Y Sulyo
Unknown Affiliation

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : Jurnal Hortikultura

Teknik Proteksi Silang untuk Pengendalian CMV pada Krisan Rahardjo, I B; Diningsih, E; Sulyo, Y
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Salah satu viru s yang menyerang tanaman krisan adalah CMV. Alternatif pengendalian CMV pada tanaman adalah menggu nakan vaksin CARNA 5. Tuju an penelitian adalah menguj i teknik proteksi silang untuk mengendalikan CMV pada beberapa varietas krisan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Hias Segu nung, Pacet, Cianjur , Jawa Barat, pada bulan Agu stus sampai Desember 2004. Perc obaan menggu nakan rancangan petak terpisah dengan rancangan dasar acak kelompok dengan 3 ulangan. Petak utama adalah 5 varietas krisan, yaitu White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, dan Revert. Sebagai anak petak adalah perlakuan vaksin dan CMV, yaitu perlakuan tanpa vaksin dan tanpa CMV, perlakuan CMV tanpa vaksin, perlakuan vaksin tanpa CMV, dan perlakuan vaksin dan CMV. Hasil penelitian menunju kkan bahwa tanaman krisan varietas White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, dan Revert yang diberi perlakuan vaksin dapat memproteksi CMV dengan pertumbuh an tanaman dan hasil bunga yang normal.ABSTRACT. Rahardjo, I.B., E. Diningsih, and Y. Sulyo. 2008. Cross Protection Technique for Controlling CMV on Chrysanthemum. One of viru s attack chry santhemum is CMV. The alternative to control CMV is the use of vacc ine CARNA 5. The objective of the experiment was to test the cr oss protection tech nique for controlling of CMV on several chry santhemum varieties. The experiment was conduc ted in Virology Laboratory of Indonesian Ornamental Plant Research Institute (IOPRI) in Segu nung, Pacet, Cianjur , West Java, from Augu st to December 2004, using a RC BD split-plot design with 3 replications. The main plot was 5 chry santhemum varieties of White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, and Revert. The subplot was treatments of vacc ine and CMV, i.e. without vacc ine and CMV, CMV only, vacc ine only, and both vacc ine and CMV. The results of the experiment showed that CARNA 5 vacc ine was able to protect chry santhemum varieties of White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, and Revert from CMV with normal plant growth and produced good flower quality.
Pengaruh Durasi Pemanasan terhadap Keberadaan Chrysanthemum Virus-B pada Tiga Varietas Krisan Terinfeksi Budiarto, K; Sulyo, Y; Rahardjo, B; Pramanik, D
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 2 (2008): Juni 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Chrysanthemum virus-B (CVB) merupakan salah satu jenis virus penting yang dapat menyebabkan degenerasi pertumbuhan pada tanaman krisan. Usaha eliminasi virus pada tanaman terinfeksi merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan kembali tanaman sehat dengan potensi genetik yang sesuai dengan varietas asalnya. Usaha eliminasi ini dapat ditempuh dengan menggunakan kombinasi metode pemanasan dan kultur meristem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh durasi pemanasan terhadap kandungan partikel CVB pada plantlet 3 varietas krisan terinfeksi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung dari bulan Februari hingga Agustus 2005. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 5 ulangan. Faktor pertama adalah 3 varietas krisan yaitu Cut Nyak Dien, Sakuntala, dan Yellow Fiji. Faktor kedua adalah durasi terapi pemanasan dengan 3 taraf, yaitu 1, 2, dan 3 minggu pemanasan suhu 38-40oC. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan toleransi antarvarietas yang dicoba terhadap durasi suhu tinggi akibat perlakuan pemanasan. Pada ketiga varietas yang dicoba, jumlah plantlet hidup pascaperlakuan pemanasan menurun seiring dengan semakin lamanya durasi pemanasan. Persentase plantlet bebas virus semakin meningkat seiring dengan lamanya durasi pemanasan yang dilakukan dan perlakuan pemanasan selama 3 minggu yang diikuti kultur meristem secara efektif dapat membebaskan plantlet krisan dari infeksi CVB.ABSTRACT. Budiarto, K., Y. Sulyo, I.B. Rahardjo, and D. Pramanik. 2008. The Effect of Duration of Heat Treatment on Chrysanthemum Virus-B at Three Varieties of Infected Chrysanthemum. Chrysanthemum virus-B (CVB) is one of the important pathogenic viruses caused significant degeneration on chrysanthemum growth. Efforts have been made to get the healthy protocols by eliminating virus from the infected plants. One of the promising methods was the combination of heat treatments and meristem culture. The research was conducted to find out the influence of heat durations of meristem culture on the existence of CVB on infected chrysanthemum plants. The experiment was carried out in Tissue Culture Laboratory and Virology Laboratory of The Indonesian Ornamental Crops Research Institute from February until August 2005. A randomized completely block design with 5 replications was used. The first factor was 3 chrysanthemum varieties, namely Cut Nyak Dien, Sakuntala, and Yellow Fiji. The second factor was duration of heat treatments; 1, 2, and 3 weeks heat treatments at 38-40oC. The results of the experiment showed that different responses existed among varieties to heat durations. The plantlet survival rates also decreased in line with the length of heat duration. However, the percentage of virus-free plantlets increased along with the lengthened heat treatments. Three weeks heat treatment of meristem culture, effectively eliminated CVB from infected plantlets.
Vaksin CARNA 5 untuk Memproteksi Tanaman Krisan Varietas Reagent Orange dari Infeksi Virus Mosaik Mentimun Rahardjo, I B; Diningsih, E; Sulyo, Y
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 2 (2008): Juni 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Salah satu alternatif pengendalian CMV yang menginfeksi tanaman krisan adalah menggunakan vaksin CARNA 5. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh CARNA 5 pada umur tanaman yang berbeda untuk mengendalikan CMV pada varietas krisan Reagent Orange. Penelitian dilaksanakan di Rumahkaca dan Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Hias di Segunung, Pacet, Cianjur, Jawa Barat, pada bulan Januari sampai Desember 2002. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan rancangan dasar acak kelompok dengan 3 ulangan. Sebagai petak utama adalah umur tanaman saat disambung, yaitu (1) 2 minggu setelah tanam (MST), (2) 4 MST, dan (3) 6 MST. Sebagai anak petak adalah perlakuan vaksin dan CMV, yaitu (1) perlakuan tanpa vaksin dan tanpa CMV, (2) perlakuan tanpa vaksin tetapi dengan CMV, (3) perlakuan dengan vaksin tetapi tanpa CMV, dan (4) perlakuan dengan vaksin + CMV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman krisan yang diberi perlakuan vaksin dan tanaman kontrol tidak menunjukkan gejala mosaik. Umur tanaman krisan yang disambung 2, 4 dan 6 MST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tinggi tanaman, jumlah bunga, dan diameter bunga krisan Reagent Orange tidak memberikan respons yang nyata terhadap perlakuan CMV, walaupun nilai absorbansi virus pada perlakuan CMV berbeda nyata dibandingkan dengan tanpa perlakuan, perlakuan vaksin, dan perlakuan vaksin + CMV. Kualitas bunga krisan Reagent Orange pada perlakuan vaksin + CMV tidak menampakkan warna yang pecah , sedangkan perlakuan CMV menyebabkan tanaman krisan Reagent Orange menghasilkan bentuk bunga yang abnormal. Perlakuan vaksin dapat memproteksi CMV pada tanaman krisan.ABSTRACT. Rahardjo, I.B., E. Diningsih, and Y. Sulyo. 2008. CARNA 5 Vaccine to Protect Chrysanthemum Reagent Orange Variety Against Cucumber Mosaic Virus (CMV). One of the alternative to control CMV on chrysanthemum was the use of CARNA 5 vaccine. The objective of the experiment was to know the effect of application of CARNA 5 at different plant ages for controlling CMV on chrysanthemum var. Reagent Orange. The experiment was conducted in Virology Laboratory & Screenhouse of Indonesian Ornamental Crops Research Institute at Segunung, Pacet, Cianjur, West Jawa, from January to December 2002. RC BD Split-plot design with 3 replications was used. The main plots were graft inoculation on the plant at 2, 4, and 6 weeks after planting (WAP). The subplot was treatments of vaccine and CMV, i.e. (1) without vaccine and CMV, (2) CMV only, (3) vaccine only, and (4) vaccine + CMV. The results of the experiment showed that chrysanthemum treated with vaccine and control did not show any mosaic symptom. The graft inoculation at 2, 4, and 6 WAP did not show any significant different. Plant height, flower number, and flower diameter did not give significant response to CMV treatment, although virus absorbance value on CMV treatments was significantly different compared to control, vaccine treatment, and vaccine + CMV treatment. The quality of flower color on vaccine + CMV treatment did not show any color breaking, while on CMV treatment produced the abnormal flower form. The vaccine application was able to protect chrysanthemum plants against CMV infection.
Uji Kepekaan Antiserum Poliklonal untuk Deteksi Cepat CMV dengan Metode ELISA Tidak Langsung pada Tanaman Anthurium Rahardjo, I B; Diningsih, E; Sulyo, Y
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Virus mosaik ketimun (CMV) merupakan salah satu patogen penting pada berbagai tanaman hortikultura, termasuk tanaman anthurium. Untuk mengetahui secara dini infeksi virus pada tanaman, maka perlu dikembangkan metode deteksi cepat. Salah satu metode serologi yang paling banyak digunakan dewasa ini untuk deteksi virus secara cepat adalah ELISA. Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi optimal dari antiserum CMV untuk deteksi cepat pada tanaman anthurium. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Virologi, Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung (1.100 m dpl.), dari bulan April sampai Juli 2005. Antiserum diproduksi dengan cara penyuntikan virus murni CMV secara bertahap pada kelinci dengan konsentrasi setiap penyuntikan sebesar 1 mg/ml yang dilakukan pada penelitian sebelumnya. Konsentrasi antiserum diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 280 nm. Pengujian kepekaan antiserum terhadap antigen dilakukan dengan metode ELISA tidak langsung. Hasil pengujian menunjukkan konsentrasi antiserum CMV dan pengenceran sampel yang optimal untuk deteksi CMV pada tanaman anthurium yang terinfeksi adalah masing-masing sebesar 1/1.000 dan 1/5, 1/1.000 dan 1/10.ABSTRACT. Rahardjo, I.B., E. Diningsih, and Y. Sulyo. 2008. Sensitivity Test of Cucumber Mosaic Virus Polyclonal Antisera for Rapid Detection of CMV with Indirect ELISA on Anthurium. Cucumber mosaic virus is one of the major pathogens on some horticulture crops including Anthurium. A rapid detection method should be developed to support the evaluation of initial infection of the virus in crops. A serological method commonly used for rapid detection of plant viruses is ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). The objective of the experiment was to determine the optimum concentration of CMV antiserum for rapid detection on anthurium. The experiment was done in Virological Laboratory of Indonesia Ornament Crops Research Institute in Segunung (1.100 m asl.), from April to July 2005. A polyclonal CMV antiserum had been produced by injections of purified CMV into a rabbit with the concentration of 1 mg/ml each injection from previous research. Antiserum concentration was measured with the spectrophotometer at 280 nm wave length. The sensitivity tests of the antiserum was carried out with indirect ELISA method. The results showed that the optimum concentration of the antiserum and the optimum sample dilution for detection of CMV infected anthurium were 1/1,000 and 1/5, 1/1,000 and 1/10 respectively.
Pengaruh Durasi Pemanasan terhadap Keberadaan Chrysanthemum Virus-B pada Tiga Varietas Krisan Terinfeksi Budiarto, K; Sulyo, Y; Rahardjo, B; Pramanik, D
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 2 (2008): Juni 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n2.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Chrysanthemum virus-B (CVB) merupakan salah satu jenis virus penting yang dapat menyebabkan degenerasi pertumbuhan pada tanaman krisan. Usaha eliminasi virus pada tanaman terinfeksi merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan kembali tanaman sehat dengan potensi genetik yang sesuai dengan varietas asalnya. Usaha eliminasi ini dapat ditempuh dengan menggunakan kombinasi metode pemanasan dan kultur meristem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh durasi pemanasan terhadap kandungan partikel CVB pada plantlet 3 varietas krisan terinfeksi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung dari bulan Februari hingga Agustus 2005. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 5 ulangan. Faktor pertama adalah 3 varietas krisan yaitu Cut Nyak Dien, Sakuntala, dan Yellow Fiji. Faktor kedua adalah durasi terapi pemanasan dengan 3 taraf, yaitu 1, 2, dan 3 minggu pemanasan suhu 38-40oC. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan toleransi antarvarietas yang dicoba terhadap durasi suhu tinggi akibat perlakuan pemanasan. Pada ketiga varietas yang dicoba, jumlah plantlet hidup pascaperlakuan pemanasan menurun seiring dengan semakin lamanya durasi pemanasan. Persentase plantlet bebas virus semakin meningkat seiring dengan lamanya durasi pemanasan yang dilakukan dan perlakuan pemanasan selama 3 minggu yang diikuti kultur meristem secara efektif dapat membebaskan plantlet krisan dari infeksi CVB.ABSTRACT. Budiarto, K., Y. Sulyo, I.B. Rahardjo, and D. Pramanik. 2008. The Effect of Duration of Heat Treatment on Chrysanthemum Virus-B at Three Varieties of Infected Chrysanthemum. Chrysanthemum virus-B (CVB) is one of the important pathogenic viruses caused significant degeneration on chrysanthemum growth. Efforts have been made to get the healthy protocols by eliminating virus from the infected plants. One of the promising methods was the combination of heat treatments and meristem culture. The research was conducted to find out the influence of heat durations of meristem culture on the existence of CVB on infected chrysanthemum plants. The experiment was carried out in Tissue Culture Laboratory and Virology Laboratory of The Indonesian Ornamental Crops Research Institute from February until August 2005. A randomized completely block design with 5 replications was used. The first factor was 3 chrysanthemum varieties, namely Cut Nyak Dien, Sakuntala, and Yellow Fiji. The second factor was duration of heat treatments; 1, 2, and 3 weeks heat treatments at 38-40oC. The results of the experiment showed that different responses existed among varieties to heat durations. The plantlet survival rates also decreased in line with the length of heat duration. However, the percentage of virus-free plantlets increased along with the lengthened heat treatments. Three weeks heat treatment of meristem culture, effectively eliminated CVB from infected plantlets.
Teknik Proteksi Silang untuk Pengendalian CMV pada Krisan I B Rahardjo; E Diningsih; Y Sulyo
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n1.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Salah satu viru s yang menyerang tanaman krisan adalah CMV. Alternatif pengendalian CMV pada tanaman adalah menggu nakan vaksin CARNA 5. Tuju an penelitian adalah menguj i teknik proteksi silang untuk mengendalikan CMV pada beberapa varietas krisan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Hias Segu nung, Pacet, Cianjur , Jawa Barat, pada bulan Agu stus sampai Desember 2004. Perc obaan menggu nakan rancangan petak terpisah dengan rancangan dasar acak kelompok dengan 3 ulangan. Petak utama adalah 5 varietas krisan, yaitu White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, dan Revert. Sebagai anak petak adalah perlakuan vaksin dan CMV, yaitu perlakuan tanpa vaksin dan tanpa CMV, perlakuan CMV tanpa vaksin, perlakuan vaksin tanpa CMV, dan perlakuan vaksin dan CMV. Hasil penelitian menunju kkan bahwa tanaman krisan varietas White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, dan Revert yang diberi perlakuan vaksin dapat memproteksi CMV dengan pertumbuh an tanaman dan hasil bunga yang normal.ABSTRACT. Rahardjo, I.B., E. Diningsih, and Y. Sulyo. 2008. Cross Protection Technique for Controlling CMV on Chrysanthemum. One of viru s attack chry santhemum is CMV. The alternative to control CMV is the use of vacc ine CARNA 5. The objective of the experiment was to test the cr oss protection tech nique for controlling of CMV on several chry santhemum varieties. The experiment was conduc ted in Virology Laboratory of Indonesian Ornamental Plant Research Institute (IOPRI) in Segu nung, Pacet, Cianjur , West Java, from Augu st to December 2004, using a RC BD split-plot design with 3 replications. The main plot was 5 chry santhemum varieties of White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, and Revert. The subplot was treatments of vacc ine and CMV, i.e. without vacc ine and CMV, CMV only, vacc ine only, and both vacc ine and CMV. The results of the experiment showed that CARNA 5 vacc ine was able to protect chry santhemum varieties of White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, and Revert from CMV with normal plant growth and produced good flower quality.
Vaksin CARNA 5 untuk Memproteksi Tanaman Krisan Varietas Reagent Orange dari Infeksi Virus Mosaik Mentimun I B Rahardjo; E Diningsih; Y Sulyo
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 2 (2008): Juni 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n2.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Salah satu alternatif pengendalian CMV yang menginfeksi tanaman krisan adalah menggunakan vaksin CARNA 5. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh CARNA 5 pada umur tanaman yang berbeda untuk mengendalikan CMV pada varietas krisan Reagent Orange. Penelitian dilaksanakan di Rumahkaca dan Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Hias di Segunung, Pacet, Cianjur, Jawa Barat, pada bulan Januari sampai Desember 2002. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan rancangan dasar acak kelompok dengan 3 ulangan. Sebagai petak utama adalah umur tanaman saat disambung, yaitu (1) 2 minggu setelah tanam (MST), (2) 4 MST, dan (3) 6 MST. Sebagai anak petak adalah perlakuan vaksin dan CMV, yaitu (1) perlakuan tanpa vaksin dan tanpa CMV, (2) perlakuan tanpa vaksin tetapi dengan CMV, (3) perlakuan dengan vaksin tetapi tanpa CMV, dan (4) perlakuan dengan vaksin + CMV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman krisan yang diberi perlakuan vaksin dan tanaman kontrol tidak menunjukkan gejala mosaik. Umur tanaman krisan yang disambung 2, 4 dan 6 MST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tinggi tanaman, jumlah bunga, dan diameter bunga krisan Reagent Orange tidak memberikan respons yang nyata terhadap perlakuan CMV, walaupun nilai absorbansi virus pada perlakuan CMV berbeda nyata dibandingkan dengan tanpa perlakuan, perlakuan vaksin, dan perlakuan vaksin + CMV. Kualitas bunga krisan Reagent Orange pada perlakuan vaksin + CMV tidak menampakkan warna yang pecah , sedangkan perlakuan CMV menyebabkan tanaman krisan Reagent Orange menghasilkan bentuk bunga yang abnormal. Perlakuan vaksin dapat memproteksi CMV pada tanaman krisan.ABSTRACT. Rahardjo, I.B., E. Diningsih, and Y. Sulyo. 2008. CARNA 5 Vaccine to Protect Chrysanthemum Reagent Orange Variety Against Cucumber Mosaic Virus (CMV). One of the alternative to control CMV on chrysanthemum was the use of CARNA 5 vaccine. The objective of the experiment was to know the effect of application of CARNA 5 at different plant ages for controlling CMV on chrysanthemum var. Reagent Orange. The experiment was conducted in Virology Laboratory & Screenhouse of Indonesian Ornamental Crops Research Institute at Segunung, Pacet, Cianjur, West Jawa, from January to December 2002. RC BD Split-plot design with 3 replications was used. The main plots were graft inoculation on the plant at 2, 4, and 6 weeks after planting (WAP). The subplot was treatments of vaccine and CMV, i.e. (1) without vaccine and CMV, (2) CMV only, (3) vaccine only, and (4) vaccine + CMV. The results of the experiment showed that chrysanthemum treated with vaccine and control did not show any mosaic symptom. The graft inoculation at 2, 4, and 6 WAP did not show any significant different. Plant height, flower number, and flower diameter did not give significant response to CMV treatment, although virus absorbance value on CMV treatments was significantly different compared to control, vaccine treatment, and vaccine + CMV treatment. The quality of flower color on vaccine + CMV treatment did not show any color breaking, while on CMV treatment produced the abnormal flower form. The vaccine application was able to protect chrysanthemum plants against CMV infection.
Uji Kepekaan Antiserum Poliklonal untuk Deteksi Cepat CMV dengan Metode ELISA Tidak Langsung pada Tanaman Anthurium I B Rahardjo; E Diningsih; Y Sulyo
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n3.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Virus mosaik ketimun (CMV) merupakan salah satu patogen penting pada berbagai tanaman hortikultura, termasuk tanaman anthurium. Untuk mengetahui secara dini infeksi virus pada tanaman, maka perlu dikembangkan metode deteksi cepat. Salah satu metode serologi yang paling banyak digunakan dewasa ini untuk deteksi virus secara cepat adalah ELISA. Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi optimal dari antiserum CMV untuk deteksi cepat pada tanaman anthurium. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Virologi, Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung (1.100 m dpl.), dari bulan April sampai Juli 2005. Antiserum diproduksi dengan cara penyuntikan virus murni CMV secara bertahap pada kelinci dengan konsentrasi setiap penyuntikan sebesar 1 mg/ml yang dilakukan pada penelitian sebelumnya. Konsentrasi antiserum diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 280 nm. Pengujian kepekaan antiserum terhadap antigen dilakukan dengan metode ELISA tidak langsung. Hasil pengujian menunjukkan konsentrasi antiserum CMV dan pengenceran sampel yang optimal untuk deteksi CMV pada tanaman anthurium yang terinfeksi adalah masing-masing sebesar 1/1.000 dan 1/5, 1/1.000 dan 1/10.ABSTRACT. Rahardjo, I.B., E. Diningsih, and Y. Sulyo. 2008. Sensitivity Test of Cucumber Mosaic Virus Polyclonal Antisera for Rapid Detection of CMV with Indirect ELISA on Anthurium. Cucumber mosaic virus is one of the major pathogens on some horticulture crops including Anthurium. A rapid detection method should be developed to support the evaluation of initial infection of the virus in crops. A serological method commonly used for rapid detection of plant viruses is ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). The objective of the experiment was to determine the optimum concentration of CMV antiserum for rapid detection on anthurium. The experiment was done in Virological Laboratory of Indonesia Ornament Crops Research Institute in Segunung (1.100 m asl.), from April to July 2005. A polyclonal CMV antiserum had been produced by injections of purified CMV into a rabbit with the concentration of 1 mg/ml each injection from previous research. Antiserum concentration was measured with the spectrophotometer at 280 nm wave length. The sensitivity tests of the antiserum was carried out with indirect ELISA method. The results showed that the optimum concentration of the antiserum and the optimum sample dilution for detection of CMV infected anthurium were 1/1,000 and 1/5, 1/1,000 and 1/10 respectively.