Indonesia merupakan negara tropis dengan intensitas sinar matahari yang tinggi sehingga hal ini dapat memberikan dampak negatif terhadap kulit manusia. Untuk mencegah kerusakan akibat dari cahaya matahari diperlukan suatu bahan yang bersifat fotoprotektor dengan mekanisme kerja menyerap atau menghalangi cahaya matahari masuk ke kulit. Flavonoid ekstrak etanol rimpang temu kunci (Boesenbergia pandurata (Roxb.) Schlecht) diketahui memiliki aktivitas sebagai fotoprotektor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol rimpang temu kunci dalam sediaan tabir surya yang mengandung bahan aktif oksibenson sebagai fotoprotektor; mengetahui aktivitas fotodegradasi tirosin serta kadar fenolik total ekstrak etanol rimpang temu kunci. Pada penelitian ini dilakukan dengan menguji delapan formula. Penentuan kemampuan fotoproteksi berdasarkan nilai transmisi eritema dan transmisi pigmentasi. Uji inhibisi fotodegradasi dilakukan dengan menggunakan enam kelompok komposisi tirosin dan Rhetoflam. Uji penentuan kadar fenolik total dilakukan menggunakan metode Follin-Ciocalteu. Hasil pengukuran diintrapolasikan ke dalam kurva baku asam galat. Penambahan ekstrak etanol rimpang temu kunci mampu menurunkan transmisi eritema 0,72-0,76 kali dan transmisi pigmentasi 0,57-0,61 kali dari sediaan tabir surya. Pemberian ekstrak etanol rimpang temu kunci 6% pada sediaan tabirsurya mengandung oksibenson 6% meningkatkan efektivitas tabir surya dengan menurunkan transmisi eritema 1,00 kali dan transmisi pigmentasi 1,02 kali lebih baik dari sediaan tabir surya mengandung bahan aktif oksibenson saja. Sedangkan kandungan fenolik total ekstrak etanol ripang temu kunci adalah sebesar 7,11 ± 0,15 % EAG dengan aktivitas penghambatan fotodegradasi tirosin 2,06 kali lebih besar dibandingkan dengan vitamin C pada kadar yang sama, yaitu 0,15%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanolik rimpang temu kunci dapat dimanfaatkan sebagai bahan aktif fotoprotektor dalam sediaan kosmetik.