K Budiarto
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pengaruh Cara Tanam dan Metode Pinching terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bunga Potong Anyelir Wuryaningsih, S; Budiarto, K; Suhardi, -
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 2 (2008): Juni 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Anyelir merupakan salah satu tanaman penghasil bunga potong yang sangat penting dalam agribisnis florikultura di Indonesia. Peningkatan permintaan terhadap bunga potong ini menuntut perbaikan kualitas proses produksi yang menyangkut aplikasi teknik budidaya yang diharapkan meningkatkan produktivitas dan efisiensi pada skala usahatani. Perbaikan teknik budidaya ini antara lain perbaikan cara tanam (tata letak dan kerapatan tanaman) dan metode pinching. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh tata letak dan kerapatan tanaman serta metode pinching terhadap pertumbuhan dan produksi bunga potong anyelir. Penelitian dilakukan di bawah kondisi rumah plastik di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung dari bulan September 2004 hingga Agustus 2005.  Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok pola split-split plot dengan 3 ulangan. Petak utama adalah tata letak tanaman, yaitu zig-zag dan lurus dalam barisan. Anak petak adalah kerapatan tanaman, yaitu 25 dan 36 tanaman/m2. Sedangkan yang bertindak sebagai anak-anak petak adalah metode pinching, yaitu tunggal, 1½, dan piching ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata letak tanaman dalam bedengan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bunga anyelir. Tunas lateral lebih banyak tumbuh pada kerapatan tanaman yang lebih renggang. Namun demikian jumlah tanaman per satuan luas lebih banyak pada kerapatan tanaman yang lebih padat berkontribusi lebih nyata terhadap total produksi bunga. Perlakuan metode pinching yang diterapkan hanya berpengaruh pada jumlah tunas lateral dan panjang tangkai bunga yang dihasilkan. Metode pinching ganda memberikan jumlah tunas lateral dan panjang tangkai yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan metode 1½ dan pinching tunggal, namun tidak nyata pada parameter pertumbuhan dan parameter reproduktif yang lain.ABSTRACT. Wuryaningsih, S., K. Budiarto, and Suhardi. 2008. The Effects of Cultural Practices and Pinching Methods on the Growth and Flower Production on Carnation. Carnation is one of the important cut flowers in Indonesian floriculture trade. The demand of this commodity has increased significantly up to this moment. Improvement of cultural practices is needed to make the business more efficient and profitable. The research was conducted to find out the effect of plant arrangement, plant density, and method of pinching on growth and flower production of carnation. The experiment was carried out under plastichouse conditions at Segunung Research Station, Indonesian Ornamental Crops Research Institute from September 2004 to August 2005. A split-split plot randomized completely block design with 3 replications was used. The main plot was plant arrangements, namely zig-zag and straight in row pattern. The subplot was planting densities of 25 and 36 plants/m2, while the sub-subplot was pinching methods, namely single, 1½, and double pinching. The results of the experiment showed that the growth and flower production of carnation were not influenced by plant arrangement. Number of axillary buds was increased with less planting density. However, due to the higher number of plants per unit area, the number of harvested flowers was higher in the treatment of 36 plants/m2. Compared to 1½ and single pinching methods, double pinching only gave higher number of axillary buds and stalk length, but was not significant affect other growth and reproductive parameters.
Pengaruh Durasi Pemanasan terhadap Keberadaan Chrysanthemum Virus-B pada Tiga Varietas Krisan Terinfeksi Budiarto, K; Sulyo, Y; Rahardjo, B; Pramanik, D
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 2 (2008): Juni 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Chrysanthemum virus-B (CVB) merupakan salah satu jenis virus penting yang dapat menyebabkan degenerasi pertumbuhan pada tanaman krisan. Usaha eliminasi virus pada tanaman terinfeksi merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan kembali tanaman sehat dengan potensi genetik yang sesuai dengan varietas asalnya. Usaha eliminasi ini dapat ditempuh dengan menggunakan kombinasi metode pemanasan dan kultur meristem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh durasi pemanasan terhadap kandungan partikel CVB pada plantlet 3 varietas krisan terinfeksi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung dari bulan Februari hingga Agustus 2005. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 5 ulangan. Faktor pertama adalah 3 varietas krisan yaitu Cut Nyak Dien, Sakuntala, dan Yellow Fiji. Faktor kedua adalah durasi terapi pemanasan dengan 3 taraf, yaitu 1, 2, dan 3 minggu pemanasan suhu 38-40oC. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan toleransi antarvarietas yang dicoba terhadap durasi suhu tinggi akibat perlakuan pemanasan. Pada ketiga varietas yang dicoba, jumlah plantlet hidup pascaperlakuan pemanasan menurun seiring dengan semakin lamanya durasi pemanasan. Persentase plantlet bebas virus semakin meningkat seiring dengan lamanya durasi pemanasan yang dilakukan dan perlakuan pemanasan selama 3 minggu yang diikuti kultur meristem secara efektif dapat membebaskan plantlet krisan dari infeksi CVB.ABSTRACT. Budiarto, K., Y. Sulyo, I.B. Rahardjo, and D. Pramanik. 2008. The Effect of Duration of Heat Treatment on Chrysanthemum Virus-B at Three Varieties of Infected Chrysanthemum. Chrysanthemum virus-B (CVB) is one of the important pathogenic viruses caused significant degeneration on chrysanthemum growth. Efforts have been made to get the healthy protocols by eliminating virus from the infected plants. One of the promising methods was the combination of heat treatments and meristem culture. The research was conducted to find out the influence of heat durations of meristem culture on the existence of CVB on infected chrysanthemum plants. The experiment was carried out in Tissue Culture Laboratory and Virology Laboratory of The Indonesian Ornamental Crops Research Institute from February until August 2005. A randomized completely block design with 5 replications was used. The first factor was 3 chrysanthemum varieties, namely Cut Nyak Dien, Sakuntala, and Yellow Fiji. The second factor was duration of heat treatments; 1, 2, and 3 weeks heat treatments at 38-40oC. The results of the experiment showed that different responses existed among varieties to heat durations. The plantlet survival rates also decreased in line with the length of heat duration. However, the percentage of virus-free plantlets increased along with the lengthened heat treatments. Three weeks heat treatment of meristem culture, effectively eliminated CVB from infected plantlets.
Seleksi Ketahanan Klon-klon Harapan Krisan terhadap Penyakit Karat Budiarto, K; Rahardjo, I B; Suhardi, -
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Sifat ketahanan terhadap penyakit merupakan salah satu kriteria dalam seleksi progeni hasil persilangan untuk pelepasan varietas baru krisan. Untuk mendapatkan klon-klon unggul krisan tahan karat, sejumlah progeni telah dievaluasi ketahanannya. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (1.100 m dpl) dari bulan Oktober 2002 hingga September 2003 untuk mengevaluasi 13 aksesi yang terdiri dari 12 klon krisan, yaitu nomor 151.13, 159.79, 162.7, 164.28, 164.37, 164.64, 164.82, 164.88, 164.97, 164.102, 164.156, 165.12, dan 1 varietas kontrol (cv. White Reagent) terhadap penyakit karat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa awal terjadinya gejala dan insidensi penyakit bervariasi pada klon-klon yang dicoba. Berdasarkan kriteria tingkat ketahanan, terdapat 2 klon, yaitu No. 151.13 dan 164.64, dikategorikan sangat tahan terhadap penyakit karat. Selain itu terdapat 2 klon yang termasuk kriteria tahan dan 7 klon yang dikategorikan agak tahan. Sedangkan cv. White Reagent dan klon No. 164.37 termasuk dalam kategori agak rentan terhadap penyakit karat.ABSTRACT. Budiarto, K., I. B. Rahardjo, and Suhardi. 2008. Resistant Evaluation of Chrysysanthemum Promising Clones to Japanese White Rust Dise ase . Resistance to major disease is one of important criteria in the selection of chrysanthemum for new released varieties. Japanese white rust is considered one of constrained-diseases and become major problems in commercial chrysanthemum growers in Indonesia up to this moment. Thus, selection of progenies against this disease became important. The research was conducted from October 2002 to September 2003 to evaluate 13 accessions of chrysanthemum, comprised of 12 promising clones of no. 151.13, 159.79, 162.7, 164.28, 164.37, 164.64, 164.82, 164.88, 164.97, 164.102, 164.156, 165.12, and 1 commercial variety (cv. White Reagent) as control to white rust disease. The results of the experiments showed that the initial symptoms and white rust incidence were varied among clones tested. Among the 13 accessions, 2 clones (no. 151.13 and 164.64) were considered strongly resistant. The other 2 and 7 clones were included to the criteria of resistant and moderate resistant, respectively. While cv. White Reagent (control) and clone no. 164.37 were categorized as moderate susceptible.
Pengaruh Durasi Pemanasan terhadap Keberadaan Chrysanthemum Virus-B pada Tiga Varietas Krisan Terinfeksi Budiarto, K; Sulyo, Y; Rahardjo, B; Pramanik, D
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 2 (2008): Juni 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n2.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Chrysanthemum virus-B (CVB) merupakan salah satu jenis virus penting yang dapat menyebabkan degenerasi pertumbuhan pada tanaman krisan. Usaha eliminasi virus pada tanaman terinfeksi merupakan salah satu upaya untuk mendapatkan kembali tanaman sehat dengan potensi genetik yang sesuai dengan varietas asalnya. Usaha eliminasi ini dapat ditempuh dengan menggunakan kombinasi metode pemanasan dan kultur meristem. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh durasi pemanasan terhadap kandungan partikel CVB pada plantlet 3 varietas krisan terinfeksi. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Laboratorium Virologi Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung dari bulan Februari hingga Agustus 2005. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan 5 ulangan. Faktor pertama adalah 3 varietas krisan yaitu Cut Nyak Dien, Sakuntala, dan Yellow Fiji. Faktor kedua adalah durasi terapi pemanasan dengan 3 taraf, yaitu 1, 2, dan 3 minggu pemanasan suhu 38-40oC. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan toleransi antarvarietas yang dicoba terhadap durasi suhu tinggi akibat perlakuan pemanasan. Pada ketiga varietas yang dicoba, jumlah plantlet hidup pascaperlakuan pemanasan menurun seiring dengan semakin lamanya durasi pemanasan. Persentase plantlet bebas virus semakin meningkat seiring dengan lamanya durasi pemanasan yang dilakukan dan perlakuan pemanasan selama 3 minggu yang diikuti kultur meristem secara efektif dapat membebaskan plantlet krisan dari infeksi CVB.ABSTRACT. Budiarto, K., Y. Sulyo, I.B. Rahardjo, and D. Pramanik. 2008. The Effect of Duration of Heat Treatment on Chrysanthemum Virus-B at Three Varieties of Infected Chrysanthemum. Chrysanthemum virus-B (CVB) is one of the important pathogenic viruses caused significant degeneration on chrysanthemum growth. Efforts have been made to get the healthy protocols by eliminating virus from the infected plants. One of the promising methods was the combination of heat treatments and meristem culture. The research was conducted to find out the influence of heat durations of meristem culture on the existence of CVB on infected chrysanthemum plants. The experiment was carried out in Tissue Culture Laboratory and Virology Laboratory of The Indonesian Ornamental Crops Research Institute from February until August 2005. A randomized completely block design with 5 replications was used. The first factor was 3 chrysanthemum varieties, namely Cut Nyak Dien, Sakuntala, and Yellow Fiji. The second factor was duration of heat treatments; 1, 2, and 3 weeks heat treatments at 38-40oC. The results of the experiment showed that different responses existed among varieties to heat durations. The plantlet survival rates also decreased in line with the length of heat duration. However, the percentage of virus-free plantlets increased along with the lengthened heat treatments. Three weeks heat treatment of meristem culture, effectively eliminated CVB from infected plantlets.
Seleksi Ketahanan Klon-klon Harapan Krisan terhadap Penyakit Karat K Budiarto; I B Rahardjo; - Suhardi
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n3.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Sifat ketahanan terhadap penyakit merupakan salah satu kriteria dalam seleksi progeni hasil persilangan untuk pelepasan varietas baru krisan. Untuk mendapatkan klon-klon unggul krisan tahan karat, sejumlah progeni telah dievaluasi ketahanannya. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Tanaman Hias (1.100 m dpl) dari bulan Oktober 2002 hingga September 2003 untuk mengevaluasi 13 aksesi yang terdiri dari 12 klon krisan, yaitu nomor 151.13, 159.79, 162.7, 164.28, 164.37, 164.64, 164.82, 164.88, 164.97, 164.102, 164.156, 165.12, dan 1 varietas kontrol (cv. White Reagent) terhadap penyakit karat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa awal terjadinya gejala dan insidensi penyakit bervariasi pada klon-klon yang dicoba. Berdasarkan kriteria tingkat ketahanan, terdapat 2 klon, yaitu No. 151.13 dan 164.64, dikategorikan sangat tahan terhadap penyakit karat. Selain itu terdapat 2 klon yang termasuk kriteria tahan dan 7 klon yang dikategorikan agak tahan. Sedangkan cv. White Reagent dan klon No. 164.37 termasuk dalam kategori agak rentan terhadap penyakit karat.ABSTRACT. Budiarto, K., I. B. Rahardjo, and Suhardi. 2008. Resistant Evaluation of Chrysysanthemum Promising Clones to Japanese White Rust Dise ase . Resistance to major disease is one of important criteria in the selection of chrysanthemum for new released varieties. Japanese white rust is considered one of constrained-diseases and become major problems in commercial chrysanthemum growers in Indonesia up to this moment. Thus, selection of progenies against this disease became important. The research was conducted from October 2002 to September 2003 to evaluate 13 accessions of chrysanthemum, comprised of 12 promising clones of no. 151.13, 159.79, 162.7, 164.28, 164.37, 164.64, 164.82, 164.88, 164.97, 164.102, 164.156, 165.12, and 1 commercial variety (cv. White Reagent) as control to white rust disease. The results of the experiments showed that the initial symptoms and white rust incidence were varied among clones tested. Among the 13 accessions, 2 clones (no. 151.13 and 164.64) were considered strongly resistant. The other 2 and 7 clones were included to the criteria of resistant and moderate resistant, respectively. While cv. White Reagent (control) and clone no. 164.37 were categorized as moderate susceptible.
Pengaruh Cara Tanam dan Metode Pinching terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bunga Potong Anyelir S Wuryaningsih; K Budiarto; - Suhardi
Jurnal Hortikultura Vol 18, No 2 (2008): Juni 2008
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v18n2.2008.p%p

Abstract

ABSTRAK. Anyelir merupakan salah satu tanaman penghasil bunga potong yang sangat penting dalam agribisnis florikultura di Indonesia. Peningkatan permintaan terhadap bunga potong ini menuntut perbaikan kualitas proses produksi yang menyangkut aplikasi teknik budidaya yang diharapkan meningkatkan produktivitas dan efisiensi pada skala usahatani. Perbaikan teknik budidaya ini antara lain perbaikan cara tanam (tata letak dan kerapatan tanaman) dan metode pinching. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh tata letak dan kerapatan tanaman serta metode pinching terhadap pertumbuhan dan produksi bunga potong anyelir. Penelitian dilakukan di bawah kondisi rumah plastik di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Hias, Segunung dari bulan September 2004 hingga Agustus 2005.  Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok pola split-split plot dengan 3 ulangan. Petak utama adalah tata letak tanaman, yaitu zig-zag dan lurus dalam barisan. Anak petak adalah kerapatan tanaman, yaitu 25 dan 36 tanaman/m2. Sedangkan yang bertindak sebagai anak-anak petak adalah metode pinching, yaitu tunggal, 1½, dan piching ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tata letak tanaman dalam bedengan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi bunga anyelir. Tunas lateral lebih banyak tumbuh pada kerapatan tanaman yang lebih renggang. Namun demikian jumlah tanaman per satuan luas lebih banyak pada kerapatan tanaman yang lebih padat berkontribusi lebih nyata terhadap total produksi bunga. Perlakuan metode pinching yang diterapkan hanya berpengaruh pada jumlah tunas lateral dan panjang tangkai bunga yang dihasilkan. Metode pinching ganda memberikan jumlah tunas lateral dan panjang tangkai yang lebih tinggi secara signifikan dibandingkan metode 1½ dan pinching tunggal, namun tidak nyata pada parameter pertumbuhan dan parameter reproduktif yang lain.ABSTRACT. Wuryaningsih, S., K. Budiarto, and Suhardi. 2008. The Effects of Cultural Practices and Pinching Methods on the Growth and Flower Production on Carnation. Carnation is one of the important cut flowers in Indonesian floriculture trade. The demand of this commodity has increased significantly up to this moment. Improvement of cultural practices is needed to make the business more efficient and profitable. The research was conducted to find out the effect of plant arrangement, plant density, and method of pinching on growth and flower production of carnation. The experiment was carried out under plastichouse conditions at Segunung Research Station, Indonesian Ornamental Crops Research Institute from September 2004 to August 2005. A split-split plot randomized completely block design with 3 replications was used. The main plot was plant arrangements, namely zig-zag and straight in row pattern. The subplot was planting densities of 25 and 36 plants/m2, while the sub-subplot was pinching methods, namely single, 1½, and double pinching. The results of the experiment showed that the growth and flower production of carnation were not influenced by plant arrangement. Number of axillary buds was increased with less planting density. However, due to the higher number of plants per unit area, the number of harvested flowers was higher in the treatment of 36 plants/m2. Compared to 1½ and single pinching methods, double pinching only gave higher number of axillary buds and stalk length, but was not significant affect other growth and reproductive parameters.