INDRO SULISTYANTO
Unknown Affiliation

Published : 26 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

PATTERNS AND INDICA ARCHITECTURE STYLE AS A WEALTH OF CULTURE IN SUPPORTING SPECIAL INTEREST TOUR IN THE CITY OF YOGYAKARTA INDRO SULISTYANTO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 21 No. 25 (2017): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Heritage and Cultural Heritage objects loaded with historical and cultural content have a high level of significance to be preserved. This position is reinforced by the resence of a set of legislation that is highly relevant to this need. The parent is the Law of the Republic of Indonesia Number 5 of 1992 on Heritage Objects. Mentioned in the reamble of the Act that the Heritage Preserve is important to be preserved is for the sake of maintaining local identity. For the city of Yogyakarta, it is clear that the Objects of Cultural Heritage and Heritage which became one of the forerunner of ancestral cultures, is a form of identity and a source of pride for the community that should not be eliminated. Heritage and Cultural Heritage objects need to be preserved, not just social cultural life, but also all artifacts, ’petilasan’s and objects that are left with the life of the past. Understanding of Architectural Research and some matters relating to Heritage and Cultural Heritage by architectural style need to be understood. In this research research, limited to Pattern and Style of Architecture in Indie Period which during the past period grow and develop as Heritage and Cultural Heritage objects in Yogyakarta City. Bintaran area becomes a sample of this research activity because of the development of style and pattern of Architecture of Building.
POLA DAN GAYA ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN BUDAYA DALAM MENDUKUNG WISATA MINAT KHUSUS DI KOTA YOGYAKARTA INDRO SULISTYANTO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 23 No. 27 (2018): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.25 KB)

Abstract

Sudah menjadi pemahaman umum bahwa Benda Warisan Budaya dan Cagar Budaya yang sarat dengan kandungan kesejarahan dan kebudayaan memiliki tingkat signifikan yang tinggi untuk dilestarikan. Kedudukan ini dipertegas dengan hadirnya seperangkat perundang-undangan yang sangat relevan dengan keperluan ini. Yang menjadi induknya adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Benda Cagar Budaya penting untuk dilestarikan adalah demi terpeliharanya jati diri setempat. Bagi Kota dan Kabupaten di Yogyakarta, jelas bahwa Benda Warisan Budaya dan Cagar Budaya yang menjadi salah satu cikal bakal hasil budaya leluhur, merupakan wujud identitas dan sumber kebanggaan bagi masyarakat yang tidak boleh dihilangkan. Bukan hanya kehidupan sosial budaya saja, melainkan juga segala artifak, petilasan dan benda-benda tinggalan yang gayut dengan kehidupan Benda Warisan Budaya dan Cagar Budaya dimasa lalu. Kedudukan Karya Arsitektur Cina memberi andil yang cukup signifikan dalam ikut membentuk Benda Warisan Budaya dan Cagar Budaya yang ada di Yogyakarta yang dapat ditengarai dari keragaman elemen-elemen Arsitekturnya. Pola dan Gaya Arsitektur Tradisional sebagai Kekayaan Budaya dalam Mendukung Wisata Minat Khusus di Kota Yogyakarta dilakukan dengan penalaran yang bersifat induktif, yang mendasarkan penelitian berdasarkan pengamatan sampai dengan penyimpulan, sehingga terbentuk generalisasi empirik. Tipe kajian in menerapkan tipe penelitian eksplikatif atau deskriptif. Eksplikatif atau deskriptif, yaitu memberikan gamabaran data arkeologi yang ditemukan, baik dalam kerangka waktu, bentuk, maupun keruangan serta mengungkapkan hubungan diantara berbagai variabel penelitianPendekatan yang diterapkan dalam kajian ini adalah pendekatan dalam ilmu studi Arsitektur. Salah satu pendekatan dalam studi Arsitektur adalah pendekatan kontekstual dalam perancangan Arsitektur. Melalui kajian ini diharapkan akan diperoleh gambaran tentang Pola dan Gaya Arsitektur Tradisional sebagai Kekayaan Budaya dalam Mendukung Wisata Minat Khusus di Kota Yogyakarta, meliputi elemen Arsitektur dan tampilan Arsitekturnya.
BUILD ABILITY DAN DESIGNABILITY SEBAGAI COMPETITIVE ADVANTAGE DI ERA PERDAGANGAN BEBAS INDRO SULISTYANTO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 24 No. 1 (2019): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.911 KB) | DOI: 10.36728/jtsa.v24i1.821

Abstract

Perdagangan bebas ditandai dengan semakin tingginya mobilitas sumberdaya manusia, modal, teknologi, dan informasi. Komoditi yang diperdagangkan tidak lagi terbatas pada barang dan jasa yang secara telanjang dapat dinikmati oleh indera manusia, berupa perangkat-perangkat keras, tetapi akan mulai merambah pada perangkat lunak atau hak cipta intelektual.Dunia jasa konstruksi dituntut untuk dapat berperan dalam bentuk upaya penanganan proses rancang-bangun secara profesional. Salah satu kendali yang dapat digunakan dalam menunjang profesi dalam rancang-bangun di bidang jasa konstruksi adalah penerapan prinsip-prinsip perancangan dan pelaksanaan pembangunan dalam kesatuan proses membangun . Kegiatan rekayasa bangunan perlu kesiapan dari sejak studi kelayakan, perancangan, pengadaan barang, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, dan lingkungan hidup-termasuk di dalamnya lingkungan binaan.Sebagai pemeran kunci dalam layanan jasa konstruksi, Arsitek merupakan salah satu tenaga ahli yang memberikan kontribusi menentukan di bidang rancang-bangun, dan diharapkan dapat secara profesional berperan pada  perancangan dan rekayasa bangunan. Kemampuan profesional ini merupakan salah satu syarat penting untuk mampu bersaing secara bebas dalam era perdagangan bebas. Wawasan Arsitek yang secara profesional mampu menghayati dan menuangkan ide-gagasannya secara runtut dalam kesatuan proses pembangunan yang sistematik, diharapkan dapat menjadi modal dalam mengikuti persaingan bebas, khususnya pada proses perancangan dan rekayasa bangunan. Ada beberapa kelemahan yang sering terjadi dalam proses rancang bangun,  berupa kurangnya wawasan Arsitek, baik dari sisi latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, upaya pengembangan wawasan, variasi jenis pekerjaan, dan perannya dalam organisasi-profesi, yang mampu secara menyeluruh dan runtut menggunakan proses pembangunan melalui penerapan prinsip-prinsip perancangan dan rekayasa bangunan. Kondisi tersebut perlu diantisipasi, khususnya  akan semakin meningkatnya persaingan dengan layanan jasa konstruksi asing, dengan tenaga ahli yang memiliki tingkat penguasaan informasi, teknologi, dan modal yang memiliki potensi besar untuk melakukan persaingan di era perdagangan bebas. Kata kunci: Arsitek, Prinsip perancangan, Prinsip rekayasa  
Menurunnya Kepedulian Masyarakat dalam Pelestarian Cagar Budaya Tarn an sari INDRO SULISTYANTO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 5 No. 9 (2008): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Cultural Situs Pledge ofTamansari have high history value, as unlocked out by shares existence of Kraton Yogyakarta, what initially personate King place and Consanguinity of Kraton rest and 'mesanggrah' (mind rest). Cultural Situs Pledge ofTamansari become uniquely, because pickings of artefac existing mix one each others with growth of business activity and housing around him, especially the him of with cultural area and visit area ofwisata in Kraton Yogyakarta Area. Development effort and continuation ofsetlement environment around Cultural Pledge of Tamansari Kraton Yogyakarta, expanding in an dynamic life structure, becoming properties of culture which still awake at each setlement community. Properties of the culture among others is artistic potency of Grafting; potency processing of traditional food; artistic potency of show (artistic which take root from heal society); potency of social movement; and history potency, in the form of history situs and a period of movement. Setlement and Cultural Pledge ofTamansari basically is unity of structure life, social-economic-culture structure, and expected society view can live to adjoin (culture living). This condition later of member instruct at one particular logical consequence of development of Cultural Pledge conservation and setlement continued Tamansari, by 'soul' life and management ofyag base on society (community-based management) becoming output of activity of research of Correlation among Friction of Behavior of Society in Development and Development of Self-Supporting Setlement to Cultural Effort Conservation Building Pledge, Case Study: Cultural Area Pledge of Tamansari Kraton Yogyakarta.  
RTBL BANDARA TEMINDUNG SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PEMANFAATAN RUANG KOTA SAMARINDA Indro Sulistyanto
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 8 No. 12 (2010): jurnal teknik sipil dan arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagai bagian dari lingkungan yang memperoleh imbas dari perkembangan Kola Samarinda, Kawasan Bandara Temindung yang tersusun atas wilayah Kelurahan Bandara, sebagian wilayah Kelurahan Pelita, dan sebagian wilayah Kelurahan Temindung Permai Kecamatan Samarinda Utara, telah mengalaml pertumbuhan fisik yang cepat namun berkembang kurang tertib, tidak selaras dan serasi dengan lingkungannya, sehingga Kawasan Bandara Temindung menjadi tidak produktif. Kondisi ini terlihat dari kualitas tata bangunan dan lingkungan yang tidak terencana dengan baik. Dengan pola yang berkembang saat ini diperlukan pengaturan lebih khusm berkaitan dengan tata bangunan dan lingkungannya, agar dengan disusunnya Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Kawasan Bandara Temindung ke depan diharapkan dapat berkembang menjadi lingkungan yang mampu memberi manfaat optimal bagi kesejahteraan masyarakat yang bergiat di dalamnya dengan kualitas yang lebih baik dari kondisi yang ada sekarang. Pada sisi lain diharapkan juga dapat memberikan arahan terhadap pemanfaatan lahan sesuai dengan kebijakan tata bangunan dan tata lingkungan yang tertuang dalam berbaga arahan kebijakan penataan ruang yang berlaku. RTBL tersebut juga merupakan arahan untuk perwujudan arsitektur lingkungan setempat agar lebih melengkapi peraturan bangunan yang ada.
CATURDAYA SEBAGAI KETERPADUAN UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN Indro Sulistyanto
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 2 No. 6 (2003): jurnal teknik sipil dan arsitektur
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berkembangnya pola pembangunan di Indonesia melalui komunitas masyarakat kota dan desa yang masing-masing memiliki karakter spesifik, serta meningkatnya kebutuhan kehidupan yang dentokratis, telah berpengaruh pada bergesernya peran para pelaku pembangunan, dengan konsekuen dan konsisten mendudukkan pemerintah, masyarakat, dan swasta pada peran dan fungsi yang semestinya. Selanjutnya berkembang paradigma pola pembangunan dengan memberikan peran secara penuh kepada setiap orang yang bergiat pada maslng-masing komunitas masyarakat, tidak hanya dalam proses, namun terutama di dalam spirit pembangunan yang terdiri dan unsur masyarakat dan swasta. Sejalan dengyn perubahan paradigma tersebut, terjadi pergeseran peran pemerintah dalam proses pembangunan, menjadi fasilitator yang menjembatani para pelaku pembangunan untuk memperoleh kesepakatan dan manfaat optimal dari setiap proses pembangunan. Sehingga proses pembangunan tidak lagi semata-mata sebagai proses teknis plamologis, namun juga proses sosial-budaya, politik, dan ekonomi. Dalam kaitannya dengan pembangunan sebagai bagian dari Caturdaya pemberdayaan manusia, pemberdayaan kegiatan usaha produktif, pemberdayaan kelembagaan, dan pendayagunaan secara optimal prasarana dan sarana lingkungan, maka kepentingan masyarakat yang bergiat pada suatu komunitas merupakan basis utama dalam perumusan rencana pembangunan. Kondisi ini memberi arah bagi dikembangkannya mekanisme yang membuka peluang bagi partisipasi warga (masyarakat) secara lebih luas dan langsung dalam penyusunan rencana, implementasi, dan pembangunan. Implikasi dari pendekatan tersebut menjadi bagian mendasar yang digunakan dalam menentukan bentuk dan arah pembangunan yang spesifik bagi setiap komunitas, baik melalui organisasi. kelompok, atau bahkan individu. Harus disadari, bahwa berbagai keputusan yang tertuang dalam serangkaian proses pembangunan yang nantinya disusun dalam bentuk Community Action Plan-CAP (Rencana Tindak Komunitas), terutama sangat memungkinkan munculnya berbagai perbedaan di dalam implementasinya di tengah masyarakat yang bergiat di tingkat komunitas yang secara langsung terkena kebijaksanaan tersebut. Kegiatan Caturdaya diharapkan dapat berperan sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas Ungkungan pada suatu komunitas disusun sebagai bentuk kepedulian (kkususnya Pemerintah), dalam bentuk stimulan (dorongan), pendampingan, dan penyediaan sarana dan sarana, untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat pada suatu komunitas untuk dapat dikembangkan dalam skala yang lebih luas dari komunitas vang bersangkutan.  
PENGARUH PENGELOLAAN PERSAMPAHAN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN CITRA KAWASAN WISATA PULAU DERAWAN INDRO SULISTYANTO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 12 No. 16 (2012): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengelolaan persampahan menjadi permasalahan yang diamati sebagai upaya strategis peningkatan citra Kawasan Wisata Pulau Derawan, sejalan dengan meningkatnya jumlah wisataan yang berkunjung, yang berakibat pada peningkatan kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan, dibandingkan dengan pulaunya yang relatif kecil seluas 3,858.96 Km2. Penelitian ini bertujuan untuk menemu-tunjukkan acuan pengembangan sistem pengelolaan persampahan domestik Kawasan Pulau Derawan yang komprehensif, efektif, efisien dan sesuai dengan rencana pengembangan Kawasan Pulau Derawan sebagai kawasan wisata yang lebih menarik. Metoda yang digunakan adalah analisis komparatif terhadap kondisi eksisting menuju pada kondisi oengolahan sampah yang diinginkan, mengacu pada peraturan perundangan dan kebijakan dalam bidang persampahan, sehingga diperoleh sintesis berupa arahan bentuk pengembangan sistem pengelolan persampahan yang mampu mendukung citra Pulau Derawan sebagai kawasan wisata laut yang terjaga lingkungan hidup dan binaannya Hasil yang diperoleh adalah alternatif pengelolaan sampah yang tepat dalam mendukung eksistensi Pulau Derawan, sebagai tujuan wisata, dengan segala keterbatasan yang ada. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini adalah pengelolaan persampahan akan sangat menentukan dalam meningkatkan citra Kawasan Wisata Pulau Derawan, dengan mempertimbangkan teknologi pengelolaan yang sesuai dengan kondisi kawasan, dalam konstelasi pengelolaan akhir persampahan di luar Pulau Derawan.  
MENGUAK SEMOLON HOT WATER FALL SEBAGAI DESTINASI POTENSIAL PARIWISATA DI KABUPATEN MALINAU INDRO SULISTYANTO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 11 No. 15 (2012): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009, pariwisata menempati urutan ketiga dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. Berbagai wisata alam berbasis sungai, air terjun dan hutan di Kalimantan Timur, khususnya di Kabupaten Malinau merupakan contoh tujuan wisata alam di Indonesia yang potensial untuk dikelola dan dikembangkan. Tempat-tempat wisata di Kabupaten Malinau menjadi lebih kuat, dengan didukung oleh warisan budaya yang kaya yang mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis budaya lokal (Dayak) yang dituturkan di seluruh bagian wilayah Kabupaten Malinau. Tujuan dan sasaran dari penelitian Semolon Hot Water Fall ini pada dasarnya didedikasikan bagi upaya pelestarian lingkungan alam dari sumber air panas, sungai, dan air terjun bertingkat Semolon, dan dilain pihak tersusunnya kebijakan terwujudnya lingkungan binaan (pembangunan sarana dan prasarana pendukung wisata alam) yang mampu berinteraksi dengan baik dengan lingkungan alaminya. Metode yang digunakan dalam  penelitian ini adalah Secara umum tujuan pendekatan perencanaan pengembangan pariwisata kawasan Semolon terdiri atas tercapainya pertumbuhan (growth), pemetaan (equity) dan keberlanjutan (sustainability) dimana konsep pendekatan perencanaan, mengacu pada pariwisata berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dimana manifestasi strategi implementasinya bisa ke dalam berbagai tingkatan, nasional regional atau pada level kawasan. Hasil yang didapatkan dari penelitian Semolon Hot Water Fall ini adalah rekomendasi dan kelayakan pengembangan wisata Semolon, berdasarkan kajian atas: kepariwisataan wilayah yang menggambarkan data potensi kepariwisataan yang ada di Kabupaten Malinau maupun Kawasan Wisata Semolon, Potensi lingkungan strategis baik secara internal maupun eksternal (lokal, nasional, regional maupun global) yang memiliki kaitan langsung maupun tak langsung terhadap pengembangan kepariwisataan Provinsi Kalimantan Timur, khususnya Kabupaten Malinau, lebih khusus bagi Kawasan Wisata Semolon, kondisi dan kelayakan kepariwisataan daya tarik wisata Semolon, yang meliputi deskripsi dan analisis terhadap kondisi dan perkembangan komponen atau aspek-aspek pembangunan kepariwisataan dalam konteks kewilayahan. Kesimpulan dari kegiatan penelitian ini adalah dapat dikembangkannya Semolon Hot Water Fall, sebagai destinasipotensial kepariwisataandi Kabupaten Malinau berbasis Wisata Alam.
PENATAAN KAWASAN WISATA ALAM SEBAGAI DESTINASI WISATA MINAT KHUSUS DI KABUPATEN MALINAU INDRO SULISTYANTO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 13 No. 17 (2013): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki eksotisme keindahan alamnya adalah Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Malinau merupakan kabupaten terbesar di Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia. Berbagai pariwisata alam yang dimiliki oleh kabupaten Malinau, seperti Arus Liar yang ada di Sungai Tugu dan sungai Bahaowulu, Air Terjun Martin Bila, Air Panas Semolon, rumah adat asli dari masyarakat Malinau atau biasa di sebut Lamin Adat. Ada juga kuburan batu yang sudah ada beratus-ratus tahun lalu. Digelarnya berbagai event yang mampu mempromosikan potensi wisata Kabupaten Malinau diharapkan mampu memberi implikasi pada peningkatan pengunjung yang datang ke Kabupaten Malinau. Pada sisi lain sangat diperlukan adanya peningkatan dukungan dan perhatian dari Pemerintah Pusat terhadap kekayaan objek wisata alam dan budaya yang ada di Kabupaten Malinau potensi yang ada mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, sehingga apabila dapat dieksplorasi dengan bijak, diharapkan akan banyak membawa keuntungan dan manfaat bagi masyarakat luas.
PERAN ARSITEK PROFESIONAL DALAM PENGUASAAN BUILD ABILITY DAN DESIGN ABILITY SEBAGAI COMPETITIVE ADVANTAGE MENGHADAPI PERDAGANGAN BEBAS ASEAN INDRO SULISTYANTO
Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur Vol. 17 No. 21 (2015): JURNAL TEKNIK SIPIL DAN ARSITEKTUR
Publisher : Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesepakatan Uruguay Round/GATT tanggal 15 April 1994, yang tidak hanya mengatur Trade in Goods and Services, namun juga Invesment dan Intelectual Property Right dan terbentuknya World Trade Organization (WTO), sebagai pengganti GATT (General Agreement in Trade and Tarriff). Indonesia sendiri telah meratifisir Uruguay Round 1994, dan akan memasuki era perdagangan bebas secara penuh pada Tahun 2020.  Sedangkan sebagai negara ASEAN, saat ini telah disepakati era perdagangan bebas ASEAN (MEA), yang berlaku mulai Tahun 2015. Liberalisasi perdagangan atau perdagangan bebas dapat diartikan adanya jaminan lalu-lintas barang, jasa, modal, dan manusia tanpa hambatan tarif, kuota, atau perlakuan khusus, berdasarkan prinsip MFN (Most Favored Nation). Semua negara akan diperlakukan sama dalam perdagangan (equality to bussiness), tidak akan ada lagi pilih kasih atau diskriminasi, favoritisme, maupun hak istimewa (GSP dan kuota), dan dihapuskannya proteksi di segala bentuk. Bagi Indonesia era perdagangan bebas berarti kemampuan untuk menjadikan komoditi ekspor yang memiliki unggulan daya saing tinggi (competitive advantage) dan tenaga ahli (intelectual property) Indonesia yang diharapkan mampu menjadi salah satu komoditi di pasar global, tidak terbatas untuk pasar dalam negeri, tetapi mampu menjadi experties di luar negeri. Perlu kesiapan yang benar-benar matang bagi Arsitek Profesional dan tidak terpaku menjadi konsumen, namun pengekspor Arsitek Profesional yang benar-benar siap bersaing di era perdagangan bebas. Salah satu kondisi yang harus diantisipasi oleh Arsitek Profesional di Indonesia adalah dengan masuknya para investor dan pengembang asing yang relatif mempunyai modal dan kemampuan (skill) tinggi. Pada saatnya persaingan para pelaku jasa arsitektur akan meningkat dengan ketat, sehingga pada akhirnya hanya produk rancangan dan hasil rekayasa bangunan yang berkualitas tinggi saja yang akan mampu bersaing. Arsitek merupakan salah satu tenaga ahli yang memberikan kontribusi menentukan di bidang rancang-bangun, dan diharapkan dapat secara profesional berperan pada  perancangan dan rekayasa bangunan. Kemampuan profesional ini merupakan salah satu syarat penting untuk mampu bersaing secara bebas dalam era globalisasi. Wawasan Arsitek yang secara profesional mampu menghayati dan menuangkan ide dan gagasannya secara runtut dalam kesatuan proses pembangunan yang sistematik, dengan penguasaan build ability dan design ability yang diprediksikan akan mampu secara menyeluruh dan runtut melakukan keseluruhan proses pembangunan yang terlanjutkan.