Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

The Emergent Christ: Exploring the Meaning of Catholic in an Evolutionary Universe Stepanus Ammai Bungaran
Theologia in Loco Vol 4 No 1 (2022): Theologia in Loco
Publisher : STFT Jakarta, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.031 KB) | DOI: 10.55935/thilo.v4i1.246

Abstract

Evolusi, Kepegarian, dan Spiritualitas: Memahami Realitas Pandemi dan Pasca-Pandemi Berdasarkan Pemikiran Ilia Delio Stepanus Ammai Bungaran
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 5, No 1: Mei 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33991/epigraphe.v5i1.224

Abstract

This article assesses the pandemic and post-pandemic situation from a theological lens. The Covid-19 pandemic abruptly halted the order of life. Covid-19 imposes a new lifestyle that seems to persist even after the pandemic is considered to have passed. In this regard, it is no longer possible to see the pandemic as "abnormal."  The best option for understanding the pandemic is to accept it as a new reality and respond to it accordingly, including spiritually. The word "spiritual" in this article refers to realizing the significance of Christ's presence during the pandemic and even after the pandemic. In a very dynamic and utterly uncertain world, it takes an effort to live in Christ, which is also very dynamic and emerges in and through uncertainty. This idea is constructed based on emergentism and evolution, in particular Ilia Delio's idea about The Emergent Christ, and Gordon Kaufman's ideas about serendipitous creativity. The goal is to understand Christ as a certainty as well as uncertainty and as a spiritual way of living in the pandemic and post-pandemic. By living the uncertain Christ, Christian spirituality is being invited to live a love that is embracing, unifying, and always new. This spirituality is what is needed to support pandemic and post-pandemic life.AbstrakTulisan ini merupakan sebuah upaya memahami pandemi dan pasca-pandemi dari lensa teologi. Pandemi Covid -19 tiba-tiba saja mengubah tatanan kehidupan. Covid-19 memaksakan laku hidup baru yang tampaknya akan menjadi kesehari-harian bahkan setelah pandemi ini dianggap berlalu. Dalam konteks ini, pandemi tidak mungkin lagi dilihat sebagai kondisi “abnormal.” Pilihan terbaik memahami pandemi adalah menerimanya sebagai realitas baru dan meresponnya secara wajar, termasuk secara spiritual. Kata “spiritual” dalam tulisan mengarah sebuah upaya melihat signi-fikansi kehadiran Kristus dalam pendemi bahkan pasca-pandemi. Dalam dunia yang sangat dinamis dan serba tidak pasti, dibutuhkan sebuah upaya menghidupi Kristus yang juga sangat dinamis dan muncul di dalam dan melalui ketidakpastian. Tulisan ini merupakan undangan memahami Kristus sebagai kepastian sekaligus ketidakpastian sebagai jalan spiritual menghidupi pandemi dan pasca-pandemi. Gagasan ini dikon-struksi dari perspektif kepegarian, evolusi, gagasan Delio tentang The Emergent Christ, dan gagasan Kaufman tentang Serendipitous Creativity. Dengan menghidupi Kristus yang tidak pasti, spiritualitas Kristen sesungguhnya sedang diundang meng-hidupi cinta yang merengkuh, menyatukan, dan selalu baru. Spiritualitas inilah yang dibutuhkan menghidupi pandemi dan pasca pandemi. 
The Dynamics Encounter between Christianity and Toraja Culture in the Region of Buakayu-Mappa’ Tana Toraja Tangirerung, Johana Ruadjanna; Bungaran, Stepanus Ammai; Timbang, Yekhonya F. T.; Rante, Yakob Sampe
BIA': Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual Vol 7, No 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34307/b.v7i2.531

Abstract

The encounter between Christianity and Toraja culture has shaped the identity of Toraja Christian communities. However, Toraya Ma’kombongan's formulation revealed the fact that the hybrid identity resulting from this encounter has contributed to crises in various aspects. It appears that there is a void in this encounter filled with values such as materialism and hedonism. Therefore, this research aims to reexamine the mutual influence between Toraja culture and Christianity by selecting Mappa'-Buakayu as the research locus. This area was chosen for two reasons. First, Mappa'-Buakayu is known to be very open to Christianity. Second, the region is experiencing a cultural resurgence. This research employs qualitative research methods through fieldwork and literature review. Specifically, Robert J. Schreiter's map of local theology will be used to analyze the mutual influence between Christian theology and local theology that has shaped and influenced the lives of Toraja Christians in the Mappa'-Buakayu region. The results of the research indicate that the resurgence of interest in Toraja culture is triggered by several factors, namely tourism agendas, modernization, and an increasingly pluralistic society. These factors have a significant impact on redefining the identity of Toraja Christians in the Buakayu-Mappa' region while shaping the local face of the Toraja Church's theology.
Dunia yang Lestari: Eko-Eskatologi Gereja Toraja Berdasarkan Eskatologi Jürgen Moltmann Tangirerung, Johana Ruadjanna; Pasassa, Julianto; Bungaran, Stepanus Ammai; Anggui, Alfred Y R
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 8, No 2 (2024): April 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v8i2.1339

Abstract

Abstract. The Toraja Church in its confession also discusses eschatology but does not adequately explain the concept of a sustainable world. With these issues in mind, the aim of this research is to enrich the Toraja Church Confession's conversation regarding the world and the end times from Jürgen Moltmann's eschatological perspective. This research was conducted by library research approach. The result of the research showed that the concept of a sustainable world must be understood in the cosmic escatology dimension, namely a new heaven and earth in quality. There, the Church plays an active role today as an eschatological response to ecology.Abstrak. Gereja Toraja dalam pengakuan imannya juga membahas eskatologi, namun belum menjelaskan secara memadai mengenai konsep dunia yang lestari. Dengan persoalan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk memperkaya percakapan Pengakuan Gereja Toraja mengenai dunia dan zaman akhir dari perspektif eskatologi Jürgen Moltmann. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep dunia yang lestari harus dipahami dalam dimensi eskatologi kosmik, yaitu langit dan bumi yang baru secara kualitas. Di situ peran aktif Gereja adalah sebagai respons eskatologis terhadap lingkungan hidup.
Ma’nene’ Sebagai Ekspresi Liturgis: Memahami Ma’nene’ sebagai Perayaan Liturgis dengan Pendekatan Anamnesis Kristanto Kristanto; Stepanus Ammai Bungaran
Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, dan Sastra Vol. 11 No. 1 (2025)
Publisher : Universitas Cokroaminoto Palopo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30605/onoma.v11i1.5413

Abstract

Tulisan ini mengeksplorasi praktik Ma’nene’ yang dilakukan oleh orang Toraja-Kristen. Penelitian ini menempatkan Ma’nene’ sebagai perayaan liturgis melalui pendekatan anamnesis, yaitu pengingatan dan perayaan atas kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun Ma’nene’ sering dianggap problematis dalam konteks kekristenan, pendekatan ini menawarkan integrasi ritus dan etos sebagai ekspresi iman. Dengan metode kualitatif berbasis observasi, wawancara, dan studi pustaka, penelitian menunjukkan bahwa Ma’nene’ menghubungkan dimensi kultural, historis, dan teologis. Dalam perspektif anamnesis, seluruh tahapan ritual Ma’nene’, termasuk pemberian persembahan dan jamuan, adalah perayaan liturgis. Ma’nene’ merefleksikan penghayatan akan kasih Allah dan pemeliharaan-Nya yang tak berkesudahan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Ma’nene’ dapat menjadi sarana dialog antara iman Kristen dan tradisi ketorajaan, sekaligus menjadi pengingat akan kehadiran Kristus dalam kehidupan komunitas Toraja.