Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERAN MODAL PSIKOLOGIS DAN DUKUNGAN ORGANISASI TERHADAP KESIAPAN KERJA MAHASISWA INTERNSHIP Jessica Chandhika; Kiky D.H. Saraswati
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 3, No 1 (2019): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v3i1.3406

Abstract

Penambahan peluang kerja tidak sebanding dengan peningkatan jumlah tenaga kerja dari waktu ke waktu. Untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas, perusahaan biasanya menggunakan sistem seleksi yang ketat, sehingga dapat membedakan kesiapan para kandidat, utamanya yang baru saja menyelesaikan pendidikannya untuk bekerja secara formal. Kesiapan Kerja adalah dimilikinya keahlian, pengetahuan, dan sikap dasar, serta pemahaman praktis yang memungkinkan lulusan memberikan kontribusi produktif bagi tujuan organisasi. Kesiapan Kerja dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal yang berperan adalah Modal Psikologis. Modal Psikologis adalah keadaan psikologis yang positif pada diri individu yang ditandai dengan self- efficacy, optimisme, harapan, dan resiliensi. Sedangkan salah satu faktor eksternal yang berperan adalah Dukungan Organisasi, yaitu persepsi karyawan terhadap sejauh mana organisasi memberi nilai positif terhadap kontribusi mereka serta peduli terhadap kesejahteraan mereka. Dukungan Organisasi telah ditemukan memiliki konsekuensi penting terhadap kinerja dan kesejahteraan karyawan. Suatu organisasi yang siap dalam memberikan imbalan terhadap usaha kerja karyawan dan memenuhi kebutuhan sosio-emosional akan meningkatkan komitmen karyawan dalam bekerja. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data diambil dengan menyebarkan kuesioner Work Readiness, Survey of Perceived Organizational Support, dan Psychological Capital pada mahasiswa peserta program internship di Perguruan Tinggi X, Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Modal Psikologis dan Dukungan Organisasi memiliki kontribusi yang signifikan terhadap Kesiapan Kerja (F= 14.349, p< 0,000). The increase in employment opportunities is not proportional to the increase in the number of workers over time. To acquire high quality workforce, companies use a strict selection system in order to distinguish the readiness of candidates, especially those who have just completed their education to work formally. Work Readiness is the possession of basic skills, knowledge and attitudes, as well as practical understanding that enable graduates to productively contribute to organizational goals. Work Readiness can be influenced by two factors, namely internal and external factors. One such internal factor is Psychological Capital. Psychological Capital is a positive psychological state within an individual that is characterized by self-efficacy, optimism, hope, and resilience. Meanwhile, one of the external factors is Organizational Support that is employee perception of the extent to which the organization gives a positive value to their contribution and care for their well-being. Organizational support has been found to possess important consequences on employee performance and welfare. An organization that is ready to reward employees' work effort and meet their socio-emotional needs will increase employees’ work commitment. This research is a quantitative research. Data were taken by distributing the Work Readiness, Survey of Perceived Organizational Support, and Psychological Capital questionnaires to students participating in the internship program at X University, Jakarta. The result of this study indicates that Psychological Capital and Organizational Support significantly contribute to Work Readiness (F = 14,349, p <0,000).
PENELUSURAN MINAT BAKAT UNTUK SISWA SMA SK DI JAKARTA BARAT Kiky Dwi Hapsari Saraswati; Jessica Chandhika; Daniel Lie
Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia Vol 3, No 2 (2020): Jurnal Bakti Masyarakat Indonesia
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jbmi.v3i2.9461

Abstract

Adolescence is a transitional period from the development of children to adults. At this stage of development, selecting a university course is a difficult task for students because they are still unsure about their own identity. Many of them still like to try out and follow what their friends do. The choice of university course is very important because it determines the continuity of the students’ studies in the university. Currently, SK High School does not have a psychologist in helping the students to understand their own aptitude and interest. Hence, a community service activity based on aptitude and interest test was carried out and conducted by a group of lecturers from Faculty of Psychology Universitas Tarumanagara (who are also psychologists). This aptitude and interest test was attended by 20 high school students of class XII and they completed five tests (Culture Fair Intelligence Test; Tes Administrasi, Keuangan, dan Dagang; Rothwell Miller Interest Blank; Pemeriksaan Teknik Pasti; Tes House Tree Person) to measure three aspects (intelligence, aptitude, and interest). Results were shown in the report format, consisting of description of the three aspects; a summary of students’ strengths, weaknesses, and suggestions for improvements; and recommendation university course. This report can be used by students, parents, and the school as a reference to assist students in selecting the most appropriate university courseABSTRAK:Masa remaja merupakan masa peralihan dari tahap perkembangan anak-anak menjadi dewasa. Di tahap perkembangan ini, pemilihan jurusan menjadi hal yang sulit bagi para siswa karena mereka masih belum memiliki ketetapan mengenai jati diri mereka sendiri. Banyak di antara mereka yang masih suka coba-coba dan ikut-ikutan teman. Pemilihan jurusan di perguruan tinggi sendiri merupakan hal yang sangat penting karena akan menentukan kelangsungan studi para siswa di perguruan tinggi. Sekarang ini Sekolah Menengah Atas (SMA) SK tidak memiliki psikolog yang dapat membantu para siswa untuk memberikan gambaran mengenai minat-bakat mereka. Oleh karena itu, kegiatan pengabdian kepada masyarakat berbasis penelusuran bakat-minat dilaksanakan dan dilakukan oleh dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara yang juga berprofesi sebagai psikolog. Tes bakat dan minat diikuti oleh 20 siswa SMA kelas XII dan mereka menyelesaikan lima tes (Culture Fair Intelligence Test; Tes Administrasi, Keuangan, dan Dagang; Rothwell Miller Interest Blank; Pemeriksaan Teknik Pasti; serta Tes House Tree Person) untuk mengukur tiga aspek yaitu inteligensi, minat dan bakat. Hasil ditunjukkan dalam bentuk laporan yang terdiri dari gambaran pada ketiga aspek tersebut; ringkasan singkat mengenai kekuatan, kelemahan, dan saran peningkatan untuk mahasiswa tersebut; dan rekomendasi jurusan di perguruan tinggi. Laporan dapat digunakan oleh siswa, orang tua, dan pihak sekolah sebagai referensi untuk membantu para mahasiswa dalam memilih jurusan di penguruan tinggi.
HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN RESILIENSI PADA MAHASISWA GEN Z YANG MENGIKUTI PROGRAM MAGANG INDUSTRI Virginia Arielle Ghazaly; Abigail Ayumi Christy; Winen Chianesen; Ellena Kristy Sudrajat; Jessica Chandhika
EXPERIENTIA : Jurnal Psikologi Indonesia Vol 12, No 1 (2024)
Publisher : Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/exp.v12i1.5578

Abstract

Beberapa anggota Generasi Z (generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012), saat ini sudah menjadi mahasiswa sarjana tingkat akhir dan sedang menjalani program magang. Mengikuti perkuliahan dan magang sekaligus merupakan tantangan tersendiri bagi Gen Z yang telah menjadi mahasiswa sarjana tingkat akhir ini, terlebih Gen Z sering dijuluki sebagai “Strawberry Generation”. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa resiliensi generasi ini lebih rendah dibandingkan Gen X yang lahir pada tahun 1965 hingga 1980. Meskipun begitu, penelitian sebelumnya menemukan bahwa beberapa faktor mampu memotivasi Gen Z dalam bekerja jika lingkungan kerjanya mendukung. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keberadaan hubungan antara motivasi kerja dengan resiliensi pada mahasiswa magang Gen Z. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode korelasional. Sejumlah 147 sampel berpartisipasi pada penelitian ini. Hasil uji korelasi Spearman antara kedua variabel membuktikan adanya hubungan positif yang signifikan antara motivasi kerja dengan resiliensi pada mahasiswa Gen Z di Indonesia yang mengikuti magang industri (rs (147) = 0,464 dengan p = 0,000 < 0,01). Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat motivasi kerja pada mahasiswa Gen Z di Indonesia yang mengikuti magang industri, semakin tinggi juga tingkat resiliensinya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat motivasi kerja mereka, semakin rendah juga tingkat resiliensinya.Kata kunci: mahasiswa sarjana; magang industri; Generasi Z; resiliensi; motivasi kerja Abstract—Some Generation Z or Gen Z members (a generation who were born in 1997 until 2012) are currently final-year undergraduate university students working as interns. Juggling between college and internship is a challenge for these Gen Zs, especially with how Gen Zs are oftenly known as a “Strawberry Generation''. A few studies have found that Gen Zs are less resilient than Gen X who were born in 1965 until 1980. However, previous study has found that some factors are able to encourage Gen Zs’ work motivation. This research aims to find out if there is a correlation between work motivation and resilience in Gen Z university students who are working as interns. This is quantitative research using the correlational method. A total of 147 samples participated in this research. Data analysis using Spearman correlation found a positive and significant relationship between work motivation and resilience in Gen Z university students who are working as interns. As the level of work motivation among Gen Z university students who are working as interns gets higher, their level of resilience becomes higher as well. Meanwhile, as the level of their work motivation becomes lower, their level of resilience becomes lower as well.Keywords: undergraduate university students; industrial internship; Generation Z; resilience; work motivation