa. Salah satunya adalah kepercayaan diri (efikasi diri). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah dan self efikasi siswa serta melihat hubungan di antara keduanya. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian yang diambil adalah 34 siswa kelas XI MIPA 1 di SMAN 1 Banuhampu. Dalam penelitian ini terdapat dua instrumen yang digunakan yaitu angket efikasi diri dan tes kemampuan pemecahan masalah. Analisis menunjukkan bahwa (1) masih ada siswa yang tidak dapat mengerjakan soal yang diberikan dengan mengosongkan jawaban, (2) antara pemecahan masalah dengan self-efficacy memiliki korelasi yang sangat lemah atau sangat rendah dimana . (3) Hampir semua siswa memiliki efikasi diri yang bagus dimana berada pada level cukup rendah hingga tinggi.
Changes in the Mathematics Learning Process During the Covid-19 Pandemic at Junior High School in Bukittinggi
Pipit Firmanti;
Fauzi Yuberta
Jurnal Educative: Journal of Educational Studies Vol. 6 No. 1 (2021): June 2021
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.30983/educative.v6i1.4459
The spread of Covid-19 has affected every sector, including education. The learning process that used to take place in the classroom has now become virtualized. However, this exacerbates pupils' difficulties in learning mathematics, which they previously considered challenging even in offline learning activities. To deal with this challenge, it is vital to describe alterations in the learning process under this pandemic situation. This qualitative research was carried out through interviews and questionnaires. The participants were seven teachers and seven students from various junior high schools in Bukittinggi with varying accreditation. Structured interviews, both online and in-person, were used to collect data. The result shows that students could understand the subject better before the pandemic. During the pandemic, the percentage of students who understood the material learning decreased by 10%. However, the percentage of people who use online media as a learning resource has increased by 50%. Overall, the assessment done by teachers on the cognitive aspects of a pandemic by Minimum Completeness Criteria (MCC) remains at 75. In the future, there will be a trend toward the use of e-learning and the development of technology-based learning media in the classroom.Penyebaran wabah Pandemi Covid-19 telah berdampak pada semua sektor termasuk pendidikan. Proses pembelajaran yang awalnya berlangsung tatap muka sekarang beralih secara virtual. Padahal sebelum pembelajaran daring dimulai, siswa masih kesulitan dalam mempelajari matematika. Oleh karena itu, mendeskripsikan perubahan apa saja yang ada selama proses pembelajaran daring penting dilakukan untuk mengatasi masalah ini Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana sampel diambil adalah tujuh orang guru dan tujuh orang siswa SMP/MTsN dari sekolah yang memiliki akreditasi berbeda di Bukittinggi. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terstruktur via online dan tatap muka. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: siswa lebih mudah memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru sebelum pandemi. Persentase dalam pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan guru turun sebanyak 10 % selama pandemi. Sebaliknya, persentase dalam penggunaan media online sebagai sumber belajar meningkat sebanyak 50 %. Secara keseluruhan, penilaian yang dilakukan guru cenderung pada aspek kognitif selama pandemi dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) tetap 75. Dimasa yang akan datang, akan ada tren penggunaan e-learning di sekolah dan pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi.