Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

MOTIF AKTOR PERPARKRIAN DI KAWASAN PANTAI GANDORIAH KOTA PARIAMAN Siska Ramadhanny; Sarbaitinil Sarbaitinil; Ikhsan Muharma Putra
Puteri Hijau : Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 7, No 1 (2022): Puteri Hijau: Jurnal Pendidikan Sejarah
Publisher : Department of History Education, Faculty of Social Science, Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/ph.v7i1.34609

Abstract

Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang sifatnya sementara karena ditinggal pengemudinya. Parkir bisa berupa parkir kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor. Permasalahannya adalah perubahan sistem parkir dari konvensional menjadi sistem elektronik/portal, dimana juru parkir tidak lagi memungut  secara langsung retribusi kepada pengunjung yang datang, hal ini mengakibatkan berkurangnya kerja juru parkir yang biasanya memberikan karcis kepada pengunjung secara langsung tetapi sekarang pekerjaan ini digantikan oleh petugas retribusi yang berdiri di pintu masuk pantai Gandoriah, namun juru parkir tetap berada dan beraktifitas dilahan parkir tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Motif Aktor Perparkiran di Kawasan Pantai Gandoriah Kota Pariaman. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fenomenologi yang dikemukakan oleh Alfred Schutz. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi non partisipan, wawancara mendalam dan studi dokumen. Sementara itu unit analisis yang digunakan adalah individu dengan analisis data Milles dan Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Motif Aktor Perparkiran di Kawasan Pantai Gandoriah Kota Pariaman adalah adanya aktor-aktor yang terlibat di dalam masyarakat juru parkir, petugas pengawas parkir dan petugas retribusi dan mereka tetap  bertahan disana walaupun ada perubahan sistem parkir dari konvensional menjadi sistem elektronik. Hal itu disebabkan oleh orientasi dari dalam dirinya sendiri, maka orientasi tersebut dapat kita kelompokkan menjadi because motif dan in order to motif. 
IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN REHABILITASI ANAK JALANAN OLEH LEMBAGA PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL (LPKS) KASIH IBU KOTA PADANG Sri Rahmadalina Putri; Ikhsan Muharma Putra; Erningsih Erningsih
SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya Vol 24 No 2 (2022): SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial dan Budaya
Publisher : Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/sosiologi.v24i2.354

Abstract

Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) berperan penting dalam membantu pelayanan kesejahteraan sosial anak yang mengedepankan hak dan perlindungan yang seharusnya anak dapatkan. salah satu hal yang dilakukan yaitu memberikan pelayanan rehabilitasi terhadap anak jalanan dengan memberikan program-program yang berdampak baik bagi perubahan kehidupan anak. Tujuan dari penelitian adalah untuk Menganalisis implementasi program pelayanan rehabilitas anak jalanan oleh Lembaga Penyelenggaran Kesejahteraan sosial (LPKS) Kasih Ibu Kota Padang. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Struktural Fungsional yang dikemukakan oleh Talcot Parson. Penelitian dilakukan di LPKS Kasih Ibu Balai Gadang, Kec. Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskripstif. Penarikan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling, Metode pengumpulan data dalam penelitian ini diawali dengan observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen. Teknik analisis data dalam penelitian dapat dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu, pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi program pelayanan rehabilitasi anak jalanan yang dilakukan oleh Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) Kasih Ibu Kota Padang sudah dilakukan dengan baik dan dikatakan berhasil. Dengan adanya program rehabilitasi untuk anak jalanan itu bisa membuat anak jalanan berubah menjadi lebih baik. Bentuk program rehabilitasi anak jalanan yang ada di LPKS Kasih Ibu diantaranya: 1) Program Pendidikan, 2) Program keterampilan dasar, 3) Program keagamaan. dan 4) Program kebersihan.
Kendala Penyaluran Rumah Nelayan di Kampung Padang Rubiah Nagari Kambang Barat Kecamatan Lengayang Kebupaten Pesisir Selatan Mela Wiwinda; Sri Rahayu; Ikhsan Muharma Putra
JETISH: Journal of Education Technology Information Social Sciences and Health Vol 1, No 1 (2022): October 2022
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.798 KB) | DOI: 10.57235/jetish.v1i1.76

Abstract

AbstrakWilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara daratan dan lautan. Wilayah pesisir yang berkembang menjadi kawasan pemukiman adalah salah satu hal yang sangat kompleks, dimana selain aspek sosial, ekonomi, aspek-aspek budaya dan politik masyarakat juga akan ikut terlibat. Pemukiman yang letaknya tepat berada di bibir pantai ini adalah kampung yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Pemukiman nelayan adalah perkampungan yang mendiami daerah kepulauan, sepanjang pesisir termasuk danau dan sepanjang aliran sungai. Penduduk yang tinggal di kampung nelayan memiliki karakteristik berupa masyarakat tradisional dengan kondisi sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan yang relatif terbatas. Kondisi sosial masyarakat kampung nelayan yang seperti ini membuat mereka sulit untuk mendapatkan kebutuhan bermukim yang memadai. Bahkan masyarakat kampung nelayan cenderung menjadi subyek yang menanggung permasalahan yang terdapat di lingkungan tempat tinggal mereka. Hal ini terjadi di karenakan beberapa faktor, yaitu rendahnya pengetahuan dan lemahnya ekonomi sehingga aktivitas mereka juga sering menyebabkan tekanan terhadap lingkungan kampung nelayan yang berlanjut pada kerusakan pada ekosistem yang ada disana. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (baik makanan maupun nom makanan). Garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS adalah jumlah pengeluaran yang dibutuhkan oleh setiap individu untuk dapat memenuhi kebutuhan makanan setara dengan 2100 kalori per orang per hari dan kebutuhan nonmakanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang berkembang. Dilihat dari bulan September tahun 2019 negara indonesia memiliki persentase penduduk miskin sebesar 9,22 %, menurun 0,19% terhadap Maret 2019 dan menurun 0,44% terhadap September 2018. Sedangkan jumlah penduduk miskin pada September 2019 sebesar 24,79 juta orang, menurun 0,36 juta orang terhadap Maret 2019 dan menurun 0,88 juta orang terhadap September 2019.Kata Kunci: Kendala, Rumah, Nelayan AbstractThe coastal area is an area where land and sea meet. The coastal area that develops into a residential area is one of the most complex things, where in addition to social, economic, cultural and political aspects, the community will also be involved. This settlement, which is located right on the beach, is a village where the majority of the population makes a living as fishermen. Fishermen's settlements are villages that inhabit island areas, along the coast including lakes and along rivers. People who live in fishing villages have the characteristics of a traditional society with socio-economic conditions and relatively limited educational background. The social conditions of the fishing village community like this make it difficult for them to get adequate housing needs. Even the fishing village community tends to be the subject who bears the problems in the environment where they live. This happens due to several factors, namely low knowledge and weak economy so that their activities also often cause pressure on the fishing village environment which continues to damage the ecosystem there. According to the Central Statistics Agency (BPS) poverty is an individual's inability to meet the minimum basic needs for a decent life (both food and non-food items). The poverty line set by BPS is the amount of expenditure needed by each individual to be able to meet food needs equivalent to 2100 calories per person per day and non-food needs consisting of housing, clothing, health, education, transportation, and various other goods and services. Indonesia is one of the developing countries. Judging from September 2019 the country of Indonesia had a percentage of poor people of 9.22%, decreased by 0.19% against March 2019 and decreased by 0.44% against September 2018. While the number of poor people in September 2019 was 24.79 million people, decreased by 0.36 million people against March 2019 and decreased by 0.88 million people against September 2019.Keywords: Fisherman, Settlement, Majority
Rationality Actions of KJA (Floating Net Cage) Workers After the Tubo Sulfur Disaster in Nagari Koto Malintang, Tanjung Raya District, Agam Regency Fadhila Rahma Purwanti; Irwan Irwan; Ikhsan Muharma Putra
AURELIA: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Indonesia Vol 2, No 1 (2023): January 2023
Publisher : CV. Rayyan Dwi Bharata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.57235/aurelia.v2i1.315

Abstract

The tubo sulfur disaster resulted in material and non-material losses for the people in Nagari Koto Malintang. The tubo sulfur disaster occurs every year so that people have to find new jobs so that their daily needs can be met. The purpose of this study was to analyze the rationality of KJA workers (floating net cages) after the tubo sulfur disaster in Nagari Koto Malintang, Tanjung Raya District, Agam Regency. The theory used in this study is the theory of rationality action put forward by Max Weber. This research was conducted in Nagari Koto Malintang, Tanjung Raya District, Agam Regency. This study used a qualitative research method with a descriptive research type. Withdrawal of informants was carried out using a purposive sampling technique, with the informants being people who live around Nagari Koto Malintang, Tanjung Raya District, Agam Regency. The data collection method in this study begins with document studies, interviews, and non-participant observations. Data analysis used the Milles and Huberman model which was carried out in several stages, namely data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of this study indicate that the people of Nagari Koto Malintang, Tanjung Raya District, Agam Regency, who experienced disaster pressure in the form of tubo sulfur, took actions to maintain the household economy, called rationality actions. The rationality of floating net cage workers is the act of clearing agricultural land, the actions of service workers as an act of rationality which includes working as a public transportation driver, travel driver and as a farmhand, and the act of taking advantage of those closest to them.