I B Rahardjo
Unknown Affiliation

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Teknik Proteksi Silang untuk Pengendalian CMV pada Krisan Rahardjo, I B; Diningsih, E; Sulyo, Y
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Salah satu viru s yang menyerang tanaman krisan adalah CMV. Alternatif pengendalian CMV pada tanaman adalah menggu nakan vaksin CARNA 5. Tuju an penelitian adalah menguj i teknik proteksi silang untuk mengendalikan CMV pada beberapa varietas krisan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Hias Segu nung, Pacet, Cianjur , Jawa Barat, pada bulan Agu stus sampai Desember 2004. Perc obaan menggu nakan rancangan petak terpisah dengan rancangan dasar acak kelompok dengan 3 ulangan. Petak utama adalah 5 varietas krisan, yaitu White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, dan Revert. Sebagai anak petak adalah perlakuan vaksin dan CMV, yaitu perlakuan tanpa vaksin dan tanpa CMV, perlakuan CMV tanpa vaksin, perlakuan vaksin tanpa CMV, dan perlakuan vaksin dan CMV. Hasil penelitian menunju kkan bahwa tanaman krisan varietas White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, dan Revert yang diberi perlakuan vaksin dapat memproteksi CMV dengan pertumbuh an tanaman dan hasil bunga yang normal.ABSTRACT. Rahardjo, I.B., E. Diningsih, and Y. Sulyo. 2008. Cross Protection Technique for Controlling CMV on Chrysanthemum. One of viru s attack chry santhemum is CMV. The alternative to control CMV is the use of vacc ine CARNA 5. The objective of the experiment was to test the cr oss protection tech nique for controlling of CMV on several chry santhemum varieties. The experiment was conduc ted in Virology Laboratory of Indonesian Ornamental Plant Research Institute (IOPRI) in Segu nung, Pacet, Cianjur , West Java, from Augu st to December 2004, using a RC BD split-plot design with 3 replications. The main plot was 5 chry santhemum varieties of White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, and Revert. The subplot was treatments of vacc ine and CMV, i.e. without vacc ine and CMV, CMV only, vacc ine only, and both vacc ine and CMV. The results of the experiment showed that CARNA 5 vacc ine was able to protect chry santhemum varieties of White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, and Revert from CMV with normal plant growth and produced good flower quality.
Vaksin CARNA 5 untuk Memproteksi Tanaman Krisan Varietas Reagent Orange dari Infeksi Virus Mosaik Mentimun Rahardjo, I B; Diningsih, E; Sulyo, Y
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 2 (2008): Juni 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Salah satu alternatif pengendalian CMV yang menginfeksi tanaman krisan adalah menggunakan vaksin CARNA 5. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh CARNA 5 pada umur tanaman yang berbeda untuk mengendalikan CMV pada varietas krisan Reagent Orange. Penelitian dilaksanakan di Rumahkaca dan Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Hias di Segunung, Pacet, Cianjur, Jawa Barat, pada bulan Januari sampai Desember 2002. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan rancangan dasar acak kelompok dengan 3 ulangan. Sebagai petak utama adalah umur tanaman saat disambung, yaitu (1) 2 minggu setelah tanam (MST), (2) 4 MST, dan (3) 6 MST. Sebagai anak petak adalah perlakuan vaksin dan CMV, yaitu (1) perlakuan tanpa vaksin dan tanpa CMV, (2) perlakuan tanpa vaksin tetapi dengan CMV, (3) perlakuan dengan vaksin tetapi tanpa CMV, dan (4) perlakuan dengan vaksin + CMV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman krisan yang diberi perlakuan vaksin dan tanaman kontrol tidak menunjukkan gejala mosaik. Umur tanaman krisan yang disambung 2, 4 dan 6 MST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tinggi tanaman, jumlah bunga, dan diameter bunga krisan Reagent Orange tidak memberikan respons yang nyata terhadap perlakuan CMV, walaupun nilai absorbansi virus pada perlakuan CMV berbeda nyata dibandingkan dengan tanpa perlakuan, perlakuan vaksin, dan perlakuan vaksin + CMV. Kualitas bunga krisan Reagent Orange pada perlakuan vaksin + CMV tidak menampakkan warna yang pecah , sedangkan perlakuan CMV menyebabkan tanaman krisan Reagent Orange menghasilkan bentuk bunga yang abnormal. Perlakuan vaksin dapat memproteksi CMV pada tanaman krisan.ABSTRACT. Rahardjo, I.B., E. Diningsih, and Y. Sulyo. 2008. CARNA 5 Vaccine to Protect Chrysanthemum Reagent Orange Variety Against Cucumber Mosaic Virus (CMV). One of the alternative to control CMV on chrysanthemum was the use of CARNA 5 vaccine. The objective of the experiment was to know the effect of application of CARNA 5 at different plant ages for controlling CMV on chrysanthemum var. Reagent Orange. The experiment was conducted in Virology Laboratory & Screenhouse of Indonesian Ornamental Crops Research Institute at Segunung, Pacet, Cianjur, West Jawa, from January to December 2002. RC BD Split-plot design with 3 replications was used. The main plots were graft inoculation on the plant at 2, 4, and 6 weeks after planting (WAP). The subplot was treatments of vaccine and CMV, i.e. (1) without vaccine and CMV, (2) CMV only, (3) vaccine only, and (4) vaccine + CMV. The results of the experiment showed that chrysanthemum treated with vaccine and control did not show any mosaic symptom. The graft inoculation at 2, 4, and 6 WAP did not show any significant different. Plant height, flower number, and flower diameter did not give significant response to CMV treatment, although virus absorbance value on CMV treatments was significantly different compared to control, vaccine treatment, and vaccine + CMV treatment. The quality of flower color on vaccine + CMV treatment did not show any color breaking, while on CMV treatment produced the abnormal flower form. The vaccine application was able to protect chrysanthemum plants against CMV infection.
Seleksi Ketahanan Klon-klon Harapan Krisan terhadap Penyakit Karat Budiarto, K; Rahardjo, I B; Suhardi, -
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Sifat ketahanan terhadap penyakit merupakan salah satu kriteria dalam seleksi progeni hasil persilangan untuk pelepasan varietas baru krisan. Untuk mendapatkan klon-klon unggul krisan tahan karat, sejumlah progeni telah dievaluasi ketahanannya. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (1.100 m dpl) dari bulan Oktober 2002 hingga September 2003 untuk mengevaluasi 13 aksesi yang terdiri dari 12 klon krisan, yaitu nomor 151.13, 159.79, 162.7, 164.28, 164.37, 164.64, 164.82, 164.88, 164.97, 164.102, 164.156, 165.12, dan 1 varietas kontrol (cv. White Reagent) terhadap penyakit karat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa awal terjadinya gejala dan insidensi penyakit bervariasi pada klon-klon yang dicoba. Berdasarkan kriteria tingkat ketahanan, terdapat 2 klon, yaitu No. 151.13 dan 164.64, dikategorikan sangat tahan terhadap penyakit karat. Selain itu terdapat 2 klon yang termasuk kriteria tahan dan 7 klon yang dikategorikan agak tahan. Sedangkan cv. White Reagent dan klon No. 164.37 termasuk dalam kategori agak rentan terhadap penyakit karat.ABSTRACT. Budiarto, K., I. B. Rahardjo, and Suhardi. 2008. Resistant Evaluation of Chrysysanthemum Promising Clones to Japanese White Rust Dise ase . Resistance to major disease is one of important criteria in the selection of chrysanthemum for new released varieties. Japanese white rust is considered one of constrained-diseases and become major problems in commercial chrysanthemum growers in Indonesia up to this moment. Thus, selection of progenies against this disease became important. The research was conducted from October 2002 to September 2003 to evaluate 13 accessions of chrysanthemum, comprised of 12 promising clones of no. 151.13, 159.79, 162.7, 164.28, 164.37, 164.64, 164.82, 164.88, 164.97, 164.102, 164.156, 165.12, and 1 commercial variety (cv. White Reagent) as control to white rust disease. The results of the experiments showed that the initial symptoms and white rust incidence were varied among clones tested. Among the 13 accessions, 2 clones (no. 151.13 and 164.64) were considered strongly resistant. The other 2 and 7 clones were included to the criteria of resistant and moderate resistant, respectively. While cv. White Reagent (control) and clone no. 164.37 were categorized as moderate susceptible.
Insidensi dan Intensitas Serangan Penyakit Karat Putih pada Beberapa Klon Krisan Rahardjo, I B; Suhardi, -
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Penyakit karat putih adalah salah satu kendala dalam meningkatkan produksi bunga krisan. Penyakit karat putih pada tanaman krisan disebabkan oleh cendawan Puccinia horiana. Salah satu alternatif pengendalian adalah menggunakan varietas resisten. Tujuan penelitian adalah mengetahui insidensi dan intensitas penyakit karat putih pada klon-klon krisan. Penelitian dilakukan di Rumah Plastik Balai Penelitian Tanaman Hias di Segunung (1.100 m dpl.), sejak bulan September 2002 sampai Februari 2003. Pada penelitian ini dievaluasi sebanyak 13 klon harapan krisan hasil seleksi tahun 2000. Perlakuan terdiri 13 klon harapan krisan yaitu klon nomor 116.44, 116.53, 116.57, 125.14, 130.8, 131.1, 133.59, 133.7, 133.95, 135.6, 136.1, 136.11, 150.4, var. Saraswati, dan var. White Reagent, menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klon nomor 136.10 adalah klon yang memiliki sifat baik, paling lambat terinfeksi penyakit karat (133 HST), pada 15 MST paling rendah insiden penyakitnya (12,67%). Intensitas serangan kedua terendah (5,08%) setelah klon nomor 133.95 (4,6%), dan intensitas penyakit waktu panen juga rendah (4,44%).ABSTRACT. Rahardjo I.B. and Suhardi. 2008. Incidence and Intensity of White Rust Disease on Several Chrysanthemum Clones. White rust disease is one of constrain in increasing the production of chrysanthemum flower. White rust disease on chrysanthemum caused by Puccinia horiana. One of the control alternative was the use of resistant variety. The aim of the experiment was to know incidence and disease intensity of white rust on chrysanthemum clones. The experiment was done in Plastichouse at Indonesian Ornamental Crop Research Institute, Segunung (1.100 m asl), from September 2002 to February 2003. Evaluations were done on 13 chrysanthemum promising clones from selection in 2000. The treatments consisted of 13 chrysanthemum promising clones namely : 116.44, 116.53, 116.57, 125.14, 130.8, 131.1, 133.59, 133.7, 133.95, 135.6, 136.1, 136.11, 150.4, var. Saraswati, and var. White Reagent. RCBD with 3 replications were used in this experiment. The results of the experiment showed that clone 136.10 indicated good characteristic, with latest of disease infection (133 days after planting), lowest disease incidence at 15 weeks after planting (12.67%), and the second lowest for disease intensity (5.08%) after clone 133.95 (4.6%). While clone 136.10 showed lowest disease intensity on harvesting time (4.44%).
Uji Kepekaan Antiserum Poliklonal untuk Deteksi Cepat CMV dengan Metode ELISA Tidak Langsung pada Tanaman Anthurium Rahardjo, I B; Diningsih, E; Sulyo, Y
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Virus mosaik ketimun (CMV) merupakan salah satu patogen penting pada berbagai tanaman hortikultura, termasuk tanaman anthurium. Untuk mengetahui secara dini infeksi virus pada tanaman, maka perlu dikembangkan metode deteksi cepat. Salah satu metode serologi yang paling banyak digunakan dewasa ini untuk deteksi virus secara cepat adalah ELISA. Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi optimal dari antiserum CMV untuk deteksi cepat pada tanaman anthurium. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Virologi, Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung (1.100 m dpl.), dari bulan April sampai Juli 2005. Antiserum diproduksi dengan cara penyuntikan virus murni CMV secara bertahap pada kelinci dengan konsentrasi setiap penyuntikan sebesar 1 mg/ml yang dilakukan pada penelitian sebelumnya. Konsentrasi antiserum diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 280 nm. Pengujian kepekaan antiserum terhadap antigen dilakukan dengan metode ELISA tidak langsung. Hasil pengujian menunjukkan konsentrasi antiserum CMV dan pengenceran sampel yang optimal untuk deteksi CMV pada tanaman anthurium yang terinfeksi adalah masing-masing sebesar 1/1.000 dan 1/5, 1/1.000 dan 1/10.ABSTRACT. Rahardjo, I.B., E. Diningsih, and Y. Sulyo. 2008. Sensitivity Test of Cucumber Mosaic Virus Polyclonal Antisera for Rapid Detection of CMV with Indirect ELISA on Anthurium. Cucumber mosaic virus is one of the major pathogens on some horticulture crops including Anthurium. A rapid detection method should be developed to support the evaluation of initial infection of the virus in crops. A serological method commonly used for rapid detection of plant viruses is ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). The objective of the experiment was to determine the optimum concentration of CMV antiserum for rapid detection on anthurium. The experiment was done in Virological Laboratory of Indonesia Ornament Crops Research Institute in Segunung (1.100 m asl.), from April to July 2005. A polyclonal CMV antiserum had been produced by injections of purified CMV into a rabbit with the concentration of 1 mg/ml each injection from previous research. Antiserum concentration was measured with the spectrophotometer at 280 nm wave length. The sensitivity tests of the antiserum was carried out with indirect ELISA method. The results showed that the optimum concentration of the antiserum and the optimum sample dilution for detection of CMV infected anthurium were 1/1,000 and 1/5, 1/1,000 and 1/10 respectively.
Seleksi Ketahanan Klon-klon Harapan Krisan terhadap Penyakit Karat K Budiarto; I B Rahardjo; - Suhardi
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n3.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Sifat ketahanan terhadap penyakit merupakan salah satu kriteria dalam seleksi progeni hasil persilangan untuk pelepasan varietas baru krisan. Untuk mendapatkan klon-klon unggul krisan tahan karat, sejumlah progeni telah dievaluasi ketahanannya. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (1.100 m dpl) dari bulan Oktober 2002 hingga September 2003 untuk mengevaluasi 13 aksesi yang terdiri dari 12 klon krisan, yaitu nomor 151.13, 159.79, 162.7, 164.28, 164.37, 164.64, 164.82, 164.88, 164.97, 164.102, 164.156, 165.12, dan 1 varietas kontrol (cv. White Reagent) terhadap penyakit karat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa awal terjadinya gejala dan insidensi penyakit bervariasi pada klon-klon yang dicoba. Berdasarkan kriteria tingkat ketahanan, terdapat 2 klon, yaitu No. 151.13 dan 164.64, dikategorikan sangat tahan terhadap penyakit karat. Selain itu terdapat 2 klon yang termasuk kriteria tahan dan 7 klon yang dikategorikan agak tahan. Sedangkan cv. White Reagent dan klon No. 164.37 termasuk dalam kategori agak rentan terhadap penyakit karat.ABSTRACT. Budiarto, K., I. B. Rahardjo, and Suhardi. 2008. Resistant Evaluation of Chrysysanthemum Promising Clones to Japanese White Rust Dise ase . Resistance to major disease is one of important criteria in the selection of chrysanthemum for new released varieties. Japanese white rust is considered one of constrained-diseases and become major problems in commercial chrysanthemum growers in Indonesia up to this moment. Thus, selection of progenies against this disease became important. The research was conducted from October 2002 to September 2003 to evaluate 13 accessions of chrysanthemum, comprised of 12 promising clones of no. 151.13, 159.79, 162.7, 164.28, 164.37, 164.64, 164.82, 164.88, 164.97, 164.102, 164.156, 165.12, and 1 commercial variety (cv. White Reagent) as control to white rust disease. The results of the experiments showed that the initial symptoms and white rust incidence were varied among clones tested. Among the 13 accessions, 2 clones (no. 151.13 and 164.64) were considered strongly resistant. The other 2 and 7 clones were included to the criteria of resistant and moderate resistant, respectively. While cv. White Reagent (control) and clone no. 164.37 were categorized as moderate susceptible.
Teknik Proteksi Silang untuk Pengendalian CMV pada Krisan I B Rahardjo; E Diningsih; Y Sulyo
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n1.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Salah satu viru s yang menyerang tanaman krisan adalah CMV. Alternatif pengendalian CMV pada tanaman adalah menggu nakan vaksin CARNA 5. Tuju an penelitian adalah menguj i teknik proteksi silang untuk mengendalikan CMV pada beberapa varietas krisan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Hias Segu nung, Pacet, Cianjur , Jawa Barat, pada bulan Agu stus sampai Desember 2004. Perc obaan menggu nakan rancangan petak terpisah dengan rancangan dasar acak kelompok dengan 3 ulangan. Petak utama adalah 5 varietas krisan, yaitu White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, dan Revert. Sebagai anak petak adalah perlakuan vaksin dan CMV, yaitu perlakuan tanpa vaksin dan tanpa CMV, perlakuan CMV tanpa vaksin, perlakuan vaksin tanpa CMV, dan perlakuan vaksin dan CMV. Hasil penelitian menunju kkan bahwa tanaman krisan varietas White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, dan Revert yang diberi perlakuan vaksin dapat memproteksi CMV dengan pertumbuh an tanaman dan hasil bunga yang normal.ABSTRACT. Rahardjo, I.B., E. Diningsih, and Y. Sulyo. 2008. Cross Protection Technique for Controlling CMV on Chrysanthemum. One of viru s attack chry santhemum is CMV. The alternative to control CMV is the use of vacc ine CARNA 5. The objective of the experiment was to test the cr oss protection tech nique for controlling of CMV on several chry santhemum varieties. The experiment was conduc ted in Virology Laboratory of Indonesian Ornamental Plant Research Institute (IOPRI) in Segu nung, Pacet, Cianjur , West Java, from Augu st to December 2004, using a RC BD split-plot design with 3 replications. The main plot was 5 chry santhemum varieties of White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, and Revert. The subplot was treatments of vacc ine and CMV, i.e. without vacc ine and CMV, CMV only, vacc ine only, and both vacc ine and CMV. The results of the experiment showed that CARNA 5 vacc ine was able to protect chry santhemum varieties of White Reagent, Town Talk, Dark Fiji, Stroika, and Revert from CMV with normal plant growth and produced good flower quality.
Vaksin CARNA 5 untuk Memproteksi Tanaman Krisan Varietas Reagent Orange dari Infeksi Virus Mosaik Mentimun I B Rahardjo; E Diningsih; Y Sulyo
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 2 (2008): Juni 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n2.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Salah satu alternatif pengendalian CMV yang menginfeksi tanaman krisan adalah menggunakan vaksin CARNA 5. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh CARNA 5 pada umur tanaman yang berbeda untuk mengendalikan CMV pada varietas krisan Reagent Orange. Penelitian dilaksanakan di Rumahkaca dan Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Hias di Segunung, Pacet, Cianjur, Jawa Barat, pada bulan Januari sampai Desember 2002. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan rancangan dasar acak kelompok dengan 3 ulangan. Sebagai petak utama adalah umur tanaman saat disambung, yaitu (1) 2 minggu setelah tanam (MST), (2) 4 MST, dan (3) 6 MST. Sebagai anak petak adalah perlakuan vaksin dan CMV, yaitu (1) perlakuan tanpa vaksin dan tanpa CMV, (2) perlakuan tanpa vaksin tetapi dengan CMV, (3) perlakuan dengan vaksin tetapi tanpa CMV, dan (4) perlakuan dengan vaksin + CMV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman krisan yang diberi perlakuan vaksin dan tanaman kontrol tidak menunjukkan gejala mosaik. Umur tanaman krisan yang disambung 2, 4 dan 6 MST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tinggi tanaman, jumlah bunga, dan diameter bunga krisan Reagent Orange tidak memberikan respons yang nyata terhadap perlakuan CMV, walaupun nilai absorbansi virus pada perlakuan CMV berbeda nyata dibandingkan dengan tanpa perlakuan, perlakuan vaksin, dan perlakuan vaksin + CMV. Kualitas bunga krisan Reagent Orange pada perlakuan vaksin + CMV tidak menampakkan warna yang pecah , sedangkan perlakuan CMV menyebabkan tanaman krisan Reagent Orange menghasilkan bentuk bunga yang abnormal. Perlakuan vaksin dapat memproteksi CMV pada tanaman krisan.ABSTRACT. Rahardjo, I.B., E. Diningsih, and Y. Sulyo. 2008. CARNA 5 Vaccine to Protect Chrysanthemum Reagent Orange Variety Against Cucumber Mosaic Virus (CMV). One of the alternative to control CMV on chrysanthemum was the use of CARNA 5 vaccine. The objective of the experiment was to know the effect of application of CARNA 5 at different plant ages for controlling CMV on chrysanthemum var. Reagent Orange. The experiment was conducted in Virology Laboratory & Screenhouse of Indonesian Ornamental Crops Research Institute at Segunung, Pacet, Cianjur, West Jawa, from January to December 2002. RC BD Split-plot design with 3 replications was used. The main plots were graft inoculation on the plant at 2, 4, and 6 weeks after planting (WAP). The subplot was treatments of vaccine and CMV, i.e. (1) without vaccine and CMV, (2) CMV only, (3) vaccine only, and (4) vaccine + CMV. The results of the experiment showed that chrysanthemum treated with vaccine and control did not show any mosaic symptom. The graft inoculation at 2, 4, and 6 WAP did not show any significant different. Plant height, flower number, and flower diameter did not give significant response to CMV treatment, although virus absorbance value on CMV treatments was significantly different compared to control, vaccine treatment, and vaccine + CMV treatment. The quality of flower color on vaccine + CMV treatment did not show any color breaking, while on CMV treatment produced the abnormal flower form. The vaccine application was able to protect chrysanthemum plants against CMV infection.
Uji Kepekaan Antiserum Poliklonal untuk Deteksi Cepat CMV dengan Metode ELISA Tidak Langsung pada Tanaman Anthurium I B Rahardjo; E Diningsih; Y Sulyo
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n3.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Virus mosaik ketimun (CMV) merupakan salah satu patogen penting pada berbagai tanaman hortikultura, termasuk tanaman anthurium. Untuk mengetahui secara dini infeksi virus pada tanaman, maka perlu dikembangkan metode deteksi cepat. Salah satu metode serologi yang paling banyak digunakan dewasa ini untuk deteksi virus secara cepat adalah ELISA. Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi optimal dari antiserum CMV untuk deteksi cepat pada tanaman anthurium. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Virologi, Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung (1.100 m dpl.), dari bulan April sampai Juli 2005. Antiserum diproduksi dengan cara penyuntikan virus murni CMV secara bertahap pada kelinci dengan konsentrasi setiap penyuntikan sebesar 1 mg/ml yang dilakukan pada penelitian sebelumnya. Konsentrasi antiserum diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 280 nm. Pengujian kepekaan antiserum terhadap antigen dilakukan dengan metode ELISA tidak langsung. Hasil pengujian menunjukkan konsentrasi antiserum CMV dan pengenceran sampel yang optimal untuk deteksi CMV pada tanaman anthurium yang terinfeksi adalah masing-masing sebesar 1/1.000 dan 1/5, 1/1.000 dan 1/10.ABSTRACT. Rahardjo, I.B., E. Diningsih, and Y. Sulyo. 2008. Sensitivity Test of Cucumber Mosaic Virus Polyclonal Antisera for Rapid Detection of CMV with Indirect ELISA on Anthurium. Cucumber mosaic virus is one of the major pathogens on some horticulture crops including Anthurium. A rapid detection method should be developed to support the evaluation of initial infection of the virus in crops. A serological method commonly used for rapid detection of plant viruses is ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). The objective of the experiment was to determine the optimum concentration of CMV antiserum for rapid detection on anthurium. The experiment was done in Virological Laboratory of Indonesia Ornament Crops Research Institute in Segunung (1.100 m asl.), from April to July 2005. A polyclonal CMV antiserum had been produced by injections of purified CMV into a rabbit with the concentration of 1 mg/ml each injection from previous research. Antiserum concentration was measured with the spectrophotometer at 280 nm wave length. The sensitivity tests of the antiserum was carried out with indirect ELISA method. The results showed that the optimum concentration of the antiserum and the optimum sample dilution for detection of CMV infected anthurium were 1/1,000 and 1/5, 1/1,000 and 1/10 respectively.
Insidensi dan Intensitas Serangan Penyakit Karat Putih pada Beberapa Klon Krisan I B Rahardjo; - Suhardi
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n3.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Penyakit karat putih adalah salah satu kendala dalam meningkatkan produksi bunga krisan. Penyakit karat putih pada tanaman krisan disebabkan oleh cendawan Puccinia horiana. Salah satu alternatif pengendalian adalah menggunakan varietas resisten. Tujuan penelitian adalah mengetahui insidensi dan intensitas penyakit karat putih pada klon-klon krisan. Penelitian dilakukan di Rumah Plastik Balai Penelitian Tanaman Hias di Segunung (1.100 m dpl.), sejak bulan September 2002 sampai Februari 2003. Pada penelitian ini dievaluasi sebanyak 13 klon harapan krisan hasil seleksi tahun 2000. Perlakuan terdiri 13 klon harapan krisan yaitu klon nomor 116.44, 116.53, 116.57, 125.14, 130.8, 131.1, 133.59, 133.7, 133.95, 135.6, 136.1, 136.11, 150.4, var. Saraswati, dan var. White Reagent, menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klon nomor 136.10 adalah klon yang memiliki sifat baik, paling lambat terinfeksi penyakit karat (133 HST), pada 15 MST paling rendah insiden penyakitnya (12,67%). Intensitas serangan kedua terendah (5,08%) setelah klon nomor 133.95 (4,6%), dan intensitas penyakit waktu panen juga rendah (4,44%).ABSTRACT. Rahardjo I.B. and Suhardi. 2008. Incidence and Intensity of White Rust Disease on Several Chrysanthemum Clones. White rust disease is one of constrain in increasing the production of chrysanthemum flower. White rust disease on chrysanthemum caused by Puccinia horiana. One of the control alternative was the use of resistant variety. The aim of the experiment was to know incidence and disease intensity of white rust on chrysanthemum clones. The experiment was done in Plastichouse at Indonesian Ornamental Crop Research Institute, Segunung (1.100 m asl), from September 2002 to February 2003. Evaluations were done on 13 chrysanthemum promising clones from selection in 2000. The treatments consisted of 13 chrysanthemum promising clones namely : 116.44, 116.53, 116.57, 125.14, 130.8, 131.1, 133.59, 133.7, 133.95, 135.6, 136.1, 136.11, 150.4, var. Saraswati, and var. White Reagent. RCBD with 3 replications were used in this experiment. The results of the experiment showed that clone 136.10 indicated good characteristic, with latest of disease infection (133 days after planting), lowest disease incidence at 15 weeks after planting (12.67%), and the second lowest for disease intensity (5.08%) after clone 133.95 (4.6%). While clone 136.10 showed lowest disease intensity on harvesting time (4.44%).