Dewi Sukarti
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Readiness of Study Programs in Achieving Superior Accreditation Ratings: An Analysis Using the CIPPO Evaluation Model Asyari, Hasyim; Sukarti, Dewi; Ratnaningsih, Sita; Azizah, Nurul Rizqi
TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society TARBIYA: JOURNAL OF EDUCATION IN MUSLIM SOCIETY | VOL. 10 NO. 2 2023
Publisher : Faculty of Education and Teacher Training, UIN (State Islamic University) Syarif Hidayatul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/tjems.v10i2.39885

Abstract

AbstractThis study explores the readiness of study programs to meet the nine-criteria policy set by the National Accreditation Agency for Higher Education (NAAHE/BAN-PT) in Indonesia and identifies strategies for achieving superior accreditation ratings. Using a qualitative case study approach, the research involved document analysis, observations, and in-depth interviews with fifteen key stakeholders. Data were analyzed through the CIPPO evaluation model. The findings reveal that: 1) the task force team meticulously prepared for the accreditation process across all stages; 2) effective coordination exists between university leaders, faculties, and study program teams; 3) accreditation criteria are clearly outlined with relevant and valid data; 4) all CIPPO elements are fulfilled, although student research integration remains suboptimal; 5) achieving superior accreditation enhances the university’s image and motivates further development in higher education, especially globally. Since the implementation of the nine-criteria policy in 2019, only one study program within the Ministry of Religion's Islamic Religious Universities has achieved superior accreditation, highlighting the significant challenges faced. Continuous improvement of the tridharma of higher education and expand cooperation both nationally and internationally.AbstrakPenelitian ini menggali kesiapan program studi dalam memenuhi kebijakan sembilan kriteria yang ditetapkan oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) di Indonesia dan mengidentifikasi strategi untuk mencapai peringkat akreditasi unggul. Dengan pendekatan studi kasus kualitatif, penelitian ini melibatkan analisis dokumen, observasi, dan wawancara mendalam dengan lima belas pemangku kepentingan kunci. Data dianalisis menggunakan model evaluasi CIPPO. Temuan mengungkapkan bahwa: 1) tim task force mempersiapkan proses akreditasi dengan teliti di semua tahap; 2) terdapat koordinasi efektif antara pimpinan universitas, fakultas, dan tim program studi; 3) kriteria akreditasi dijelaskan dengan jelas dengan data yang relevan dan valid; 4) semua elemen CIPPO terpenuhi, meskipun integrasi penelitian mahasiswa masih kurang optimal; 5) pencapaian akreditasi unggul meningkatkan citra universitas dan memotivasi pengembangan pendidikan tinggi lebih lanjut, khususnya di tingkat global. Sejak implementasi kebijakan sembilan kriteria pada tahun 2019, hanya satu program studi di lingkungan Perguruan Tinggi Agama Islam Kementerian Agama yang meraih akreditasi unggul, menyoroti tantangan signifikan yang dihadapi. Peningkatan kualitas tridharma perguruan tinggi dan memperluas kerja sama baik nasional maupun internasional.  How to Cite: Asy'ari, H., Sukarti, D., Ratnaningsih, S., Azizah, N.R., (2023).Readiness of Study Programs in Achieving Superior Accreditation Ratings: An Analysis Using the CIPPO Evaluation Model. TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society, 10(2), 237-250. doi:10.15408/tjems.v10i2.38392.
Legal Education on Women’s Property Inheritance Rights in South Sumatera Sukarti, Dewi; Asyari, Hasyim; Zulkifli, Zulkifli
AHKAM : Jurnal Ilmu Syariah Vol. 23 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Islam Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15408/ajis.v23i2.32921

Abstract

By and large, patrilineal societies still experience the unsolved problem of women’s property disinheritance. This article attempts to examine the role of legal education on female inheritance in transforming society regarding the issue in question. Based on a qualitative inquiry in Besemah society and two prominent universities in Palembang, South Sumatera, Indonesia, this article suggests that although the state laws have protected the rights of women to inheritance in various enactments, university students and society must be educated on the laws, the society’s rights in general and the law of inheritance in particular. Universities have the potential to influence society through the socalled three devotional services of highermeducation, namely education, research, and community services. As seen in campus curricula, students can be educated through classroom education, and society can be educated through community services. Debates at the academic level on inheritance problems in society should have been seen in academic journals, as there is a considerable gap between theories in classrooms and practices of society. Unfortunately, as shown in their curriculum and publications, universities in South Sumarera do not pay enough attention to property inheritance because it is not in students’ interests. In community service activities, universities have not advocated inheritance law to enhance people’s awareness of just inheritance practices, whereas universities are traditionally known as an agent of change. Thus, in this case, universities do not change society but are changed by society.  Artikel ini menunjukkan kurangnya pendidikan hukum mengenai waris perempuan menyebabkan tidak terpecahkannya persoalan waris Perempuan pada masyarakat patrilineal. Berdasarkan penelitian kualitatif pada Masyarakat Besemah dan dua universitas besar di Palembang, Sumarera Selatan, Indonesia, artikel ini menunjukkan bahwa walaupun negara sudah melindungi hak-hak waris perempuan dalam berbagai undang-undang, mahasiswa dan masyarakat perlu diberi pendidikan mengenai hukum, hak-hak masyarakat pada umumnya dan hukum waris pada khususnya. Universitas memiliki potensi untuk mempengaruhi masyarakat melalui Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Sebagaimana terlihat dalam kurikulum kampus, mahasiswa dapat dididik melalui pengajaran di ruang kelas dan masyarakat dididik melalui pengabdian kepada masyarakat. Perdebatan di tingkat akademik tentang persoalan waris di masyarakat semestinya terlihat di jurnal-jurnal ilmiah mengingat adanya kesenjangan yang dalam antara teori-teori yang diberikan di kelas dengan praktek-praktek masyarakat. Sayangnya, sebagaimana terlihat pada kurikulum dan publikasi mereka, universitas di Sumatera Selatan tidak menaruh cukup perhatian terhadap kewarisan karena tidak menjadi minat mahasiswa. Dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN), universitas tidak mengadvokasi hukum waris untuk meningkatkan kesadaran Masyarakat mengenai praktek waris yang adil, padahal universitas secara tradisional dikenal  sebagai sebuah agen perubahan. Jadi, dalam hal ini universitas tidak mengubah masyarakat, melainkan diubah oleh masyarakat.