Engine of gillnetter at Pangandaran Fish Landing Base are still exist using multipurpose engine as propulsion machine, because the price is affordable, easy to maintain and to get the spare parts to repair the machine. The purpose of the study are to identify the value of noise generated by the multipurpose engine when operated, and determine the feasibility of multipurpose engine as a propulsion machine on a gillnetter, from the noise level generated. The research was applied case study method, on 10 gillnetter that are use multipurpose engine as propulsion machine. The results showed that, the noise value generated by gillnetter in Pangandaran ranges from 66 to 74 dB with an average 64,4 to 73,2 dB. The noise value generated by multipurpose engine for 4 continues hours was not exceed the noise intensity of the Threshold Limit Value (TLV), which was 88 dB, so that the multipurpose engine are suitable to be used as a propulsion machine on a gillnetter. Mesin perahu gillnet di Pangkalan Pendaratan Ikan Pangandaran masih ada yang menggunakan mesin serbaguna sebagai mesin penggerak, hal ini disebabkan oleh harganya yang terjangkau, mudah dalam perawatan dan mudah dalam perolehan “spare part” untuk perbaikan mesin. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi nilai kebisingan yang dihasilkan oleh mesin serbaguna saat dioperasikan dan menentukan kelayakan mesin serbaguna sebagai alat penggerak kapal pada perahu gillnet, ditinjau dari tingkat kebisingan yang dihasilkan. Metode yang digunakan yaitu studi kasus, pada 10 unit perahu gillnet yang masih menggunakan mesin serbaguna. Berdasarkan hasil penelitian, nilai kebisingan yang dihasilkan oleh perahu gillnet di Pangandaran berkisar dari 66-74 dB dengan rata-rata 64,4-73,2 dB. Nilai kebisingan yang dihasilkan oleh mesin serbaguna selama 4 jam kontinyu berada di bawah nilai ambang batas (NAB) kebisingan yaitu 88 dB sehingga mesin serbaguna layak digunakan sebagai alat penggerak kapal pada perahu gillnet.