Steven Raja Ingot
Kementerian Perdagangan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Dampak Penghapusan Subsidi Ekspor Produk Pertanian Terhadap Harga dan Perdagangan Produk Pangan Indonesia Steven Raja Ingot; Rahayu Ningsih
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 13 No 1 (2019)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30908/bilp.v13i1.312

Abstract

Abstrak Salah satu komitmen terpenting hasil pertemuan Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organisation (WTO) di Nairobi tahun 2015 adalah diberlakukannya penghapusan subsidi ekspor produk pertanian negara anggota WTO, baik oleh negara maju (pada 2015) maupun negara berkembang (pada 2018). Studi ini bertujuan untuk melihat dampak penghapusan subsidi ekspor produk pertanian oleh negara asal terhadap harga dan perdagangan produk pangan Indonesia. Dengan menggunakan model Global Trade Analysis Project (GTAP) disimpulkan bahwa penghapusan subsidi ekspor produk pertanian akan mengakibatkan kenaikan harga beberapa produk pangan impor Indonesia terutama susu. Selain itu, penghapusan subsidi ekspor juga akan berdampak pada menurunnya impor Indonesia untuk produk hortikultura, susu, dan makanan olahan sedangkan ekspor Indonesia untuk daging sapi, gula, susu dan makanan olahan akan naik. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia berpotensi untuk swasembada produk pangan sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor. Dengan demikian komitmen penghapusan subsidi ekspor oleh negara mitra dagang akan berdampak positif bagi Indonesia jika didukung dengan peningkatan produktivitas produk pangan. Kata Kunci: Subsidi Ekspor, Produk Pertanian, Produk Pangan, GTAP, WTO Abstract One of the most important commitments of the meeting of the World Trade Organization (WTO) Ministerial Conference in Nairobi 2015 is the abolition of export subsidies for agricultural products of WTO member countries, both developed countries (in 2015) and developing countries (in 2018). This study aims to examine the impact of the elimination of export subsidy on agricultural products by trading partners toward the price and trade pattern of Indonesian food products. Using the Global Trade Analysis Project (GTAP) model, the analysis shows that the elimination of export subsidies for agricultural products would lead to higher prices of Indonesian imported food products particularly for milk products. In addition, the abolition of export subsidy would reduce Indonesian imports of horticultural commodities, milk, and processed food while exports of beef, sugar, milk and processed foods would rise. This shows that Indonesia has the potential for self-sufficiency in some food products, thereby reducing dependence on imports, therefore the abolition of export subsidy will given a more positive impact on Indonesia if supported by increasing productivity of food products. Keywords: Export Subsidy, Agricultural Products, Food Products, GTAP, WTO JEL Classification: D58, F13, Q17, Q18
ASEAN-Kanada Free Trade Agreement (FTA): Peluang Bagi Indonesia Steven Raja Ingot; Dian Dwi Laksani
Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan Vol 13 No 1 (2019)
Publisher : Trade Analysis and Development Agency, Ministry of Trade of Republic of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1481.923 KB) | DOI: 10.30908/bilp.v13i1.316

Abstract

Abstrak Senior Economic Officials Meetings (SEOM) ke-8 di Laos menghasilkan komitmen bersama ASEAN dan Kanada untuk melakukan feasibility study dalam kerangka kerja sama ASEAN-Kanada FTA. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung dampak perjanjian perdagangan barang Indonesia pada ASEAN-Kanada FTA dengan model analisis Computable General Equilibrium (CGE) - Global Trade Analysis Project (GTAP) dengan Data Base versi 9. Penelitian ini menggunakan tiga simulasi yaitu (1) Indonesia bergabung ASEAN-Kanada FTA dengan penurunan tarif untuk semua komoditi sebesar 90% mengadopsi proposal modalitas ASEAN dalam Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), (2) penurunan tarif sebesar 90% tanpa Indonesia bergabung dalam ASEAN-Kanada FTA, (3) serta peningkatan fasilitasi perdagangan dan penurunan hambatan non tarif sebesar 20%. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dari sisi Makroekonomi Indonesia akan mendapat dampak positif peningkatan GDP sebesar 0,03% jika bergabung dalam ASEAN-Kanada FTA dibandingkan jika tidak bergabung. Indonesia akan mendapat dampak positif lebih besar jika terdapat peningkatan fasilitasi perdagangan dan penurunan NTM sebesar 3,35% serta peningkatan investasi sebesar 8,53%. Berdasarkan hasil simulasi, penurunan output dan peningkatan impor didominasi oleh impor bahan baku dan barang modal yang digunakan untuk input industri, sehingga keberadaan impor bahan baku tetap diperlukan. Kajian ini merekomendasikan penurunan tarif, peningkatan fasilitasi perdagangan dan penurunan NTM merupakan kebijakan yang sangat diperlukan. Kata Kunci: ASEAN-Kanada FTA, Pertumbuhan Ekonomi, Perdagangan, Investasi Abstract At the 8th ASEAN Economic Senior Review Official Meetings (SEOM) in Laos, ASEAN and Canada committed to conduct a feasibility study within the framework of ASEAN-Canada FTA. This study aims to measures the impact of ASEAN-Canada FTA implementation to Indonesia using Computable General Equilibrium (CGE) model – the 9th version of Global Trade Analysis Project (GTAP). The study run three different simulations (1) Indonesia joining the ASEAN-Canada with a 90% tariff reduction applied to all goods adopting ASEAN modality in Regional Comprehensice Economic Partnership (RCEP); (2) 90% Tariff reduction without Indonesia joining the ASEAN-Canada FTA, (3) improving trade facilitation and decreasing 20% non-tariff measures. Simulation result shown that from Macroeconomic perspective, Indonesia will get positive impact of increasing 0.03% GDP by joining the FTA instead of not joining. Indonesia will get higher impact by increasing trade facilitation and 8.53% investment and reducing 3.35% of NTM. Based on the results, the declining output and increasing import is dominated by import of raw materials and capital goods, therefore import of raw material remain important. This study recommended reducing tariff and NTM as well as improving trade facilitation are necessary for Indonesia. Keywords: ASEAN-Canada FTA, Economic Growth, Trade, Investment JEL Classification: F12, F13, F15