Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGGUNAAN PARAMETER GEOKIMIA UNTUK MENENTUKAN KEMATANGAN MINYAK BUMI DARI SUMUR PRODUKSI LIRIK, RIAU Tamboesai, Emrizal Mahidin
SEMIRATA 2015 Prosiding Bidang Kimia
Publisher : SEMIRATA 2015

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.783 KB)

Abstract

Penentuan tingkat kematangan minyak bumi bertujuan untuk menentukan kualitas dan kelayakan suatu sumur minyak bumi untuk di eksploitasi. Pada penelitian penentuan kematangan ini dilakukan dengan mengambil sampel yang berbeda dari ladang minyak Lirik, Riau. Sampel minyak bumi tersebut di karakterisasi dengan menggunakan kromatografi gas (GC-FID) pada fraksi saturat dan gas spektroskopi massa (GC-MS) pada fraksi aromat. Untuk menentukan kematangan minyak bumi tersebut dilakukan dengan menggunakan parameter geokimia isoprenoid dan n-alkana untuk fraksi saturat, parameter ini merupakan parameter awal  dalam penentuan kematangan minyak bumi dan diperkuat dengan parameter yang lebih sensitif yaitu indeks metilphenantren pada fraksi aromatnya. Hasil penentuan kematangan minyak bumi pada fraksi saturat ditunjukkan oleh rasio isoprenoid dan n-alkana bahwa sampel minyak bumi Lirik, Riau sudah matang (mature). Hal ini diperkuat oleh parameter indeks metilphenantren yang memiliki nilai MPI-3 berkisar 0,709 ; 0,755 dan MPR berkisar 0,699 ; 0,756. Nilai-nilai dari parameter indeks metilphenantren tersebut menunujukkan bahwa minyak bumi dari kedua sumur Lirik, Riau memiliki tingkat kematangan yang rendah. Kata kunci :  Kematangan minyak bumi, GC-MS, Indeks Metilphenantren.
PEMISAHAN MINYAK PELUMAS (BASE OIL) DARI MINYAK BUMI ASAL BANGKO, ROHIL-RIAU DENGAN ZEOLIT A DARI ABU LAYANG Tamboesai, Emrizal Mahidin
Chimica et Natura Acta Vol 4, No 2 (2016)
Publisher : Departemen Kimia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (251.028 KB) | DOI: 10.24198/cna.v4.n2.10673

Abstract

Zeolit A merupakan zeolit sintesis yang mengandung alumina silikat dan membentuk unit tetrahedral. Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk mensintesis zeolit A adalah Abu layang merupakan limbah hasil pembakaran bahan bakar batubara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Penelitian ini bertujuan pemanfaatan zeolit A sebagai penyaring molekul (molecular sieve) untuk memisahkan n-parafin dari fraksi-fraksi lain yang ada pada minyak mentah Bangko, Rohil. Sintesis zeolit A dilakukan dengan menggunakan alumunium hidroksida sebagai sumber alumina dan silikon dioksida sebagai sumber silika. Sintesis dilakukan dengan cara mereaksikan natrium silikat dan natrium aluminat melalui proses hidrotermal dalam sistem dengan pH 11-12. melalui peleburan abu layang dengan NaOH pada suhu 500°C. Zeolit dikarakterisasi dengan XRD yang menunjukkan pola difraksi yang menyerupai pola difraksi zeolit A berdasarkan JCPDS no 01-076-0910. Pada spektra FTIR ditunjukkan adanya gugus Si-O-Si dan Al-O-Al pada zeolit. Pada hasil XRF menunjukkan perbandingan Si/Al yaitu 1,3. Fraksinasi minyak bumi Bangko menggunakan silika aktif sebagai fasa diam dan n-heksana sebagai pelarut untuk memisahkan fraksi saturat. Fraksi saturat minyak bumi kemudian difraksinasi menggunakan zeolit A yang bertujuan untuk fraksi n-parafin. Dari kromatogram hasil fraksinasi menggunakan silika aktif dapat dilihat bahwa silika aktif mampu menyaring atom karbon sampai C30. Sedangkan kromatogram hasil molecular sieve menggunakan zeolit A menunjukkan adanya bagian fraksi saturat yang tertahan pada zeolit A, sehingga zeolit A mampu menyaring hanya sampai atom karbon C27. Zeolit A mampu memisahkan n-paraffin dari minyak bumi Bangko yang memiliki efisiensi rata-rata sebesar 98,65 %. Hasil penyaringan dengan Zeolit A tersebut diatas dapat kesimpulan bahwa minyak bumi Bangko, Rohil mengandung minyak pelumas berat.
PENGGUNAAN ZEOLIT ALAM TERAKTIVASI PADA PERBAIKAN KUALITAS MINYAK JELANTAH Ningsih, Aswita Wirda; Tamboesai, Emrizal Mahidin; Muchtar, Akmal
Sistem Informasi Vol 6 No 01 (2015): Jurnal Photon
Publisher : Fakultas MIPA dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.955 KB)

Abstract

Dalam proses belajar mengajar, konsentrasi menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi hasil pembelajaran seperti penyerapan materi pelajaran. Konsentrasi menjadi terganggu jika terjadi gangguan akibat faktor–faktor lingkungan, salah satunya adalah kebisingan. Tujuan dari penelitian ini adalah memetakan tingkat kebisingan di Komplek Perguruan Muhammadiyah Kota Pekanbaru dan mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi kebisingan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran tentang tingkat kebisingan pada Komplek Perguruan Muhammadiyah di Kota Pekanbaru dengan melakukan pengukuran tingkat kebisingan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Komplek Perguruan Muhammadiyah di Kota Pekanbaru memiliki tingkat kebisingan sebesar 69 dB (A) pada jam belajar dan 54,1 dB (A) pada malam hari. Hasil dari pemetaan intensitas kebisingan pada jam belajar menunjukan tingkat kebisingan tertinggi menyebar dari timur menuju ke barat lokasi penelitian, sedangkan pada malam hari menunjukan tingkat kebisingan tertinggi menyebar dari tenggara menuju ke barat lokasi penelitian dan pusat kebisingan berasal dari jalan KH. Ahmad Dahlan.
PENENTUAN TINGKAT KEMATANGAN TERMAL MINYAK MENTAH ( CRUDE OIL ) DARI LADANG MINYAK LIRIK Kab. INDRAGIRI HULU, RIAU Cindya Afrina; Emrizal Mahidin Tamboesai; Halida Sophia
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 1, No 2 (2014): Wisuda Oktober 2014
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Lirik  oil field  is one of the oil-producing layers  that  is  located in  Indragiri  Hulu  Riau  province, situated at ± 140 km South of the city of Pekanbaru with the area of ± 12 km2.  There is no researchon  Lirik oil fields, at  on the  maturity level of petroleum using  the methylphenantrene  index parameters on oil wells, therefore  this study aimed   to determine  the level of thermal maturity of  Lirik  oil.  Determination of thermal maturity was done by taking  two samples from two different wells of Lirik oil field, Riau. In this study the thermal maturity determination was  done using two parameters,  the  parameters of isoprenoid and n-alkanes in saturated  fractions and  characterized using gas chromatography (GC-FID), this parameter was  the  initial  parameter  in the determination of thermal maturity. Determination of the level of thermal maturity of petroleum  enhanced with  Metilphenantrene  index parameter on aromat fractions were characterized using gas chromatography -mass spectroscopy (GC-MS). Determination of thermal maturity level using the parameter index was determined by looking at the value Metilphenantren MPI-3 and MPR (Methylphenantrene ratio). The results of the determination of thermal maturity at saturated  fraction using the ratio of n-alkanes and isoprenoid indicated  that oil from  Lirik  oil wells, Riau was  already ripen. This was confirmed by the parameters that have Metilphenantrene  index values  ranged MPI-3 0709; MPR 0755 and 0699 ranges; 0.756. The values  of these parameters Metilphenantren index showed that  crude oil from two wells Lirik, Riau has a low maturity level.
KORELASI GEOKIMIA MOLEKULER MINYAK BUMI PETAPAHAN-KAMPAR DENGAN SUMUR MINYAK BUMI LANGGAK, PENDALIAN ROKAN HULU, RIAU Rita Marlina; Emrizal Mahidin Tamboesai; Amir Awaluddin
Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Vol 2, No 1 (2015): Wisuda Februari 2015
Publisher : Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

To date, crude oil  has been  the main energy resources  for  industry, transportation and household needs. The demand for crude oil in Indonesia is much higher than its production which leads to current energy crisis. One of solutions for this crisis is to conduct correlation study, which determines the genetic relationship at each oil well. The correlation study of crude oil  in Petapahan Kampar with Langgak and Pendalian Rokan Hulu has not been conducted previously. This study could assist to provide the indication of the genetic relationship, deposition zone, souce rock and the origins of Petapahan, Langgak and Pendalian’s crude oil. The crude oil samples taken  from oil wells was firstimmediately refrigerated before conducting geochemistry analysis. The samples were then fractionated by column to separate saturated fraction. This fraction was analyzed using Gas Chromatography (GC). On the basis of the abudance of hydrocarbon aliphatic, the crude oils samples  have small ratio value, which  are  0,44-0,55 for Pr/n-C17 and 0,20-0,26 Ph/n-C18. This values indicated that the samples were originated from higher vascular plants (terrestrial). The samples derived from lacustrine environments (lake) have ratio value of Pr/Ph (2,14-2,39). The calculation from Star diagram have showed that the samples of production oil field in Petapahan 19, Petapahan  23, Langgak 016  are positively correlated , whereas the oil samples in area 03  are negatively correlated. The positive correlation indicated that the samples have the genetic relationship at each oil, a same  source matter, and same the original.
Optimization of Contact Time and Stirring Speed in The Adsorption of Cd(II) Using Acacia crassicarpa Bark Powder as Adsorbent Mukhlis; Hidayah, Nurul; Hanifah, Abu; Itnawita; Anita, Sofia; Devi, Silvera; Tamboesai, Emrizal Mahidin
Indonesian Journal of Chemical Analysis (IJCA) Vol. 8 No. 2 (2025): Indonesian Journal of Chemical Analysis
Publisher : Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20885/ijca.vol8.iss2.art2

Abstract

Acacia crassicarpa bark powder showed potential as an adsorbent due to its high cellulose content of approximately 50%. This research aimed to determine the optimum contact time, stirring speed, and adsorption kinetic models of Acacia crassicarpa bark powder for Cd(II) removal. Adsorbent characterization was conducted using a Surface Area and Pore Size Analyzer, FTIR, and SEM-EDX, while batch adsorption experiments were conducted to evaluate performance. The adsorbent exhibited a specific surface area of 0.460 m²/g and pore diameters ranging from 32.707 to 45.426 Å, indicating mesoporous characteristics. FTIR analysis identified functional groups such as O–H, C=O, and O–Cd. SEM-EDX analysis before adsorption revealed a rough surface with open, irregular pores and dominant elements including C, N, and O. After adsorption, the surface appeared smoother, with pores filled by Cd(II), as confirmed by Cd peaks in the EDX spectrum. Optimum conditions were obtained at a contact time of 70 minutes and a stirring speed of 120 rpm, resulting in an adsorption efficiency of 96.93% and a 1.3613 mg/g capacity. The adsorption kinetics followed a pseudo-second-order model (R2 = 0.9985), indicating that the adsorption mechanism occurred via chemisorption.