Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

SIKAP KERJA YANG MENIMBULKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN MENINGKATKAN BEBAN KERJA PADA TUKANG BENTUK KERAMIK Sundari, Komang Nelly
Jurnal Ilmiah Teknik Industri Vol. 10, No. 1, Juni 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk mencapai kenyamanan dan keamanan dalam bekerja, dibutuhkan stasiun kerja yang sesuai dengan ukuran antropometri pemakainya. Namun di dalam proses pembentukan benda keramik yang menggunakan mesin Wheel (electric wheel) dengan teknik putar, memang dituntut untuk bekerja dengan sikap lebih banyak membungkuk karena objek yang dikerjakan membutuhkan tenaga tangan yang cukup kuat agar keramik yang dihasilkan sesuai dengan desain yang dirancang. Akibatnya sikap kerja menjadi tidak alamiah. Jenis penelitian ini adalah penelitian cross-sectional dengan rancangan pre and post test group design, jumlah sampel sepuluh karyawan sebagai subjek penelitian. Data keluhan muskuloskeletal dan beban kerja yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji t-paired pada tingkat kemaknaan α = 0,05 dan diperoleh hasil adanya keluhan muskuloskeletal adalah 42,47%, peningkatan beban kerja adalah 34,65%. Solusi yang dapat diberikan adalah perlu melakukan sikap kerja bervariasi, perlu melakukan istirahat pendek antara 0,5 - 1,0 menit setiap 10 menit jam kerja.
KELUHAN SUBJEKTIF PADA OPERATOR KOMPUTER DI UNIT PELAKSANA TEKNIS – PENGEMBANGAN SENI DAN TEKNOLOGI KERAMIK DAN PORSELIN BALI Sundari, Komang Nelly
Jurnal Ilmiah Teknik Industri Vol. 10, No. 2, Desember 2011
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di UPT – PSTKP (Unit Pelaksana Teknis – Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik dan Porselin) Bali hampir setiap ruangan dilengkapi sebuah komputer, kecuali dalam ruangan rapat, ruangan laboratorium, dan ruangan produksi. Para operator komputer tersebut biasanya melaksanakan tugas sehari-harinya di depan komputer tidak lebih dari dua jam, lalu beralih ke pekerjaan lain yang tidak menggunakan komputer dan selanjutnya melanjutkan lagi pekerjaannya dengan komputer. Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa jenuh, penat, dan kelelahan di mata selama bekerja di depan komputer. Bila dilihat dari sisi keefektivitan tenaga operator, cara kerja seperti ini sudah jelas tidak menguntungkan bagi lembaga karena waktu kerja terbuang dan sudah pasti kaitannya pada produktivitas yang tidak optimal. Kondisi tersebut tentu tidak sesuai dengan konsep ergonomi. Salah satunya adalah tidak tercapainya peningkatan produktivitas. Dalam ergonomi dikenal istilah keluhan subjektif, yaitu tanda-tanda yang menyatakan adanya kelelahan yang dialami orang akibat beban kerja yang membebaninya oleh karena interaksi pekerja dengan jenis pekerjaannya, rancangan tempat kerja, peralatan kerja, dan lingkungan kerja. Kelelahan dibedakan dalam tiga kategori yaitu menurunnya aktivitas, menurunnya motivasi, dan adanya kelelahan fisik akibat keadaan umum. Jenis penelitian ini adalah cross-sectional dengan rancangan pre and post test group design, melibatkan sepuluh orang operator sebagai subjek penelitian. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner kelelahan 30 items of rating scale. Pendataan dilakukan sebelum dan setelah 2 jam kerja. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t-paired pada tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasilnya adalah operator komputer yang bekerja selama 2 jam mengalami peningkatan kelelahan secara umum sebesar 37,29%; pelemahan aktivitas kerja sebesar 39,08%; pelemahan motivasi kerja sebesar 28,64% dan meningkatnya kelelahan fisik sebesar 42,15%. Saran yang dapat diberikan adalah perlunya pengaturan irama kerja dan diterapkan istirahat pendek 5 – 10 menit setiap 1 jam kerja agar kondisi operator pulih dari rasa lelah, dan perbaikan stasiun kerja sesuai antropometri operator.
SIKAP KERJA YANG MENIMBULKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN MENINGKATKAN BEBAN KERJA PADA TUKANG BENTUK KERAMIK Sundari, Komang Nelly
Jurnal Ilmiah Teknik Industri Vol. 10, No. 1, Juni 2011
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jiti.v10i1.1248

Abstract

Untuk mencapai kenyamanan dan keamanan dalam bekerja, dibutuhkan stasiun kerja yang sesuai dengan ukuran antropometri pemakainya. Namun di dalam proses pembentukan benda keramik yang menggunakan mesin Wheel (electric wheel) dengan teknik putar, memang dituntut untuk bekerja dengan sikap lebih banyak membungkuk karena objek yang dikerjakan membutuhkan tenaga tangan yang cukup kuat agar keramik yang dihasilkan sesuai dengan desain yang dirancang. Akibatnya sikap kerja menjadi tidak alamiah. Jenis penelitian ini adalah penelitian cross-sectional dengan rancangan pre and post test group design, jumlah sampel sepuluh karyawan sebagai subjek penelitian. Data keluhan muskuloskeletal dan beban kerja yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji t-paired pada tingkat kemaknaan ? = 0,05 dan diperoleh hasil adanya keluhan muskuloskeletal adalah 42,47%, peningkatan beban kerja adalah 34,65%. Solusi yang dapat diberikan adalah perlu melakukan sikap kerja bervariasi, perlu melakukan istirahat pendek antara 0,5 - 1,0 menit setiap 10 menit jam kerja.
KELUHAN SUBJEKTIF PADA OPERATOR KOMPUTER DI UNIT PELAKSANA TEKNIS – PENGEMBANGAN SENI DAN TEKNOLOGI KERAMIK DAN PORSELIN BALI Sundari, Komang Nelly
Jurnal Ilmiah Teknik Industri Vol. 10, No. 2, Desember 2011
Publisher : Muhammadiyah University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/jiti.v10i2.1254

Abstract

Di UPT ? PSTKP (Unit Pelaksana Teknis ? Pengembangan Seni dan Teknologi Keramik dan Porselin) Bali hampir setiap ruangan dilengkapi sebuah komputer, kecuali dalam ruangan rapat, ruangan laboratorium, dan ruangan produksi. Para operator komputer tersebut biasanya melaksanakan tugas sehari-harinya di depan komputer tidak lebih dari dua jam, lalu beralih ke pekerjaan lain yang tidak menggunakan komputer dan selanjutnya melanjutkan lagi pekerjaannya dengan komputer. Hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa jenuh, penat, dan kelelahan di mata selama bekerja di depan komputer. Bila dilihat dari sisi keefektivitan tenaga operator, cara kerja seperti ini sudah jelas tidak menguntungkan bagi lembaga karena waktu kerja terbuang dan sudah pasti kaitannya pada produktivitas yang tidak optimal. Kondisi tersebut tentu tidak sesuai dengan konsep ergonomi. Salah satunya adalah tidak tercapainya peningkatan produktivitas. Dalam ergonomi dikenal istilah keluhan subjektif, yaitu tanda-tanda yang menyatakan adanya kelelahan yang dialami orang akibat beban kerja yang membebaninya oleh karena interaksi pekerja dengan jenis pekerjaannya, rancangan tempat kerja, peralatan kerja, dan lingkungan kerja. Kelelahan dibedakan dalam tiga kategori yaitu menurunnya aktivitas, menurunnya motivasi, dan adanya kelelahan fisik akibat keadaan umum. Jenis penelitian ini adalah cross-sectional dengan rancangan pre and post test group design, melibatkan sepuluh orang operator sebagai subjek penelitian. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner kelelahan 30 items of rating scale. Pendataan dilakukan sebelum dan setelah 2 jam kerja. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t-paired pada tingkat kemaknaan ? = 0,05. Hasilnya adalah operator komputer yang bekerja selama 2 jam mengalami peningkatan kelelahan secara umum sebesar 37,29%; pelemahan aktivitas kerja sebesar 39,08%; pelemahan motivasi kerja sebesar 28,64% dan meningkatnya kelelahan fisik sebesar 42,15%. Saran yang dapat diberikan adalah perlunya pengaturan irama kerja dan diterapkan istirahat pendek 5 ? 10 menit setiap 1 jam kerja agar kondisi operator pulih dari rasa lelah, dan perbaikan stasiun kerja sesuai antropometri operator.
PEMBUATAN GLASIR KELABU DENGAN MENGGUNAKAN PENCAMPURAN BAHAN PEWARNA BIRU DAN HIJAU Sundari, Komang Nelly
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 11 No. 2 (2009)
Publisher : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (48.918 KB) | DOI: 10.29122/jsti.v11i2.821

Abstract

Have been made three glazes which using 2 (two) raw colorantmaterials, oxide of cobalt and copper oxide. In the glaze, copper oxide from 0,1 % to 0,25 % (weight) while oxide of cobalt equal to 0,10 % (weight). Usage of copper oxide which equal to almost 3 (three) times fold in the reality cannot make dominant green color yielded glazes, even color of greenish blue even also cannot be obtained. Color of the glaze is young blue, indicating that oxide of cobalt more effective as colorant than copper oxide The glaze have maturity which enough at firing temperature 1250oC, having value of L = 68,70, a* from -0,05 to - 0,28 and b* = - 0,40. This value show that the glazes have green color spectrum (marked with value of a* negative) and blue (marked with value of b* negative) and also its young color (marked with value of L* high)
The Effect Of Sawdust Addition To Physical Body Of Kidul Clay Based Earthware Ceramic Komang Nelly Sundari
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 31 No 3 (2016): September
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v31i3.47

Abstract

The research on "The Effect of the addition of sawdust on the physical properties of ceramic body of Kidul clay-based Earthenware " has been performed with different percentages. The sawdust used is wood shavings waste ofbuilding materials. Based on the results ofehemical analysis, sawdust is known to have a tendency as a fuser, whereas Kidul clay contain enough clay substance / loam, feldspar and quartz minerals. This study aims to determine the physical properties of the composite body period, either in a state of pre-combustion and post-combustion as ceramics earthenware. The produced ceramic objects can be used as a container of crop water by permeation techniques. So what is sought is a composition with a value permeation / absorption ofwater / the greatest PA. To observe its physical properties, measures of laboratory scale study was conducted by testing the bricks and the scale of production through prototype test. The result is in accordance with the purpose that is the body mass of BG1 code that has been qualified as Earthenware ceramics at a fuel temperature of l.l50oC with a value PA = 20.2% (SNI: 7275-2008, PA> 15% categorized as soft delicate earthenware or mayolika, while SII: 0803-83, PA> 20% is categorized as smooth soft earthenware with fuel temperature ofl000oC). However, further research still needs to be done with the addition ofan adjuvant sawdust with varied percentages in addition to testing with various forms ofdesign in order that in terms of aestheties and function the earthenware ceramic objects later become more meaningful.Key words: Kidul clay, sawdust, earthenware, water absorption, shrinkage amount
Perbandingan Kuat Tekan Benda Uji Beton Geopolimer Dalam Skala Laboratorium Menggunakan Bahan Prekursor Yang Berbeda Sundari, Komang Nelly; Supriyadi, Supriyadi; Siagian, Arifin; Suradharmika, IGA
Metris: Jurnal Sains dan Teknologi Vol. 23 No. 02 (2022): Desember
Publisher : Prodi Teknik Industri, Fakultas Teknik - Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25170/metris.v23i02.3837

Abstract

This study aimed to compare the compressive strength of various concrete brick compositions made from geopolymers using different clay precursors, including Pejaten clay (PJT), Darmasaba clay (DSB), Waste Tile clay (LG), and dam sediment clay (DAM). Laboratory tests were carried out after 7 days of curing, and the results showed that PJT was the most suitable precursor material for producing geopolymer-based concrete formulas that meet the requirements for solid brick concrete quality class I, with an average compressive strength of 119,926 kg/cm2. The average value of SNI requirements is at least 100 kg/cm2 based on SNI 03-0349-1989 for physical requirement quality standart of concrete bricks. DSB had a compressive strength of 88,808 kg/cm2 and was classified as class II, followed by LG with a compressive strength of 76,366 kg/cm2 and DAM with an average compressive strength of 70.71 kg/cm2, both of which belong to class II. These findings provide valuable insights into the use of different clay precursors for the production of high-quality concrete bricks.