Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Teknologi Proses Batik Kombinasi Sasirangan pada Kain Foalisima, Primisima dan Sutera Eustasia Sri Murwati
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 22 (2005): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v22i1.977

Abstract

Batik kombinasi sasirangan merupakan produk tekstil kerajinan yang dibuat dengan mengkombinasikan proses batik dan proses sasirangan. Motif batik diambil dari motif – motif batik tradisional Jawa maupun dari daerah, sedangkan motif sasirangan diambil dari Kalimantan Selatan. Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui proses pembuatan produk batik kombinasi sasirangan yang terbaik sehingga dapat diperoleh diverifikasi produk.Bahan baku yang digunakan foalisima, primisima fan sutera super T 54, sistem pewarnaan dilakukan dengan coletan maupun celupan, dengan  menggunakan zat warna indigodol dan reaktif. Desain motif ditargetkan untuk bahan sandang (pakaian casual, resmi dan santai). Urutan proses melalui: pemilihan desain fashion dan desain motif , proses pendahuluan, pemolaan mode, pemolaan motif batik dan sasirangan, pelekatan lilin I, pewarnaan I (colet/celup), pelekatan lilin II/penutupan, penjahitan sasirangan, pewarnaan II, pelepasan benang, pelepasan lilin, penyempurnaan dan pengecekan tata letak pola.Hasil ujicoba memperlihatkan bahwa proses batik kombinasi sasirangan dipengaruhi oleh jenis kain,tebal kain, proses jait – ikat, jenis benang pengikat dan cara pewarnaan. Kain yang cocok digunakan untuk pembuatan kain batik kombinasi sasirangan adalah foalisima dan sutera. Mori primisima agak tebal sehingga agak sulit dalam melakukan proses sasirangan dan perlu tarikan yang kuat. Bahan printang warna yang cocok adalah benang poliester yang tidak dapat diwarnai ketika proses pewarnaan pada suhu dingin. Zat warna yang dapat digunakan untuk batik sasirangan dengan sistem coletan dan celupan adalah zat warna indigosol dan zat warna reaktif. Sistem pewarnaan yang paling tepat dan efisien adalah sistem colet – celup dan celup – colet – celup. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian menunjukkan nilai 4 dan gosokan nilai 3-4. Kata kunci: kombinasi sasirangan, foalisima, primisima, sutera
Pengaruh Jarak Jahitan terhadap Kualitas Desain Kain Bermotif Tritik Masiswo Masiswo; Eustasia Sri Murwati; Farida Farida
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 24 (2007): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v24i1.1020

Abstract

Telah dilakukan percobaan pengaruh jarak jahitan terhadap penciptaan motif tritik pada kain foalisima. Pembuatan motif tritik zig-zag dilakukan jahit tangan menggunakan benang polyester dengan variasi jarak jahitan 3, 5, dan 7mm. Jahitan benang ditarik hingga erat dan mampat, kemudian dicolet dengan zat warna remasol dan dicelup dengan zat wama Indighosol. Kain yang telah berwarna difiksasi dengan larutan HCL dan natrium nitrit kemudian diangin-anginkan (oksidasi). Setelah kering, jahitan dilepas dengan hati-hati dan terbentuklah motif tritik.Hasil eksperimen memperlihatkan bahwa motif tritik dipengaruhi jarak jahitan, dan dari tiga variasi jarak jahitan membentuk motif berbeda. Jarak jahitan 3 mm menghasilkan motif tritik kecil-kecil, jarak jahitan 5 mm menghasilkan motif tritik yang lebih besar sehingga desain tritik tampak indah dan bersinar, sedangkan jarak jahitan 7 mm menghasilkan motif tritik seolah-olah pecah, sehingga tampak bercelah-celah, disebabkan zat wama masuk kedalam struktur jahitan akibat adanya celah jahitan yang panjang. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian menunjuk.kan nilai 4 dan gosokan nilai 3-4. Kata kunci: jarak jahitan benang, foalisima, motif tritik.
Teknologi Pembuatan Batik Kulit Kayu Jomok (Moraceae) dengan Zat Warna Indigosol untuk Produk Kerajinan Eustasia Sri Murwati
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 23 (2006): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v23i1.987

Abstract

Kulit kayu jomok dapat diproses menjadi lembaran kulit kayu yang tipis sampai ketebalan sesuai kebutuhan. Kulit kayu jomok dapat dimanfaatkan menjadi produk kerajinan seperti fas, dompet dan sebagainya. Penelitian pembuatan batik kulit kayu jomok dilakukan dengan menerapkan teknologi proses batik dengan sistem cap dengan menggunakan zat warna indigosol biru dan coklat.Hasil evaluasi uji ketebalan, kekuatan tarik, waktu serap, daya serap, ketahanan luntur warna terhadap gosokan dan sinar, menunjukkan sebagai berikut: ketebalan kulit kayu jomok yang ada di pasaran bervariasi antara 0,475 mm 1,02 mm, sesudah diproses menjadi 0,505 mm 1,178 mm. Waktu serap sebelum diproses berbeda dengan sesudah diproses batik, dari rata-rata 54, 28 detik 280,16 detik menjadi 17,6 detik 227,32 detik. Daya serap dari, rata-rata 226,28%-449,51 % menjadi 273,32%-360,43%. Kekuatan tarik sebelum diproses bervariasi dari 23,56 kg, 66,45 kg, sesudah diproses 23,37 kg, 68, 15 kg. Ketahanan luntur warna terhadap gosokan leering rata- rata 3 - 4 (cukup baik) sedangkan gosokan basah rata rata (2-3).Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi proses batik dapat diterapkan pada lembaran kulit kayu jomok dengan tidak merubah kualitas alamiah kulit kayu. Proses penghilangan Iilin pada batik kulit kayu jomok berbeda dengan pada kain karena tidak direbus tetapi hanya direndam pada temperatur 100°C. Kata kunci: kulit kayu jomok, proses batik.