I Komang Surata
Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Mataram Jl. Dharma Bhakti no 7, Lingsar-Lombok Barat, Mataram, Nusa Tenggara Bara

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

UJI COBA PENANAMAN DUABANGA (Duabanga moluccana Blume) DENGAN SISTEM TUMPANGSARI DI RARUNG, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT UJI COBA PENANAMAN DUABANGA (Duabanga moluccana Blume) DENGAN SISTEM TUMPANGSARI DI RARUNG, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Surata, I Komang
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 4, No 4 (2007): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.944 KB)

Abstract

 ABSTRAK Duabanga (Duabanga moluccana Blume) merupakan hasil hutan kayu yang sangat  penting di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) karena mempunyai produksi dan nilai ekonomi yang cukup tinggi, jenis pohon cepat tumbuh, daur  pendek, dan  merupakan jenis endemik di  NTB. Dewasa ini  populasinya sudah semakin menurun karena eksploitasi yang dilakukan secara terus-menerus tanpa perhitungan, illegal logging, dan keberhasilan regenerasi yang masih rendah, baik melalui pengayaan di kawasan hutan bekas tebangan dan pembuatan  hutan  tanaman.  Oleh  karena  itu  untuk  pengembangan duabanga  perlu  dukungan  teknologi penanaman. Paket teknologi penanaman. yang telah dihasilkan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bali dan Nusa Tenggara dalam skala kecil (riset) perlu diujicobakan dalam bentuk plot pengembangan yang lebih luas sebelum dipakai oleh pengguna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi hasil uji coba paket teknologi penanaman  duabanga  dalam skala yang lebih luas dengan sistem tumpangsari. Metode uji coba   menggunakan plot seluas lima ha. Penanaman duabanga dilakukan dengan menggunakan bibit umur enam bulan, jarak tanam 3 m x 3 m.   Penanaman dilakukan dalam  bentuk tiga plot model sistem tumpangsari antara lain  padi ladang (Oryza sativa L.), jagung (Zea mays L.) sampai umur dua tahun, dan talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) sampai umur lebih dari tiga tahun. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan NPK 120 g/pohon yang dilakukan dua kali yaitu pada umur tiga bulan dan satu tahun.  Penjarangan dilakukan dengan metode  penjarangan bebas yaitu pada umur empat tahun (jarak tanam menjadi 6 m x 6 m) dan  pada umur tujuh tahun (jarak tanam  menjadi 6 m x 9 m). Hasil   uji coba menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman duabanga pada umur 10 tahun setelah tanam dinilai cukup baik, dengan pertumbuhan rata-rata tinggi 15,35 m, diameter 31,28 cm, dan produksi volume kayu 131,56 m3/ha. Pertumbuhan tegakan duabanga setelah penjarangan mengalami pertambahan riap tinggi, diameter, dan produksi kayu.   Produksi   kayu-kayu hasil penjarangan tahun ke-4 sebesar 3,47 m3/ha dan tahun ke-7 sebesar 48 m3/ha. Sedangkan hasil rata-rata produksi  tanaman  tumpang sari padi ladang 762,7 kg/ha, jagung 1.216,85 kg/ha, dan talas 752,25 kg/ha. Penanaman duabanga dengan sistem tumpangsari menurunkan kandungan C-organik, N, dan P sampai  tahun ketiga dan meningkat  pada tahun kelima  dan ketujuh.
PEMANFAATAN IRIGASI TETES UNTUK PENANAMAN CENDANA (Santalum album L.) DI LAHAN KRITIS BANAMBLAAT, PULAU TIMOR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Surata, I Komang
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 4, No 2 (2007): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.868 KB)

Abstract

ABSTRAK Dewasa ini keberhasilan tumbuh tanaman cendana (Santalum album L.) pada lahan kritis di daerah savana kering Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dirasakan masih rendah (kurang dari 20 %). Hal ini disebabkan tanaman cendana pada awal penanaman di lapangan belum beradaptasi dengan baik, karena masalah kondisi tanahnya marginal dan kekurangan air. Masalah kekurangan air akibat curah hujan yang rendah, waktunya yang pendek, dan turunnya tidak teratur adalah salah satu masalah krusial yang dihadapi setiap tahun. Untuk menangani masalah ini maka teknik pengairan secara konvensional dengan irigasi tetes perlu diterapkan agar tanaman cepat beradaptasi dengan lingkungan dan pertumbuhannya meningkat. Pemanfaatan irigasi tetes dengan menggunakan wadah yang murah dan mudah didapat di lokasi penanaman seperti bambu, bekas botol air mineral, dan pot tanah   perlu mendapatkan pertimbangan. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi tentang besarnya pengaruh pengairan dengan teknik irigasi tetes terhadap pertumbuhan tanaman cendana di lapangan. Metode penelitian yaitu Rancangan Acak Kelompok, dengan perlakuan irigasi tetes sampai umur empat bulan, antara lain: kontrol (tanpa pengairan), pengairan dengan wadah pot tanah, botol plastik, pot bambu, serta tanpa wadah. Perlakuan terdiri dari tiga kelompok dan setiap kelompok terdiri dari25 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampai umur satu tahun pertumbuhan tanaman cendana nyata lebih baik bilamana pada empat bulan pertama diairi. Pengairan meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter, dan persen hidup tanaman. Urutan ranking pertumbuhan yang terbaik-terendah berturut-turut pada perlakuan pengairan dengan menggunakan pot tanah, botol plastik, pot bambu, tanpa wadah, dan terakhir kontrol (tanpa pengairan) dengan persen hidup tanaman masing-masing 89,4 %; 88,9 %; 73,9 %; 60,1 %; dan15,5 %.
PERMUDAAN DUABANGA (Duabanga moluccana Blume) PADA SISTEM SILVIKULTUR TEBANG JALUR TANAM INDONESIA DI KAWASAN HUTAN PRODUKSI GUNUNG TAMBORA, PULAU SUMBAWA Surata, I Komang
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 5, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Permasalahan yang dihadapi dalam penerapan metode pemanenan hutan dengan sistem silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) di hutan alam produksi kawasan hutan Gunung Tambora, Pulau Sumbawa adalah permudaan duabanga (Duabanga moluccana Blume) di kawasan hutan bekas tebangan rendah dan digantikan jenis lain yang kurang komersial. Pertumbuhan permudaan D. moluccana memerlukan cahaya matahari (jenis intoleran) yang tumbuh pada kawasan terbuka. Penerapan sistem silvikultur Tebang Jalur Tanam Indonesia (TJTI) diharapkan akan menciptakan ruang terbuka yang lebih baik, sehingga diharapkan dapat  meningkatkan  regenerasi  D.  moluccana.  Tujuan  dari  penelitian  ini  adalah  untuk  mendapatkan informasi pengaruh pertumbuhan permudaan D. moluccana pada sistem silvikultur TJTI. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berblok dengan empat    perlakuan sistem silvikultur dan tiga blok/ulangan antara lain: TJTI tidak dilakukan pengayaan dan disertai pemeliharaan, TJTI dilakukan pengayaan dan disertai pemeliharaan, TJTI tidak dilakukan pengayaan dan pemeliharaan, TPTI dilakukan pengayaan dan disertai pemeliharaan. Lebar jalur tebang (produksi) 170 m dan jalur tidak ditebang (konservasi) 30 m yang letaknya berselang-seling pada plot coba sepanjang 250 m. Pengayaan D. moluccana menggunakan jarak tanam 10 m x 10 m yang dilakukan satu tahun setelah penebangan. Pemeliharaan dilakukan setiap enam bulan sekali pada tahun pertama, kemudian satu kali setiap tahun sampai umur tiga tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur empat tahun setelah tebangan, sistem silvikultur TJTI dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter, dan jumlah hidup permudaan alam dan pengayaan D. moluccana. Pertumbuhan tinggi, diameter, dan jumlah hidup permudaan alam D. moluccana meningkat masing-masing 47,4%, 86,68%, 183,2% dan pengayaan 47,26%, 88,1%, 272,3 %. Permudaan D. moluccana74% berasal dari permudaan alam dan 26% pengayaan. Pemeliharaan tidak meningkatkan pertumbuhan tinggi dan jumlah hidup permudaan dan hanya meningkatkan diameter. Pemanenan dengan sistem silvikultur TJTI dan TPTI menurunkan tingkat kesuburan tanah dan iklim mikro.
PENGARUH UKURAN LUBANG TANAM DAN KOMPOS KOTORAN SAPI UNTUK PENANAMAN LAHAN KRITIS DI DAERAH SAVANA DI PULAU SUMBA Surata, I Komang
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 6, No 2 (2009): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Rehabilitasi lahan kritis dengan cara revegetasi di daerah savana Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menghadapi permasalahan terutama tingkat pertumbuhan tanaman yang masih rendah. Hal ini karena tanahnya marginal yaitu mempunyai sifat kesuburan rendah, solum tipis (<20 cm), berbatu kapur, dan iklim kering Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan perbaikan media tanam, salah satu dengan manipulasi lubang tanam dan pemberian media tanam yang subur dengan kompos kotoran sapi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang besarnya pengaruh ukuran lubang tanam dan pemupukan kompos kotoran sapi terhadap pertumbuhan Eucalyptus camaldulensis Dehnh dan kesambi (Schleichera oleosa (Lour.) Merr) untuk penanaman lahan kritis di daerah savana Pulau Sumba. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Berblok pola faktorial dengan perlakuan ukuran lubang tanam yaitu 30 cm x 30 cm x 30 cm,  40 cm x 40 cm x 40 cm, 50 cm x 50 cm x 50 cm, dan dosis kompos kotoran sapi 0, 1, 2, 3, 4 kg/pohon. Penelitian terdiri tiga blok dan 25 ulangan yang dicobakan pada dua jenis tanaman yaitu E. camaldulensis dan kesambi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran lubang tanam tidak nyata dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter, dan  persen  hidup tanaman E.  camaldulensis dan  kesambi. Pemanfaatan kompos kotoran sapi sebagai media tanam sebanyak 1,75 kg/pohon paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi,  pertumbuhan diameter, dan  persen hidup  E.  camaldulensis masing- masing sebesar 31%, 30%, dan 42%. Perlakuan kompos sebanyak 1,65 kg/pohon pada tanaman kesambi paling baik dalam meningkatkan pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter, dan persen hidup masing- masing sebesar 35%, 22%, dan 38%.
STATUS PENELITIAN CENDANA DI PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR Surata, I Komang; Idris, Maman Mansyur
BERITA BIOLOGI Vol 5, No 5 (2001)
Publisher : Research Center for Biology-Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/beritabiologi.v5i5.1460

Abstract

Cendana (Santalum album L.) adalah hasil hutan yang tergolong sangat penting dari Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), karena merupakan spesies endemik yang terbaik di dunia dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Dewasa ini populasinya sudah semakin menurun. Oleh sebab itu dalam pemanfaatan perlu segera diikuti upaya pelestarian. Untuk mewujudkan upaya tersebut sebagaimana yang diharapkan, dukungan teknologi sangat diperlukan. Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Kupang yang berkedudukan di daerah inti produksi cendana telah berupaya secara sungguh-sungguh untuk menyediakan teknologi yang dibutuhkan lewat kegiatan penelitian. Paket-paket teknologi hasil penelitian cendana yang telah dihasilkan dan sudah dapat diujicobakan untuk pengembangannya di lapangan antara lain teknik pembuatan Hutan Tanaman dengan menggunakan sistem tumpangsari, pengelolaan tegakan alam lewat permudaan tunas akar yaitu dengan pemotongan akar lateral pohon induk cendana dan teknik penggalian tunggak akar yang dilaksanakan saat penebangan, penentuan target tebangan tahunan yang berdasarkan data jumlah pohon masak tebang, kandungan teras dan daur/umur pohon cendana. Dalam rangkamendapatkan benih cendana dengan kualitas dan kuantitas yang memadai dewasa ini upaya pemuliaan pohon cendana telah mulai dilakukan. Kegiatan yang sedang berjalan antara lain pemilihan calon pohon plus, uji keturunan, uji provenan, teknik kultur jaringan,penunjukan tegakan benih dan pembangunan kebun benih. Adapun hasil sementara kegiatan ini telah dilakukan penunjukan pohon plus sebanyak 175 pohon beserta uji keturunanya di Pulau Timor, pembangunan kebun benih seluas 4 ha, kultur jaringan cendana seperti pengembangan eksplan, pengakaran dan pembentukan kalus, dari kultur jaringan, uji provenansi dan penunjukan tegakan benih. Sebagian besar penelitian ini berlangsung dalam jangka panjang. Kebijakan pengelolaan cendana di NTT yang diatur oleh PERDA No.16 tahun 1986 masih rendah memberikan kontribusi bagi upaya pelestarian cendana secara berkelanjutan. Oleh karena itu aturan ini perlu disempurnakan agar dapat menguntungkan masyarakat dan pemerintah agar mampu mendorong partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian cendana. Paket-paket teknologi yang dihasilkan BPK Kupang yang sudah siap untuk dikembangkan perlu diangkat menjadi kebijakan dalam rangka membantu pelestarian cendana.