Budi Iskandar
Universitas Pendidikan Indonesia

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pendampingan Orang Tua Terhadap Anak Usia Dini dalam Menggunakan Media Digital Budi Iskandar; Ernawulan Syaodih; Rita Mariyana
Jurnal Basicedu Vol 6, No 3 (2022): June Pages 3200-5500
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i3.2781

Abstract

Pasar media digital telah banyak menyasar anak usia dini sebagai terdampak. Pemandangan dimana anak cenderung lebih banyak berinteraksi dengan media digital menjadi hal lumrah. Penelitian terdahulu banyak memaparkan dampak negatif yang dapat mempengaruhi perkembangan anak usia dini jika akses terhadap media digital dilakukan tanpa pendampingan orang tua. Pendampingan dan pendidikan yang dilakukan orang tua dapat dikemas menjadi program yang disengaja dengan memanfaatkan media digital yang ada di rumah untuk digunakan bersama dengan anak usia dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya pendampingan yang dilakukan orang tua terhadap anak usia dini dalam penggunaan media digital. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah studi kasus terhadap orang tua yang memiliki anak usia dini 5-6 tahun di kabupaten Garut, dimana pengambilan data dilakukan melalui observasi dan wawancara untuk mencari tahu secara mendalam terkait upaya pendampingan orang tua terhadap anak usia dini dalam penggunakan media digital. Temuan dari penelitian ini menujukkan bahwa pendampingan dalam menggunakan media digital dilakukan dengan memilah dan memilih konten yang tepat, orang tua meluangkan waktu untuk melakukan pengawasan, menerapkan aturan yang konsisten dan melakukan  upaya-upaya kreatif dalam menggunakan media digital. Beberapa kendala muncul selama pendampingan seperti anak terlalu lama mengakses media digital serta kesibukan orang tua sehingga menghambat optimalisasi pendampingan.
PRAKTIK BERMAIN DALAM MENSTIMULASI KEMAMPUAN BERFIKIR SIMBOLIK ANAK USIA DINI Budi Iskandar; Vita Siti Zulaeha
VOX EDUKASI: Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan Vol 13, No 1 (2022): APRIL
Publisher : STKIP Persada Khatulistiwa Sintang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31932/ve.v13i1.1493

Abstract

ABSTRAKBerfikir simbolik anak usia dini merupakan kemampuan anak usia dini mepresentasikan imajinasi, fantasi dan hal-hal yang ada dalam pikirannya menjadi hal yang nyata menurut anak. Berfikir simbolik menjadi dasar kemampuan kognitif anak pada jenjang berikutnya. Kemampuan berfikir simbolik dapat distimulasi dengan kegiatan bermain misalnya bermain peran, menggambar bebas dan lain-lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan  stimulsi perkembangan kemampuan simbolik pada anak yang dapat dilakukan di ruang- ruang kelas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik  studi kepustakaan dimana data yang dibutuhkan dalam penelitian sepenuhnya berasal dari sumber-sumber terdahulu baik berupa artikel jurnal, buku dan sumber-sumber lainnya yang relevan.  Teknik analisis data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu, reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan bermain di PAUD efektif dalam menumbuhkan kemampuan berfikir simbolik anak dimana kegiatan berdasarkan pada minat dan potensi yang dimiliki. Pendidik berperan dalam menyajikan kegiatan bermain yang sesuai dengan pertumbuhan anak dan perlu memberikan kebebasan dalam anak menampilkan kemampuan memahami, mengungkapkan dan membuat karya sebagai hasil dari imajinasinya. Praktik bermain berupa kegiatan bernyanyi, melakukan gerak tubuh, bermain peran serta membuat kreasi dengan menuangkan imajinasi anak. Dengan demikian, anak akan merasa nyaman dan senang dalam melakukan permainan sehingga kemampuan berfikir simbolik anak dapat berkembang dengan baik.Kata Kunci: Berfikir simbolik, Bermain, Imajinasi, Anak usia dini, Perkembangan kognitif ABSTRACTSimbolic thinking in early childhood is the ability of early childhood to present their imagination, fantasy and things that are in their minds into real things from their point of view. Simbolic thinking is the basis of children's cognitive abilities at the next level. Simbolic thinking skills in early childhood can be stimulated by playing activities such as role playing, drawing and other playing activities. The purpose of this study is to describe the stimulation of the development of simbolic thinking skills that can be carried out in Early Childhood Education (ECE) classrooms. The research method uses a literature study. the data that are needed obtained from existing sources in the form of; books, theses, dissertations and journal articles. The results showed that playing activities that are based on their interests and potential in ECE are effective to stimulate development of simbolic thinking skills in early childhood. Educators play a role in presenting play activities that are in accordance with children's growth and need to provide freedom in children showing the ability to understand, express and create works as a result of their imagination. The practice of playing in the form of singing activities, doing body movements, role playing and making creations by pouring out children's imaginations. Thus, children will feel comfortable and happy in playing games so that children's symbolic thinking skills can develop well.Keywords: Simbolic thinking, Playing, Imagination, Early chilhood, cognitive development
Bermain Sambil Belajar: Konsepsi Guru dalam Mengelola Permainan Anak Usia Dini di PAUD Budi Iskandar
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan Vol. 6 No. 3 (2021): November
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jipp.v6i3.242

Abstract

Bermain sambil belajar menjadi wacana di PAUD Indonesia. Kegiatan bermain di PAUD sangat penting, sehingga sering sekali di kampanyekan melalui kegiatan parenting kepada orang tua, sosialisasi kepada masyarakat, serta praktik langsung dengan tujuan tertentu oleh guru di ruang kelas. PAUD diyakini sebagai tempat bagi anak untuk melakukan aktivits bermain sambil belajar. Namun seiring perkembangannya permainan bagi anak dibatasi oleh beragam peraturan dan anak tidak dapat memilih permainananya secara bebas. Penggunaan bahasa atau prase positif seperti “hati-hati” sering digunakan sebagai bentuk pengawasan. Prase tersebut digunakan sebagai bentuk kasih sayang, pengamanan, pengawasan bahkan larangan melakukan kegiatan yang diminati anak diluar perencanaan guru dalam ruang-ruang kelas yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajran Harian (RPPH). ­­Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsepsi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tentang konsep bermain sambil belajar bagi anak usia dini. Peneliti menggunakan metode autoetnografi dimana pengalaman dianalisa secara mendalam menggunakan teori yang sedang berkembang. Berdasarkan pengalaman langsung melakukan observasi dan wawancara terhadap guru di 30 lembaga  PAUD di Jawa Barat terkait makna bermain bagi anak usia dini menurut pemahaman mereka. Selanjutnya peneliti menganalisis temuan-temuan yang ada menggunakan sebuah pendekatan yang di kembangkan oleh Foucault untuk menggali kebenaran-kebenaran yang kabur melalui studi literatur yang telah berkembang. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa permainan sudah dikemas melalui pembelajaran tematik yang tampak menyenangkan, namun terlalu mengawasi dan membatasi anak untuk berperan aktif menentukan pilihan bermain mereka, sehingga menghilangkan sifat alamiah bermain bagi anak untuk bebas melakukan apa yang mereka sukai. Diharapak melalui refleksi diri, guru dapat menerjemahkan ulang mengenai anak, permainan dan memastikan keselamatan tanpa membatasi ruang gerak serta eksplorasi diri anak.
Bermain Sambil Belajar: Konsepsi Guru dalam Mengelola Permainan Anak Usia Dini di PAUD Budi Iskandar
Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan Vol. 6 No. 3 (2021): November
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jipp.v6i3.242

Abstract

Bermain sambil belajar menjadi wacana di PAUD Indonesia. Kegiatan bermain di PAUD sangat penting, sehingga sering sekali di kampanyekan melalui kegiatan parenting kepada orang tua, sosialisasi kepada masyarakat, serta praktik langsung dengan tujuan tertentu oleh guru di ruang kelas. PAUD diyakini sebagai tempat bagi anak untuk melakukan aktivits bermain sambil belajar. Namun seiring perkembangannya permainan bagi anak dibatasi oleh beragam peraturan dan anak tidak dapat memilih permainananya secara bebas. Penggunaan bahasa atau prase positif seperti “hati-hati” sering digunakan sebagai bentuk pengawasan. Prase tersebut digunakan sebagai bentuk kasih sayang, pengamanan, pengawasan bahkan larangan melakukan kegiatan yang diminati anak diluar perencanaan guru dalam ruang-ruang kelas yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajran Harian (RPPH). ­­Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsepsi guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tentang konsep bermain sambil belajar bagi anak usia dini. Peneliti menggunakan metode autoetnografi dimana pengalaman dianalisa secara mendalam menggunakan teori yang sedang berkembang. Berdasarkan pengalaman langsung melakukan observasi dan wawancara terhadap guru di 30 lembaga  PAUD di Jawa Barat terkait makna bermain bagi anak usia dini menurut pemahaman mereka. Selanjutnya peneliti menganalisis temuan-temuan yang ada menggunakan sebuah pendekatan yang di kembangkan oleh Foucault untuk menggali kebenaran-kebenaran yang kabur melalui studi literatur yang telah berkembang. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa permainan sudah dikemas melalui pembelajaran tematik yang tampak menyenangkan, namun terlalu mengawasi dan membatasi anak untuk berperan aktif menentukan pilihan bermain mereka, sehingga menghilangkan sifat alamiah bermain bagi anak untuk bebas melakukan apa yang mereka sukai. Diharapak melalui refleksi diri, guru dapat menerjemahkan ulang mengenai anak, permainan dan memastikan keselamatan tanpa membatasi ruang gerak serta eksplorasi diri anak.