Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Ukuran Partikel Biomasa Lignoselulosa pada Pembuatan Bioetanol dan Biobutanol : Tinjauan Syahrul Aiman
Jurnal Kimia Terapan Indonesia Vol 18, No 01 (2016)
Publisher : Research Center for Chemistry - LIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jkti.v18i01.36

Abstract

Bioetanol dan biobutanol dari biomasa lignoselulosa menjadi bahan bakarterbarukan yang sedang menarik perhatian banyak peneliti. Berbagai macambiomasa lignoselulosa yang berupa limbah pertanian, perkebunan,pengolahan hasil hutan, industri dan sampah kota telah diteliti untukdikonversi menjadi alkokol. Berbagai parameter proses mempengaruhiefisiensi dan efektifitas proses konversi biomasa limbah organik tersebutmenjadi alkohol. Salah satu parameter yang tidak banyak diperhatikan olehpeneliti di Indonesia adalah pengaruh ukuran partikel biomasa terhadaptingkat capaian proses konversi biomasa menjadi alkohol. Tinjauan iniditujukan untuk melihat pengaruh ukuran partikel biomasa lignoselulosaterhadap pembuatan bioetanol dan biobutanol sebagai bahan bakar.Peninjauan dilakukan melalui kajian pustaka (desk study) dan ditambahkandengan data primer hasil penelitian di Pusat Penelitian Kimia. Tinjauan inimemperlihatkan bahwa ukuran partikel biomasa mempengaruhi berat jenisunggun, viskositas campuran, luas permukaan spesifik yang kemudianmenentukan luas permukaan kontak. Disamping itu, proses penggilinganmempengaruhi porositas partikel biomasa dan menurunkan kristalinitasselulosa. Semuanya akan mempengaruhi digestabilitas selulosa selama proseshirolisa. Meskipun pengaruh ukuran partikel pada proses konversi masihkontroversi, dan masih menjadi bahan kajian para peneliti, tetapi sebagianbesar memperlihatkan bahwa semakin kecil ukuran partikel biomasa, sampaibatas tertentu, akan meningkatkan proses hidrolisa selulosa menjadi gulasehingga meningkatkan jumlah alkohol yang dihasilkan. Selainmempengaruhi tingkat capaian konversi, ukuran partikel biomasa jugamempengaruhi biaya proses.
KECENDERUNGAN PENGEMBANGAN SURFAKTAN . Penggunaan bahan dasar karbohidrat Syahrul Aiman
Jurnal Kimia Terapan Indonesia Vol 8, No 1-2 (1998)
Publisher : Research Center for Chemistry - LIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2681.184 KB) | DOI: 10.14203/jkti.v8i1-2.211

Abstract

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DAN TANTANGAN DALAM RISET BIOETANOL DI INDONESIA Syahrul Aiman
Jurnal Kimia Terapan Indonesia Vol 16, No 2 (2014)
Publisher : Research Center for Chemistry - LIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3011.334 KB) | DOI: 10.14203/jkti.v16i2.16

Abstract

Bioetanol merupakan andalan untuk mengurangi penggunaan BBM non diesel untuk transportasi.  Penelitian untuk mencari bahan baku dan proses yang ekonomis serta ramah lingkungan menjadi kegiatan riset di berbagai Negara, terutama sejak terjadinya krisis BBM akibat peningkatan konsumsi BBM diseluruh dunia diawal tahun 1970an.Berdasarkan bahan baku yang dipakai, bioetanol dikelompokkan menjadi bioetanol generasi pertama  yang dibuat dari  gula, atau pati, dan  generasi kedua adalah yang dibuat dari lignoselulosa, disebut sebagai Etanol Selulosa. Generasi ketiga dibuat dari alga disebut sebagai Etanol Alga, dan generasi keempat dibuat dari bahan hasil modifikasi genetika atau bahan lainnya, disebut sebagai Advanced Bioethanol dalam kelompok Advanced Biofuels.Indonesia, sebagai Negara beriklim tropis, memiliki berbagai tanaman penghasil pati, lignoselulosa, alga dan berbagai limbah organik untuk pembuatan bioetanol.Industri bioetanol di Indonesia masih memanfaatkan komoditi  pangan seperti ubi kayu  dan molase tebu sebagai bahan baku, sedangkan lembaga litbang dan perguruan tinggi sudah melakukan penelitian membuat bioetanol generasi kedua maupun ketiga.  Pemerintah Indonesia berupaya  untuk meningkatkan penggunaan bioetanol sebagai campuran bahan bakar kendaraan non diesel sampai mencapai 15 % etanol dalam  campuran (E-15) pada tahun 2025. Dibanyak Negara, pemanfaatan etanol untuk bahan bakar kendaraan sudah bervariasi dari campuran E-10  sampai dengan E-85.Tinjauan  ini mengungkap perkembangan teknologi pada setiap generasi, dan  mengindikasikan tantangan yang dihadapi lembaga litbang di dalam negeri dalam mengembangkan teknologi pembuatan bioetanol dari biomasa lokal. Area penelitian yang prospektif  dalam bidang ini juga dikemukakan.Kata Kunci : bioetanol, molase tebu, generasi, perkembangan teknologi, tantangan riset.  Bioethanol is a potential energy source to reduce gasoline utilization for transportation. Research activities to find out raw material and environmentally and economically process have been conducted in many countries especially after the oil crisis in early 1970s. Based on raw material processed, bioethanol is grouped into first, second, third and fourth generations. The first generation is derived from sugar or starch, the second generation is derived from lignocellulosic biomass, called as cellulosic ethanol. The third generation is produced from algae, called as Ethanol Algae, while the fourth generation is grouped as advanced biofuels.Indonesia, as a tropical country, posseses various kind of starchy plant,  lignocellulosic materials, various species of algae, and organic wastes for ethanol production. Local bioethanol industries utilize food materials such as cassava and sugarcane molasse as feedstock,  while universities and R&D institutions have conducted researches to produce the second or the third generations bioethanol.  The government of Indonesia has planned to increase utilization of bioethanol in bioethanol-gasoline mixture for transportation up to 15 % (E-15) by 2025. In many countries, utilization of bioethanol for transportation vary in a range from E10 to E 85.This review shows technology development at each generations, and indicates challenges  for local R&D institutions in order to develop technology for bioethanol production utilizing local biomass. Prospectives research areas in the field are also highlighted.Keywords :bioethanol, sugarcane molasses, generations, technology development, research challenges.
PEMANFAATAN KULIT UDANG UNTUK PEMBUATAN KITOSAN DAN GLUKOSAMIN Muhammad Hanafi; Syahrul Aiman; D Efrina; B. Suwandl
Jurnal Kimia Terapan Indonesia Vol 10, No 1-2 (2000)
Publisher : Research Center for Chemistry - LIPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3278.112 KB) | DOI: 10.14203/jkti.v10i1-2.180

Abstract

Shrimp shells as side product of frozen shrimp industry isnot yet used in pharmaceutical or chemical industries. Shrimpshells has a chemical constituent called chitin, calcium carbonateand protein as main compounds. By decalcination in dilute aqueosHCl solution (1-2 N) and deproteination ill dilute aqueos NaOHsolution (3-4 Nj gives a chitin. Deacetylation of chitin in theexcess of aqueous 50 % NaOH solution produces chitosan. Inthe preleminary experiment indicated that water (< 10%) andash (< 2%) content of chit os an same as standard. Based on theexperiment result the optimum condition was obtained as 1N HCIsolution (1: 10), 3N NaOH solution (1:6) and 50 % NaOH solution(1: 5) resulted 12,61 % chitosan with deacetylation degree valueabout 70 % with FT1R methode. Hydrolysis of chitin or chitosanin excess HCl gives glucosamine about 17 %, it's a mixture of aand B-glucosa11line. Glucoseamine is identified using 1H and13C NMR spectrum.